Ku rasa aku akan benar-benar gila, kenekatanku seolah selalu bertambah selama mencintai Kak Daffa. Kali ini, aku memberanikan diri untuk memberikan Kak Daffa sebuah minuman selepas latihan menari. Aku melangkah mendekatinya dengan perlahan dan tersenyum sembari menyodorkan botol yang ku genggam. "Ini kak, buat kak Daffa," lirihku di balas senyuman. Aku menjerit di dalam hati ketika Kak Daffa meraih botol dari tanganku dan meneguknya langsung di depanku.
"Makasih ya." Oh Tuhan.. suaranya begitu mendebarkan hatiku. Aku tersenyum malu-malu dan bersiap untuk pergi. "Eh tunggu, Gendhis." Aku menoleh dan menatapnya penuh tanya. "Kamu pulang naik apa?"
"Naik ojek." Tiba-tiba Kak Daffa bangkit, aku merasa sedikit percaya diri dengan perbedaan tinggi badan yang hanya beberapa centimeter.
"Ayo bareng aja, aku naik motor. Lagipula, rumah kita satu perumahan juga." Belum sempat menolak, Kak Daffa sudah melenggang pergi sembari sesekali menoleh ke arah, seolah memintaku mengikutinya. Apa ini mimpi? Jika ya, ku mohon jangan bangunkan aku.
Aku menahan napas ketika melihat punggung lebar Kak Daffa yang terpampang nyata di depanku, rasanya aku benar-benar berusaha kuat untuk tak menyandarkan kepala ini di punggung itu. Ya, waktu seolah berjalan cepat, rasanya aku tak ingin menyia-nyiakan waktu yang ku dapat sedetikpun.
Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih sembari melepaskan helm. "Belajar yang lebih giat ya, kamu udah punya kemauan yang kuat kok. Cuman ya.. kurangin lamunan tentang cowok kamu." Aku tersenyum, berusaha kuat menahan ledakan di dadaku. Tuhan, aku tak dapat mengelak perhatiannya. Apa yang akan Kak Daffa lakukan jika tahu yang menjadi lamunanku adalah dia? Oh ya.. lupakan, Gendhis.
Aku sekali lagi mengucapkan terima kasih dan menatap lekat Kak Daffa yang mulai menjauh dengan motornya. Aku berbalik dan berteriak senang sembari sesekali meloncat-loncat. Sangat kekanakan, tapi menyenangkan. Aku berhenti sekilas, mengamati keadaan sekitar yang ternyata sepi dan langsung berlari masuk kegirangan.
*****
Keadaan hubunganku dengan Bintang akhir-akhir ini semakin memburuk, itu karena aku yang menjauh. Aku tau Bintang bingung dengan sikapku, tapi aku tak bisa mengatakannya sebelum aku benar-benar bersama Kak Daffa. Lagipula, perhatian yang Kak Daffa berikan benar-benar menyita hari-hariku. Rasa ini terus tumbuh, sampai rasanya aku tak sanggup jika tak melihatnya sedetikpun. Aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku kehilangan Kak Daffa, tapi aku akan selalu berdoa agar dia tetap disisiku. Oh kak Daffa, aku sangat mencintaimu.
Akhir-akhir ini, aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama Kak Daffa, bahkan kami juga sampai pada hubungan makan bersama, jalan bersama, sesekali menonton film yang kusukai hingga aku melupakan pertunjukan teater yang sudah kutuliskan di daftar rencana bersama Bintang.
*****
YOU ARE READING
TAK SAMPAI
ChickLitCerita klise tentang kisah cinta sederhana yang berakhir menyedihkan, tapi juga bahagia. Kalian bahagia dengan akhir cerita, its happy ending. Kalian sedih dengan akhir cerita, its sad ending (lol). Kalo aku sih sad ending. Cerita terdiri dari lima...