Pagi ini langit tidak secerah biasanya, angin dengan suhu dingin sudah terasa dari malam hari. Tapi lain halnya dengan suasana hati Pian yang sangat cerah, terlihat dari bibirnya yang terus terangkat membentuk senyum tiga jari. Siapapun yang ia temui di jalan tidak sungkan melempar senyum, beberapa membalas senyuman tapi tidak jarang juga menganggapnya aneh.
"Ini perasaan gua ajah atau emang kenyataaan, Pian rada aneh?" Tanya Mantra penuh selidik pada Joy dan Gatra. Pian hanya membalasnya dengan senyum yang semakin lebar.
"Lo nggak tau ajah, dari pagi dia udah senyum lebar. Nggak tau itu gigi kering atau engga." Jawab Joy kemudian mengambil kripik kentang milik Gatra.
"Yan, gue Gatra Gevano, sebagai temen yang baik yang sayang sama lo. Cerita sini sama gue, lo kenapa? Tadi malam rank lo naik? Gue titip pesan sama lo kalo ada kabar baik bilang sama kita, nggak gini lo nyengir sepanjang waktu lama-lama kita malu satu meja sama lo."
"Mmm.. gimana ya gue ceritanya," kata Pian menggantung kalimatnya. Demi semut yang bersalaman Mantra gemas sedari tadi dengan sikap Pian yang mencurigakan, "bacot! Cepet kasih tau!"
"GUE JADIAN SAMA JOY!" teriak Pian heboh. Joy menatap Pian tak percaya, saat itu juga ada rasa ingin tenggelam. Suasana kantin makin ramai dengan bisikan-bisikan siswa lain.
"Traktir boleh bos!" teriak salah satu siswa yang tidak diketahui namanya.
Tiga detik pertama hening, setelahnya Mantra berlari menuju grobak bakso dan berteriak "hari ini Pian traktiran bakso, kalian bisa ambil sepuasnya!" sebelum pergi Mantra membisikan sesuatu pada abang bakso.
Pian yang mendengar seruan tersebut sontak saja menatap geram Mantra, "ahh Koko sialan," ucapnya.
"Berkah orang jadian, terima ajah Yan. Salah lo sendiri teriak alay, kan gitu jadinya." Kata Gatra kemudian melirik Mantra dan Joy untuk meninggalkan Pian.
"Joy lo nggak mau bayar setengahnya gitu?" Tanya Pian memelas. "Bayar sendiri!" teriak Joy. Pian Si Pelit harus mengeluarkan banyak uang sisipannya.
Ditengah perjalanan menuju gudang telepon gatra bergetar, panggilan masuk dari sang kaka rupanya. Gatra menerima panggilan tersebut dengan semangat, karena jarang sekali kakanya menelpon jika tidak ada sesuatu yang benar-benar penting.
"Iya Ka, dengan siapa di mana?" Tanya Gatra dengan cengiran khasnya, walaupun sebenarnya tidak terlihat oleh Agatha.
"Aka serius, papah masuk rumah sakit. Alamatnya Aka kirim, kalau bisa kamu segera ke sini, mamah terus tanyain kamu. Aka tutup." Ucapan sang kaka membuat Gatra mematung beberapa saat sebelum Mantra menepuk punggungnya dari belakang, setelah itu juga Gatra berlari munuju kelas.
"Ga! Woi! Tungguin gue! Ah eleh," seru Mantra, berlari menyusul Gatra. Tidak mau ambil pusing Joy memutuskan kembali ke kelasnya.
Dengan terburu Gatra memasukan alat tulis kedalam tasnya. Mantra datang dengan nafas yang belum teratur, " lo mau ke mana?"
"Bokap gue," jawab Gatra singkat. Dia tidak memiliki waktu untuk menjelaskan pada Mantra karena ia sendiri belum mendapat penjelasan dari sang kaka tentang keadaan papanya.
Mantra cukup mengerti dengan keadaan Gatra yang sekarang sedang panik dan gelisah cukup jelas dari raut wajahnya, "biar gue temenin."
"Kita mau kemana?"
"Guru piket," jawab Gatra. Berjalan dengan langkah terburu-buru di susul Mantra di sampingnya menuju lobi.
"Pak saya minta surat izin keluar, orang tua saya masuk rumah sakit," kata Gatra dengan serius.
"Saya tidak menerima siswa yang berbohong, jelaskan." Disaat seperti ini ingin rasanya Gatra mengikuti saran Mantra saat berada dalam perjalanan ke lobi. Tidak akan mudah mendapat surat izin keluar oleh guru yang satu ini.
"Bapak, saya tidak akan berbohong tentang kesehatan orang tua saya,"mengatakannya dengan bersungguh- sungguh mungkin akan berhasil, dan benar saja guru itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Gimana pak?" Tanya Gatra.
Senyum Gatra merekah saat sang guru menuliskan surat izin untuknya, bukan senyum sebenarnya karena masih tersisa ada rasa khawatir di dalam sana. "Semoga orang tua kamu baik-baik saja," kata sang guru sembari memberikan surat izin.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Gatra
Teen FictionCerita ini bukan tentang badboy dengan gadis lugu, bukan juga tentang cewe tengil dengan cowo cuek, apa lagi tentang ketos dan kakel. Sama sekali bukan. Ini tentang cowo biasa ajah dan cewe sederhana dengan cerita yang istimewa -dfasfrn @Mei 2018...