Rara POV
Hembusan angin pagi lembut yang menggoyangkan dedaunan di pinggir jalan kota besar ini menerpa halus wajahku. Angin pagi adalah angin terbaik.
Aku berjalan menyusuri jalan setapak dari apartement-ku menuju rumah kecil Chad.
Tiga bulan sudah berlalu. Entah bagaimana hubunganku menjadi lebih baik dan akrab, baik itu dengan Chad maupun Al.
Sudah beberapa hari ini aku tak melihat batang hidung Chad. Oleh karena itu, akhirnya kuputuskan untuk menemuinya pagi ini dengan membawa beberapa egg tart yang baru kubeli dari cafe depan appartement-ku.
Setelah perjalanan 15 menit yang kutempuh, akhirnya aku sampai di rumah kecil Chad.
Kepalan tanganku yang hendak mengetuk pintu turun lemas seketika.
Permainan biolanya menakjubkan. Permainannya tak kalah dengan professional. Kenapa ia tak menjadi pemain biola saja?
Tapi nada yang dimainkannya sangat tersirat akan kesedihan. Mendengarnya membuat hatiku melengos dan ingin menangis.
Aku terdiam di depan pintu dan mendengarkan permainannya sampai selesai.
***
"Persiapannya sudah sampai 95%, pak. Dan untuk penampilan solo kami sudah menyiapkan Jessica, seorang master cello. Bapak hanya perlu memilih lagu apa yang ingin dimainkannya," jelas Sindy dalam presentasinya.
Aku dan Al sekarang sedang menghadiri rapat yang membahas tentang pesta ulang tahun perusahaan. Sekitar 10 hari lagi akan diadakan pesta ulang tahun perusahaan yang sangat mewah.
Mengingat nama Pratama Corp yang sangat besar, maka pesta ulang tahunnya pun harus meriah.
"Hanya seorang pemain cello?" tanya Al.
"Benar, pak. Atau mungkin bapak ingin kami mencari artist yang lain atau menambahkan beberapa permainan solo lagi?" tanya seorang lelaki yang kuketahui sebagai kepala tim perencanaan.
"Apa kalian pikir pesta ulang tahun Pratama Corp hanya sebatas pesta biasa?" nada Al mulai terdengar kesal.
"Maaf, pak, tapi Jessica adalah pemain cello ternama sekarang. Dan popularitasnya berada pada rating teratas sekarang," jelas Sindy.
"Setiap tahun!" Al mulai menaikkan suaranya.
Nadanya pun sekarang sudah terdengar marah dan ia sudah berdiri dari duduknya. "Setiap tahun! Pratama Corp selalu memukau semua orang! Pesta ini akan menjadi cerminan dari perusahaan! Dan kalian hanya menyiapkan sebuah permainan solo cello! Kalian pikir acara ini hanya main-main dan coba-coba!" Al memukul meja dengan kepalan tangannya.
Seketika hening dan semua orang di ruang rapat ini tertunduk takut dengan kemarahan Al. Jujur aku pun takut melihat kemarahannya. Semenjak dulu yang kulihat hanyalah Al yang konyol dan selalu membuatku kesal.
Dan sekarang, untuk pertama kalinya, kulihat lelaki itu marah besar hingga mukanya memerah dan membuat takut seisi ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO? or Pole Dancer?
RomanceBagaimana jika kamu mencintai seorang pria tampan, mapan, bahkan mencintaimu? Semua wanita pasti mengidamkan lelaki yang sempurna untuk mendampinginya. Tapi tak dapat dipungkiri, Tuhan tidak menciptakan semuanya secara sempurna. Di dunia ini tidak a...