(Cemburu?)

23 2 0
                                    

Aku telah selesai membersihkan diri dan beristirahat, malam ini aku terbangun dari tidur pukul 01.00 aku tak tahu mengapa bisa bangun dari tidur pulasku yang hanya terjadi selama 5 jam. Aku memilih bangkit dan mengambil buku yang aku tulis tentang dirimu yang aku letakkan di meja belajarku. Memilih duduk di kursi yang telah tersedia dikamarku.

Hari ini Kamis, 31 juli pagi hari di kamarku.

Selamat pagi, aku kembali lagi. Aku terbangun dari tidurku, dan memilih untuk melanjutkan paragraf di lembaran buku ini. Aku langsung melanjutkan ceritaku saja.

Setelah kamu memberitahu ku siapa yang kamu sukai, aku semakin senang. Namun, hingga beberapa bulan aku merasa ada yang beda. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, bahkan setiap detik pertemuanku denganmu hanya membahas tentang gadis itu. Aku mulai bosan, aku merasa kesal denganmu, tidak adakah topik pembicaraan selain kalimatmu yang memujinya setiap saat?

Hingga, saat itu aku duduk di depan kelas dan kamu menghampiriku, mulai menceritakannya lagi. Aku kesal, aku memotong kalimatmu kira kira seperti ini.

"Gila ya lo, gak ada bahan pembicaraan lagi selain muji dia mulu? Gue bosen denger nama dia mulu, mana Erza yang dulu? Mana Erza sahabat gue yang selalu ceritain kegiatan konyol dia daripada cewek lain, berminggu-minggu ini gue masih sabar liat kelakuan lo yang kaya fans fanatik ini, tapi makin lama gue makin gak suka liat lo muji muji dia mulu, kali ini, kalo lo masih mau ngomong sama gue, gak usah bawa-bawa nama cewek itu lagi" ucapku kesal lalu meninggalkan mu dan menuju taman sekolah.

Terlalu egois? Aku tidak tahu, tapi itu benar-benar isi hatiku. Saat aku meninggalkanmu, aku berjalan menuju taman sekolah dan duduk dibawah pohon. Aku diam, emosiku meluap begitu saja, tak lama aku merasa ada seseorang yang duduk di sebelah ku, dia sahabatku namanya Jeje, dia sangat baik padaku, selalu mendengarkan keluh kesahku, bahkan dia tahu semua tentang diriku. Dia menenangkanku, dia melihat emosiku saat memerahi Erza.

"Gue tau maksud lo tadi apa," ucap Jeje tersenyum padaku.

Aku hanya diam lalu memandang dia.

"Lo udah jatuh Dell sama Erza. Gue yakin lo ga sadar soal itu, karena gue tau banget gimana sifat lo," ucapnya.

"Jatuh sama dia? Maksudnya? " tanyaku penasaran.

"Lo cuman belum menyadari semua itu sekarang, tapi cara ngomong lo tadi udah nunjukin banget, kalo lo cemburu denger Erza muji-muji cewek lain terus depan lo, "

Cemburu katanya? Bagaimana bisa aku cemburu? Aku hanya kesal saja padanya.

"Gue tau lo bakalan ngelak lagi kalo gue bilang lo cemburu kan? But, trust me. You like him, without you even realize you've been comfortable with him," lanjutnya.

"What? No! thats my best friend," ucapku.

"Itu gak terjadi dengan waktu yang singkat, lo sama dia udah kenal lebih dari 7 bulan, lo udah tau semua tentang dia, lo udah tau semua tentang keluarga dia, lo selalu ada buat dia, sampe lo gak sadar, lo kebawa arus dia, lo jatuh sama dia, lo selalu ngelak sama perasaan lo, karena keyakinan lo yang begitu kuat kalo dia emang sahabat lo gak bakalan lebih. Perasaan itu tumbuh dengan sendirinya, gue yakin lo gak mau kalo perasaan itu tumbuh, tapi gimana? Tuhan ngasih perasaan itu ke hati lo yang gak bakalan bisa lo hindari. Coba lo pikir-pikir lagi kata-kata gue, ada benernya apa engga, gue ke kelas dulu, " ucap Jeje meninggalkan aku sendirian.

