Saat nanti ketika kamu terbangun dengan sadar bahwa kita sudah tidak bersama, aku ingin meminta pertolongan darimu akan beberapa hal. Demi menyelamatkan hatiku, agar tidak merasakan sakit yang tak berkesudahan setelah kamu tinggal berantakan.
Tolong hapus kontakku dari ponselmu, juga blokir semua sosial mediaku.
Aku ingin ada tenang saat menatap layar ponselku tanpa takut ada panggilan masuk darimu.
Aku ingin ada tenang saat berlalu-lalang di lini masa tanpa takut melihat sosokmu bahagia dengan yang lainnya.Tolong jangan mengungkit hal apapun yang bersangkut paut dengan aku dan kamu di masa yang telah lalu.
Pergilah sesukamu namun jangan bertandang kembali. Aku takut kalau rasaku akan tetap bersemayam untukmu.
Jauhlah sejauh awal sebelum kita mengenal. Jauh sebelum bahagiaku mengenalmu.Jangan ragu abaikan aku ketika bertemu. Terdengar kejam memang, namun hal itulah yang aku butuhkan.
Jangan biarkan aku mendengar suaramu. Mungkin berlebihan, aku tahu. Namun ketahuilah, suaramu mampu menembus relung hati dan membuka pintu kenangan. Lalu tanpa berpamitan, meninggalkan nyeri berkepanjangan.
Aku ingin terbebas dari segala hal yang pernah mengikatku. Maka dari itu, aku enggan terikat dalam sendu ketika mendengar lagu yang pernah kita nyanyikan berdua. Enggan pada kenangan saat mengingat segala hal yang sengaja kamu utarakan demi sekadar obrolan biasa. Enggan pula denganmu ketika kau membuat rasaku semakin jatuh lalu patah. Terlebih pada binar mata dan lengkungan senyum yang kerap kali aku damba.
Jauhkan aku dari perkara rindu dan segala tentangmu; tentang kita.
Aku ingin hidup berdamai dengan perasaanku, tidak melulu larut dalam sedih yang terseduh ketika mengingat perihku bernama kamu.
Pulangkan segenap tenang yang direnggut gamang pada hari lalu.
Carilah segala cara 'tuk mampu berbahagia semaumu, dengan semuamu-dengan atau tanpa adanya aku.Meskipun begitu, kamu harus tahu; aku sungguh menyayangimu.
Yang Kutuntut Darimu
Petricthor | 23/06/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Perbatasan Waktu
PoetryKenyataannya; aku dan kamu hanyalah 'kita' yang tertunda. Sebab ketika aku dan kamu belum memulai, kamu justru sudah lebih dulu mengakhiri.