Namaku Diandara. Aku dilahirkan dikeluarga yang cukup harmonis.
Tapi ... itu dulu. Sekarang, kurasa tidak.
Prang!
"Harus berapa kali aku bilang? Kau salah paham!"
Aku mendengar suara benda berjatuhan. Ibuku berteriak, dan ayahku mengamuk.
Ini sudah biasa. Aku berjalan ke arah balkon, kubuka pintu itu lalu duduk disembarang tempat. Kupejamkan mataku, aku menghirup udara sebanyak mungkin. Ah ... kenapa keluargaku seperti ini?
Lagi-lagi Aku mendengarnya, namun kali ini Ayah yang berteriak dan ibuku menyahutnya dengan teriakan pula.
"Mengaku saja! Kamu selingkuh kan?!"
"Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak selingkuh!"
"Kau pikir aku akan percaya begitu saja dengan ucapanmu? kau pembohong! Aku melihatnya sendiri!"
"Jaga ucapanmu! Aku tidak berbohong!"
Aku menutup telingaku dengan tanganku sendiri. Namun, teriakan mereka sangat keras, sampai tetangga pun merasa terganggu.
"Sudahlah, aku tidak percaya! Lebih baik kita cerai!"
Aku membelalakkan mata terkejut mendengarnya. Ku lepaskan tanganku yang masih menempel ditelinga. Tak terasa air mataku berjatuhan.
Aku berlari keluar kamar, aku menuruni anak tangga lalu kuintip mereka dari kejauhan.
"Ma-maksud kamu apa?"
Aku mendengar ibuku terisak. Air matanya tak terbendung lagi, dia menangis tersedu-sedu.
"Sudah jelas, kan? Aku mau kita cerai!"
Ayahku pergi keluar rumah, entah kemana. Sedangkan ibuku terduduk dilantai dan menangis.
Aku menundukkan kepalaku kebawah, aku tak bisa melihat dengan jelas, air mataku terus saja berjatuhan, aku mengusapnya perlahan dan melihatnya lagi, kulihat ada genangan air berwarna merah.
"Darah?" ucapku sambil menyeka air mataku dan melihatnya lagi.
Kuangkat kakiku dan ternyata ada banyak beling tertusuk, pantas saja jika darahku banyak yang keluar.
Kutolehkan wajahku kesamping, dan melihat ibu yang sedang menatapku sinis. Dia hanya diam, matanya terus menatapku tajam. Lalu dia pergi entah kemana.
Ingin rasanya aku berlari dan memeluk ibuku, menumpahkan seluruh rasa sakit dan pedihku, menjadi sandaran untuk ibuku. Dan mengucapkan kalimat yang akan menenangkannya. "Aku disini, ibu."
Dengan susah payah, aku berjalan ke arah dapur, dan mengambil kotak yang berisikan obat-obatan.
Setelah selesai membersihkannya aku terduduk dan terlelap di lantai dapur rumahku.
***
Aku terbangun dan melihat disekelilingku yang berantakan. Semalam aku tertidur disini, di lantai dapur rumahku.
Aku berjalan keluar dari dapur. Rumah ini sangat sepi, seperti tidak ada penghuninya.
Aku masuk ke dalam kamar dan menguncinya. Kubaringkan tubuh ini dikasur empuk kesayanganku. Mataku terpejam, tak kala bayangan itu menghampiri, bayangan tentang keluargaku yang dulu, keluarga yang harmonis.
Aku ingat, saat itu kami sering bermain ditaman, lalu ibuku datang menghampiriku dan memelukku, ayah membawa gitar dan menyanyikan lagu yang indah. Aku rindu semua itu.
Aku juga ingat, waktu itu ibu berulang tahun, ayah dan aku bersama-sama membuat kue, kami ingin membuat kejutan untuk ibu, tapi ibu malah datang kedapur dan mengacaukan rencana kami. Akhirnya kami membuat kue bersama. Kami sangat bahagia.
Setiap akhir pekan ayah selalu mengajak kami pergi, entah itu ke mall, atau ke taman tempat kami berkumpul. Ayah sangat baik, tak jarang dia mengambil cuti demi berkumpul bersama kami. Aku ingin kembali seperti dulu.
Ibuku suka memasak, tak jarang ayah memuji ibu. Ibu hanya membalasnya dengan tersenyum lalu memeluk ayah. Aku bahagia saat itu.
Aku juga ingat, hari itu kami mengunjungi rumah nenek, kami bermain disawah, kami memanen jagung lalu merebusnya dan memakannya hingga habis.
Aku rindu keluargaku.
Aku rindu kalian.
Tidakkah kalian merindukanku?
Pagi ini, hanya diisi dengan ketenangan dengan suara kicauan burung yang menyejukkan hati dan suara angin yang berhembus kencang.
Kuharap semuanya dapat berakhir bahagia. Kuharap keluargaku kembali ceria.
🍁🍁🍁
Hulaa..
Terimakasih buat yang sudah membaca cerita ini.
Mohon maaf bila ada salah kata dalam penulisan, atau mungkin menyinggung kalian.
Jangan lupa kasih vote ya.
Ini hanya sebuah cerita pendek biasa, tapi kuharap kalian menyukainya.
Love..
By: Nathalia❤❤❤Tugas dari WriterPlanet
Makasih yaa 😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home Diandara [HIATUS]
Storie breviDiandara, gadis kecil berumur 10 tahun tapi keadaan yang membuatnya harus bersikap lebih dewasa. "Menjadi broken home itu takdir. Takdirku seperti ini." . . . Ini hanya sebuah cerita pendek biasa, tapi kuharap kalian menyukainya.