ADEGAN IV

26 0 0
                                    

PANGGUNG ADALAH SEBUAH KAMAR LUAS. SEJUMLAH PERABOTAN DI TEMPAT-TEMPAT YANG SUDAH DISEDIAKAN. ADA TIGA PEREMPUAN YANG SIBUK DENGAN URUSANNYA MASING-MASING. PEREMPUAN PERTAMA ASYIK MENGECAT KUKU DI UJUNG SOFA SISI KANAN, PEREMPUAN KEDUA DUDUK MELAMUN MEMELUK LUTUT DI ATAS KASUR, DAN PEREMPUAN TERAKHIR MENANGIS CUKUP KERAS DI UJUNG SOFA SISI KIRI. PAKAIAN KETIGANYA SEDIKIT TERBUKA.
PELACUR 1 : (MATA TERFOKUS MENGECAT KUKU) Sampai kapan kau akan menangis?”
PELACUR 2 : (MENENGOK LAWAN BICARA) Mawar meninggal tiga hari lalu. Tidakkah   kau masih sedih?
PELACUR 1 : Sedih, tapi biasa saja dan tidak seperti kau, meraung-raung mirip bocah.
PELACUR 2 : Biasa? Mawar mati bunuh diri, kau bilang biasa? Kau sama buruknya dengan buaya brengsek itu! Ia masih bisa tertawa-tawa setelah kematian Mawar! Lihat saja, aku akan buat perhitungan dengan buaya tengik itu. Keparat! Seberapa besar burungnya hingga dia berani menyakiti Mawar. Akan kupotong burungnya kecil-kecil, lal–“
PELACUR 1 : Lalu apa? (MENCEMOOH) Kau mana mungkin menang melawannya. Jangan sia-siakan tenagamu. Lagipula, buaya itu sedang berada di lubang buaya lainnya,
PELACUR 2 : Aku tidak rela Mawar mati. Ia perempuan baik. ia perempuan baik. Lebih-lebih, ia gampang diutangi. (SUARA TANGISNYA MAKIN KERAS)
PELACUR 1 : Shit! Kecilkan suaramu!
PELACUR 2 : Masa bodoh! Aku sedang menangis. Kau tidak lihat? Hah?!
PELACUR 1 : Karena suara kerasmu, aku tidak bisa konsentrasi! Dasar tolol! (MENDELIK) Kau bahkan lebih tolol daripada Mawar! Atas dasar apa kau menyalahkan laki-laki itu? Lupakah kau apa pekerjaan kita? Tidak serius, hubungan antara PELACUR dan tamu, dimanapun tidak pernah ada yang serius. Mereka mencari kepuasan, kita mencari uang.
PELACUR 2 : Ini cinta! Cinta! Mawar sangat mencintai lelaki brengsek itu! Ia bahkan rela dihamili! Tapi buaya itu malah tidak tahu terima kasih, ia mengawini perempuan lain. Mawar masih punya perasaan! Kau tidak pernah patah hati?!
PELACUR 1 : (TERTAWA) Perasaan seperti apa maksudmu? Mawar mestinya sudah tahu konsekuensinya. Tapi, lihat, ia nekat, kan? (MEMBERSIHKAN JARI YANG TERKENA CAT DENGAN TISU) Kalau ia mau memakai perasaan; mestinya jangan melacur! Mestinya ia paham dirinya adalah bagian sampah masyarakat sama seperti bromocorah-bromocrah di bui! Bedanya, kita ini sampah wangi! (MELEMPAR TISU KE PELACUR 2) Satu lagi. aku tak cuma pernah patah hati, tapi patah jiwa!
PELACUR 2 : Heh! Meskipun kita sampah masyarakat, aku tidak pernah membuang sampah sembarangan! (MENGAMBIL TISU YANG DILEMPAR PELACUR 1)
PELACUR 1 : (TERTAWA TERBAHAK-BAHAK) Baiklah ibu Menteri Lingkungan Hidup. Maafkan saya. Saya berjanji tidak akan membuang sampah sembarangan supaya masyarakat menganggap saya wanita baik-baik.
PELACUR 2 : Sialan kau!
PELACUR 1 : (TERTAWA SINIS) Katakan omonganku itu kepada pejabat yang berlangganan tubuhmu, siapa tahu mereka bisa membuat para lelaki yang melepas celana dalam dan menggoyang-goyangkan penisnya bisa ingat wajah isteri dan anak mereka ketika menindih kita. Mungkin saja setelah itu, tidak akan  ada tukang sampah yang mengangkut sampah seperti kita.
PELACUR 2 : (DIAM LALU SEDIKIT TERKEJUT) Eh, kau masih ingat pada Pak Barno?
PELACUR 1' : (TIDAK MENGOMENTARI, HANYA MENGERNYITKAN DAHI)
PELACUR 2 : Aduh, aku jadi kangen, apalagi kalau aku ingat dadanya yang bidang dan berbulu itu. Aduuuh.... apalagi kalau dia sudah copot celana, aduuuuuh... kalau kau tahu seberapa besar penisnya, kau pasti mau ikut bergabung. Threesome kata bule-bule itu. Sial, ia sudah lama sekali tidak menghubungiku,
PELACUR 1 : (MENCIBIR) Aku sudah terlalu sering dapat barang bagus,
PELACUR 2 : (MENCIBIR) Tapi ini beda. Selain ukurannya besar, ia suka pemanasan yang lama. Kalau kau sudah pakai lingerie, letakkan saja salah satu kakimu di sudut ranjang, lalu dengan sedikit goyang kinky, rekeningmu bakal membengkak. Lebih-lebih kalau kau bisa menari striptis dan sedotanmu kuat! (TERTAWA)
PELACUR 1 : (MENYINDIR) Sudah tidak sedih lagi?
PELACUR 2 : Ah kau ini, aku sedih salah, bahagia juga salah. Sialan! Aku mau pergi saja.
PELACUR 1 : Mau kemana?
PELACUR 2 : Makan malam dengan anak jenderal. Oh iya, Ingatkan ia untuk makan. kurus kering begitu. Mana ada lelaki yang doyan?  (MELIRIK ORANG KETIGA YANG SEJAK TADI DIAM LALU KELUAR).
PELACUR 1 : (MENOLEH KE LAWAN BICARA LALU MENGHELA NAFAS) Sampai kapan kau begitu? Sampai kapan kau marah? Dan kepada siapa marah yang bodoh itu? Tiga hari tidak makan, tiga hari pula menolak tamu. Kau ingin menyusul kakakmu? Jangan menyiksa diri. Aku bukan ibumu, jadi aku tidak punya waktu untuk selalu mengingatkanmu.
SEKAR : Mawar pasti sudah bertemu ibu. Mereka pasti sedang gembira melepas rindu. Mawar pasti sedang bercerita padanya kenapa kami berdua begini.
PELACUR 1 : Apa maksudmu?! Hentikan imajinasimu. Bisa sinting kau!
SEKAR : Aku ingin bertemu Mawar,
PELACUR 1 : Apa kau lupa, kau sendiri yang menemukan mayatnya.
SEKAR : Mawar... Hah, mayat? (BANGKIT DARI TEMPATNYA DUDUK. RAUTNYA TEGANG). Malam itu, aku masuk ke kamarnya, maksudku mau meminjam sepatu barunya. Kuketuk pintu berulang kali, ia tidak menyahut. Ternyata tidak dikunci. Aku masuk. Eh ia malah tidak bergerak di kasur. Sudah kaku. Mulutnya berbusa. Aku tidak bisa menangis. Aku tidak bisa.
PELACUR 1 : (HANYA BERGUMAM TAK JELAS LALU MENYALAKAN ROKOK)
SEKAR : Seharusnya ia bilang padaku. Seharusnya ia bilang padaku! Bukannya seperti ini. Selacur-lacurnya aku, aku adiknya. Adiknya! Dan ia kakakku.
PELACUR 1 : (MASIH TIDAK BICARA, HANYA MENYODORKAN SEBUNGKUS ROKOK DAN SEGELAS BIR)
SEKAR : (TIDAK MENGGUBRIS LAWAN BICARA) Aku mulai memikirkan banyak hal.
PELACUR 1 : Apa saja?
SEKAR : Perempuan dan pernikahan, perempuan dan dapur, perempuan dan anak-anaknya, perempuan dan kematian, perempuan dan... Tuhan.