Mempunyai perasaan pada sahabat? Yang orang sering sebut Friendzone. Aku belum pernah merasakannya, sebelumnya aku memang tidak memiliki sahabat laki-laki, dan Erza adalah sahabat laki-laki ku yang pertama.

Apakah yang di ucapkan Jeje saat itu benar? Aku mencoba memikirkannya kembali. Aku sudah jatuh pada semua ini? Aku memang sangat khawatir padanya setiap saat, aku juga khawatir jika penyakitnya kambuh, aku peduli padanya, namun bagaimana ini bisa terjadi? Aku tidak tahu. Aku harus membuktikannya sekali lagi, setelah kejadian itu Erza tidak berani mengajak ku untuk berbicara. Dia selalu diam, bahkan tidak berani untuk sekedar bertanya padaku melalui chat. Hingga hari ketiga setelah itu, dia mendatangi ku di meja belakang, tepatnya tempat dudukku.

Dia meminta maaf padaku, dia menyesal, dia mengatakan padaku memang tidak seharusnya dia menceritakan orang lain saat kita berdua masih bisa mencari topik untuk memulai pembicaraan. Dia juga merasa kesepian karena tidak bercanda tawa bersama ku lagi, dan dia juga bilang bahwa dia sangat rindu dengan suara tawaku. Lalu, perasaanku saat itu? Aku benar-benar merasa bahagia, aku tidak menyangka dia juga merindukanku, aku merasa wanita paling beruntung karena bisa berkenalan dengan Erza.

Aku memaafkannya, senyum manis itu muncul lagi, senyum yang di ciptakan oleh seorang pria yang begitu peduli padaku. Oh Tuhan, apakah benar aku jatuh pada dirinya? Bagaimana ini? Dia sahabatku, bagaimana semua ini bisa terjadi? Bisakah perasaan ini di hilangkan saja demi kebahagian kita berdua?

Ohiya, setelah aku memaafkannya, Erza mengajakku untuk makan es krim di kedai dekat sekolah. Aku menyetujuinya, karena aku merasa rindu dengan kebersamaan kita. Aku benar-benar tidak sabar. Setelah pulang sekolah, dia menarik ku agar bisa keluar terlebih dahulu. Dia mengambil motornya di parkiran dan aku menunggu di gerbang, dia bersama motornya dan aku duduk di belakang nya, kita saling tersenyum. Oh Tuhan, bisakah saat itu kau menghentikan semuanya? Aku ingin lebih lama bersama dirinya. Dia benar-benar bisa membuatku merasa nyaman.

5 menit, akhirnya kita berdua sampai di kedai es krim didekat sekolah. Aku memesan es krim rasa vanila dan Erza rasa coklat. Kita bercerita segalamya, Erza menceritakan tentang kesepiannya karena tiga hari ini tidak bersamaku, dan aku menceritakan kucing peliharaanku. Canda tawa itu muncul lagi. Aku benar-benar merindukan tawamu. Kalimat terakhir yang sampai saat ini aku ingat saat itu.

"Dell, jangan pergi lagi kaya tiga hari yang lalu ya, gue bener-bener ngerasa sendirian tanpa lo, " ucapnya sambil tersenyum.

Aku mengangguk semangat, karena aku memang tidak ada niat sedikitpun untuk meninggalkanmu. Tetapi, semuanya berbanding terbalik saat ini. Lihat sekarang, siapa yang pergi lebih dulu? Aku berusaha untuk selalu berada disampingmu, tetapi kamu tak tentu arah. Kamu benar-benar egois, sekarang aku sendirian, kamu dimana?  Bahkan, membiarkan aku menunggu kabarmu hingga saat ini. Sebenarnya kamu dimana? Kenapa kamu memutuskan semua komunikasi kita? Aku kira saat semua orang menjauh pergi, kamu adalah orang pertama yang akan menemuiku dan mengatakan padaku bahwa aku tidak sendirian.

Tolong kembali Za, kita masih sahabat kan? Walau aku sadar, perasaan itu masih tetap ada hingga sekarang. Maafkan aku, karena aku benar-benar jatuh pada dirimu, yang hingga saat ini aku tak tahu bagaimana caranya untuk menghapus perasaanku.

Sampai jumpa Za, aku dilanda kantuk kembali. Aku ingin melanjutkan tidurku.

Tertanda, gadis malang yang menunggu kabarmu hingga saat ini.

Without YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang