sungguh jika di beri pilihan untuk mundur atau tetap bertahan, itu adalah pilihan yang sulit.
-Sasa-
"Sa, ini udah jam 7, kamu ga ke kampus, nanti kesiangan loh"
Teriakan Bunda sambil mengetuk pintu kamarku"Hah jam 7?"
"Kenapa bunda ga bangunin aku dari tadi si"
Teriakku dari dalam kamar sambil berlari ke kamar mandi.Ia ada kelas jam 8 pagi ini. Dan dosen yang mengajar mata kuliah pagi ini terkenal sangat disiplin.
Ia hanya mentolerir jika mahasiswa atau mahasiswi telat 10 menit. Sedangkan jarak kampus dari rumahnya sudah lumayan. Belum lagi jika terkena macet.
Sasa rasanya sangat panik, ia mandi dan bersiap dengan terburu buru. Waktu sudah menunjukan pukul 7.30
Ia berfikir jika membawa mobil pasti akan terkena macet, lebih baik ia memesan ojol. Tak lama ojol yang ia pesan sudah tiba.
"Sa kamu ga makan dulu?" tanya bunda saat aku menyaliminya dan langsung segera keluar.
"Gausah bund, nanti aku makan di kampus aja. udah telat banget ini."
ucapku sambil mencium pipi bunda lalu segera berangkat.-Kampus-
Untung saja ia tidak telat, ia sangat bersyukur abang ojol sangat pandai berkendara dengan cepat.
Sekarang Sasa sudah bersama sahabatnya di kantin. Mereka menemani Sasa makan, lebih tepatnya menemani Sasa yang melewatkan sarapannya.
Setelah selesai kelas tadi Sasa langsung menarik Laras dan Tara untuk segera ke kantin. Itulah sebabnya sekarang mereka berada di sini.
Obrolan mereka sangat lancar terutama tentang gosip-gosip kampus. Sasa hanya mendengarkan saja karena ia sedang menyuapkan semangkuk mie ayam untuk ia santap.
Tiba-tiba saja Tara bertanya kepada Laras perilah hubungan asmaranya.
Sungguh Tara adalah orang paling kepo yang ku kenal, sedangkan Laras adalah gadis yang lembut tapi jika Laras sudah marah jangan harap ia akan berbicara padamu. Laras akan diam dan menjadi cuek bahkan dingin jika ia sedang marah.
"Lo sama bang Devan gimana Ras?" tanya Tara kepo
"Gua di tembak semalem" ucap Laras malu-malu, sungguh lucu sikapnya pipinya langsung memerah.
uhukk
aku yang sedang mengunyah mie ayam langsung tersedak"Demi apa? wah gila akhirnya abang gua bisa serius juga" ucapku bangga
Ya bang Devan adalah abangku, ia dan Laras sedang dekat. Aku tak menyangka jika abangku sebetani itu untuk menembaknya.
"Kenapa ga langsung lamaran aja si lu bedua" ucapku asal
tukk
palaku di toyor oleh Laras dan Tara."Lu kira nikah gampang? yakali langsung lamar aja" tentu saja ucap Tara. Karena Laras tidak mungkin menoyor kepalaku.
Tara, dia gadis yang galak, dan sangat kepo. Tentu saja ia juga sangat asik. Tapi entah kenapa ia tidak memiliki pacar, mungkin karena dia galak.
Lamunanku langsung buyar ketika Laras bertanya kepadaku
"Ngapain lo ngelamun Sa?""Hah? engga cuma mikir aja untung tadi pagi gua ga telat." ucapku berbohong.
"Yeu boong aja lu, paling mikirin Arga yang sedang terbang berkelana."
tentu saja ini adalah ledekan Tara kepadaku."Sotau lu nyet" ucapku betcanda sambil meneguk es jeruk yang ku pesan.
"Yeuu, tapi benerkan ciee ciee" ledeknya lagi
"Gila awet juga lu ama Arga Sa" buset ini si Laras kalo ngomong bener juga.
Hubunganku dengan Arga terbilang cukup lama, karena baru kali ini aku berpacaran tapi dengan jangka waktu yg lama. Biasanya hanya beberapa bulan atau 1 tahun, biasa cinta monyet.
Tapi dengan Arga sudah 3 tahun. Kami awal kenal karena game online, lalu berlanjut chatan dan akhirnyaa kita berteman.
Setelah lumayan berteman dan kami ternyata satu frekuensi dan memiliki kesamaan yang lumayan banyak.
Akhirnya kami memutuskan untuk berpacaran. Begitulah kisah pertemuan singkatku dengan Arga.
Kami jarang bertemu, karena Arga adalah seorang pilot, jadwal penerbanganya padat kadang bentrok dengan jadwal kukiah ku yang padat.
Itu membuat kami jarang bertemu. Tapi kami tetap berkomunikasi lewat chat.
"Kenapa ga langsung nikah si lo? pacaran lama-lama ngapain?" tidak usah di tanya ini ceplosan siapa, tentu saja Tara.
"Nikah gimane, restu emaknya aja blom dapet." ucapku bernada sedih, padahal Tara sendiri yang bilang nikah itu ga gampang.
"Gausah sok sedih lu nyet"
"Ututut kecian sini peluk"
"Aaa sayang banget sama calon kaka ipar, ama yang onoh mah engga" ucapku sambil memeluk dan melirik Tara.
"Ikutan dong gue" ucapnya meyusul berpelukan.
Rasanya aneh sekali berpelukan di kantin seperti teletabis. hahaha.
"Udah woi, bentar lagi ada kelas" ucap Laras mengingatkan.
Akhirnya kami berjalan menuju kelas.
Tapi pikiranku terganggu perihal hubunganku dengan Arga.
Walaupun kita sudah bersama selama 3 tahun, namun aku hanya beberapa kali bertemu dengan mamanya.
Aku tahu, sangat mengerti jika mamanya Arga kurang setuju denganku. Hal itu karena aku katanya terlalu manja dan kekanak-kanakan.
Aku mengetahuinya saat itu, aku mendengar langsung pembicaraan anatara Arga dan Ibunya.
Tepatnya saat itu aku sedang di ajak kerumahnya dan bertemu Mamanya. Dan ini sudah pertemuan yang beberapa kalinya.
Saat aku kembali dari toilet aku mendengar percakapan antara Mamanya Arga dan Arga yang sedang berdebat.
"Mama kurang setuju ga sama Sasa"
"Emang kenapa si Ma? Sasa baik."
"Tapi dia terlalu kekanakan dan lebih muda dari kamu, dia juga keliahatannya manja. Mama yakin dia ga bisa dampingin kamu sama ngimbangin kamu ga"
Jujur rasanya saat mendengar itu hatiku sakit seperti tertusuk jarum, tapi mau bagaimana lagi restu ibu sangat perlu. Memang benar usiaku dan Arga terpaut lumayan. Tapi ini kan hanya usia.
Aku juga menyadari sikapku yang kekanakan dan kadang manja kepada Arga. Tapi Arga tak pernah marah dia justru senang katanya bahwa ia merasa di perlukan olehku.
Sungguh calon suami idaman."Tapi Arga suka mah, Arga nyaman sama Sasa. Biarin Arga sama Sasa ini pilihan Arga, hak Arga dan bukan urisan Mama." ucap Arga kesal.
"Pokoknya tetep Mama ga setuju, terserah kamu mau lanjut atau engga sama Sasa. Mama lebih setuju kamu dengan Winda."
"Terserah Mama." ucap Arga menahan kesal.
Setelahnya terjadi perang dingin antara ibu dan anak ini. Barulah aku kembali ke ruang tamu, baru saja duduk tiba-tiba Arga menarik tanganku dan mengajakku pulang.
"Ayo aku anter pulang Sa"
"Eh iya, pamitan dulu sama mama kamu." Walaupun hatiku sakit, tetap saja aku harus berskiap sopan kepada ibunya.
"Pulang dulu tante, makasih ya" ucapku degan tersenyum. namun hanya di tanggapi anggukan oleh ibunya Arga.
Haaiii.... Gimana ceritanya? Bosen ya?
Tenang ini baru diawal coba kalian baca part selanjutnya deh...
Semoga senangg yaaJangan lupa vote dan komennya ya gaess...
Karenaa ituu yang mebuatku semangat menulis ceritanyaa :(
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HUSBAND IS MY ENEMY
RomanceSeorang mahasiswi yang hidupnya damai dan tentram dengan tiba-tiba harus menjadi kacau hanya karena perjodohan orang tuanya. Ini semua salahnya, ia yang meminta untuk di carikan jodoh. Tapi Sasa berfikir ia hanya bercanda karena saat itu sedang ga...