PELACUR 1 :  Kau ini terlalu jauh berkhayal.
SEKAR : Mayat Mawar seolah memendam semua harapan itu.
PELACUR 1 : Mawar... ia hanya terjebak perasaannya sendiri, dia lupa siapa dirinya. Lupa jika orang-orang macam kita tidak punya tempat di kasta apapun.
SEKAR : Tapi kami dulu tidak pernah ingin jadi pelacur!
PELACUR 1 : (TERTAWA) Tidak ada perempuan yang bercita-cita menjadi pelacur, Sekar. Tapi banyak hal yang menyebabkan aku, kau, dan Mawar... Ah, kau pikir, hanya kalian berdua yang terpaksa melacur?
SEKAR : kau menikmati profesi ini,
PELACUR 1 : Mau tidak mau. Apa yang harus dilakukan bocah belum lulus SMP ketika kedua orang tuanya bercerai dan saling minggat sementara bocah itu ditinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan kumuh yang sudah menunggak pembayaran empat bulan? Aku mencari kerja disana-sini, tapi kebanyakan perusahaan jelas bocah tidak jelas seperti itu. Lalu aku bisa apa selain membuka pangkal paha? Uang tidak punya, sedangkan aku ini manusia yang butuh makan. Aku butuh barang-barang. Pakaian. Sepatu. Gagdet. Bagaimanapun, Mami Siska-lah penolongku. Cuma satu hal yang membedakan antara aku dan kalian berdua; aku tidak dijual bapakku.
SEKAR : Aku ingin pergi dari tempat ini,
PELACUR 1 : Jangan.. jangan.. Jangan membuatku semakin kasihan kepadamu. Berapa kali aku harus mengingatkanmu? Jangan lupa diri seperti Mawar. Kau hanya perlu untuk tidak lupa diri.
SEKAR : Justru karena ingat siapa dirinya yang sebenarnya, Mawar ingin memperbaiki nasibnya
PELACUR 1 : (MENCIBIR) Dengan jatuh cinta?
SEKAR : Apa kau tidak ingin jadi seorang isteri? Apa kau tidak ingin jadi ibu? Kau juga punya ibu, kan? Kau juga lahir dari rahim seorang ibu, kan? Kau juga masih ingat wajah ibumu kan? Katakan padaku, katakan padaku, katakan, apa kau tidak ingin jadi ibu? (MEMEGANG DADANYA YANG TERASA MULAI SAKIT)
PELACUR1 : (MENAHAN KEMARAHAN) Asal kau tahu. Aku ini perempuan normal! ingin menikah. Ingin jadi ibu. Ingin punya anak. Aku punya ibu dan masih ingat jelas wajahnya. Tapi apa aku, kau, atau Mawar bisa diterima orang-orang? Berpikirlah! Mereka lebih menghormati mantan penjahat ketimbang mantan pelaccur! Siapa yang akan menjamin kita akan lebih bahagia dengan predikat mantan ‘penjual daging’? Apa kau siap jika suami dan anakmu diolok-olok lantaran isteri dan ibu mereka pernah berkubang liang? Apa kau siap?!
SEKAR : (MENAHAN KESAKITAN PADA DADANYA. MULAI MENANGIS)
PELACUR 1 : “Kau mungkin bisa gampang keluar jika mami Siska sudah mati. Tapi kau mustahil mudah bertahan, masa lalu sebagai pelacur adalah seberat-beratnya beban. alasan apapun.. alasan apapun kau jadi pelacur, bakal mereka tolak! Sekali pelacur. selamanya pelacur. Kau akan kehilangan jalan untuk hidup.
SEKAR : Aku sudah kehilangan banyak hal. Masa kecil, keluarga, teman, mimpi. Banyak.. banyak! Aku bahkan kehilangan diriku sendiri. Kau tahu, aku baru sadar, kehilangan terbesar adalah kehilangan diri sendiri. Aku tidak lagi punya, aku tidak mengenal aku yang dulu sering tertawa. Aku lupa. Keparat, aku bahkan lupa Tuhan. Tidak! Aku menolak mati di tempat ini. Aku tidak ingin mati tanpa iringan doa. Aku tidak ingin berakhir seperti Mawar!
(LAMPU PADAM)

PEREMPUAN DALAM KOMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang