Chapter 2

714 86 44
                                    

Charles muncul lagi di depan pintu Erik di hari Minggu depannya, dengan senyum lebar di wajahnya dan kotak cokelat besar di tangannya, yang dia langsung berikan kepada Erik. Matanya yang bersinar cerah ingin sekali melihat Wanda yang bersembunyi di belakang ayahnya. Hanya kali ini gadis itu benar-benar berlari ke arahnya dengan tangan terbuka. Charles mengangkatnya bahkan sebelum dia masuk ke dalam flat Erik dan memutarnya di sekitar aula.

"I'm flying!" gadis itu tertawa, begitu juga Charles.

"You're a superhero, princess!" Charles tersenyum saat dia melambat dan meletakkan Wanda kembali di lantai.

"More! More!" dia mengangkat lengannya agar Charles mengangkatnya lagi tetapi Charles menggelengkan kepalanya.

"Maybe later. Now I believe we shocked your daddy." dia melirik Erik dengan tawa kecil.

Erik menatapnya dengan alis terangkat.

"Did we broke daddy?" Wanda tertawa memeluk kaki Erik

"Maybe a kiss would fix him." Saran Charles

Kata-kata ini membuat Erik terseret kembali ke kenyataan. "What kiss?"

"Wanda's kiss." Charles tersenyum

"Let me give you a magic kiss, daddy!" Wanda tersenyum lebar dan Erik lah yang harus mengangkatnya kali ini sehingga Wanda bisa menempatkan ciuman kasih sayang lembut di kedua pipinya dan kemudian hidungnya karena "It's sticking out like that in hope to be kissed but we always kiss the lips or cheeks or even the chin instead. It's not fair, is it? "

"I agree, Wanda! Not fair at all!" Charles mengangguk serius dan kemudian tersenyum pada Erik lagi, "Can I come in?"

- «·» -

"I hope you don't mind me showing up uninvited again?" Charles berkata ketika mereka berdua berada di dapur, dengan Erik yang sedang menyiapkan kopi yang sangat disukai Charles sebelumnya.

"No, of course not." Erik menjawab, "And it seems Wanda really enjoys your company."

Charles tertawa kecil. "I enjoy hes too." dia berkata, "But only the lady of the household seems to enjoy my visits, not the gentlemen."

Erik memutar matanya. "Pietro's having an early teenage emo phase or something. He's mad at the world and..." dia ragu sejenak tetapi kemudian mengatakannya, meskipun seperti ada yang menyangkut di tenggorokannya "... and me so don't take it personally. "

Charles mengangguk. "Don't force him. He'll come on his own when he's ready." ia menjawab, matanya melihat ke arah Erik lagi, mencoba mencari jawaban sebelum bertanya. "But what about you? Do you enjoy my visits?"

"Your last visit got me $2 000 and kinda fixed most of my financial problems for the week so yeah, feel at home."

Charles berdecak, "So, it's all for the money!" dia menggelengkan kepalanya secara dramatis sambil mendesah.

"What did you expect?" Erik tertawa.

"I'll just have to deal with it then." Charles tertawa riang dan bersandar di atas meja dapur, menghirup kopinya. "So, I'm here for a specific reason."

"Oh?" Erik bersandar juga. Keduanya sekarang saling menatap satu sama lain.

"Mhm" Charles mengangguk ketika dia berbicara perlahan, "I am here for revenge."

"Chess?"

"Chess."

Senyum lebar tepampang di wajah Erik. "Hurt pride?"

"I need to prove how good I am." Charles bersikeras

"Fine. But don't cry when I win again."

"Don't be so sure. I bet $3 000 this time."

Sundays With ChalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang