PROLOG

19 2 0
                                    

Namaku Candana Gendhis, orang-orang biasa memanggilku Gendhis atau Cadhis. Orang-orang bilang, wajahku manis dengan kulit kuning Langsat yang terawat, wajahku juga tidak banyak berubah, terlihat seperti anak-anak. Tinggi tubuhku di atas rata-rata orang Indonesia, membuat suatu kelebihan untukku sendiri. Rambutku hitam legam, terlilit indah membentuk cepolan, aku biasanya suka menambahkan pita kecil untuk menahan laju poniku.

Aku bukan gadis yang dicintai banyak orang, hanya segelintir orang yang pernah menyatakan perasaannya, walaupun ku tolak dengan berbagai alasan. Sebenarnya alasannya hanya satu, aku belum merasakan kenyamanan. Hubungan untukku mudah, cukup membuat kedua belah pihak nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Tak perlu cinta seperti yang orang-orang dambakan. Nyatanya, cinta nanti akan luntur juga.

Aku memang tak mendambakan cinta, tapi ternyata aku terlalu menentang tuhan tentang cinta. Tuhan memberikan cinta di saat aku benar-benar merasakan kenyamanan dari seseorang. Aku baru tahu apa itu cinta saat menatapnya, lelaki tampan yang menjadi idaman satu sekolah. Lelaki yang pandai dalam menari, membuat semua mata selalu tertuju padanya. Aku dengan bodohnya sampai bergabung ke dalam ekstrakulikuler yang lelaki itu ikuti, aku seperti gadis yang tergila-gila. Tapi, satu hal yang pasti. Mungkin aku berpikir tahu segala hal tentangnya, seperti kesukaannya, nyatanya dia seperti langit, sulit tuk ku jangkau. Dia dan segala kisahnya. Akankah aku ada di dalam kisahnya? Atau hanya dia yang ada di dalam kisahku?

TAK SAMPAIWhere stories live. Discover now