8. Sick

4.2K 497 31
                                    

"Kalau begitu, haruskah kita tidak bercerai?"

"..."

"Maksudku, haruskah kita tetap mempertahankan pernikahan kita dan melanjutkan kehidupan rumah tangga yang selama ini sudah kita jalani seperti  sebelumnya?"

"Maksudmu dengan membiarkan status pernikahan kita, sedangkan kau berpacaran dengan Soojung?"

Jongin menatap Sehun dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana mungkin dengan muka tebalnya, pria ini menawari Jongin dengan sebuah situasi yang telah terjadi selama 5 tahun itu? Kepala Jongin bahkan sangat pusing saat kembali mengingatnya.

"Ku rasa itu solusi yang tepat dan menguntungkan bagi kita berdua Jong. Kau tak akan mempermalukan ayahmu, dan aku akan tetap bersama dengan Soojung."

"Menguntungkan? Benarkah? Aku rasa aku sama sekali tidak diuntungkan disini, hal itu hanya menguntungkan dirimu sendiri Oh Sehun."

"..."

"Tidak perlu menghawatirkan keluargaku Sehun, cukup pikirkan perceraian kita." Lagi, Sehun hanya terdiam tanpa merespon perkataan Jongin sedikitpun.

Apa perkataan nya salah? Apa perkataan nya menyakiti perasaan Sehun? Apakah dia harus terus-terusan memikirkan perasaan orang lain saat ini? Sehun sudah terlalu sering memainkan perasaannya, dan Jongin sadar itu. Namun pertanyaannya, mengapa dia masih belum rela dengan perceraian ini?










Jongin terbangun setelah mendengar keributan dari arah kamar mandi. Saat ia duduk di pinggir ranjang ia baru sadar jika Sehun tidak ada disebelahnya.

"Hoekk hoekk..." Jongin melihat Sehun yang tengah tertunduk di depan wastafel. Pantulan wajah Sehun pada cermin pun terlihat begitu pucat.

Jongin memijit tengkuk Sehun perlahan, berusaha untuk sedikit membantu pria itu.

"Sudah merasa baikan?" Sehun menggeleng pelan. Pria pucat itu berusaha untuk menegakkan tubuhnya, dan-

Brukk

"SEHUN!"










"Bagaimana keadaannya?"

"Sepertinya tuan Sehun tidak makan dengan teratur akhir-akhir ini, sehingga asam lambungnya naik."

"Tapi Sehun tidak memiliki riwayat penyakit maag dokter Shin." Dokter bernama Shin Dongyub itu tersenyum kecil sambil membenarkan letak kaca matanya.

"Terkadang stress juga bisa menyebabkan asam lambung naik nyonya. Aku sarankan agar tuan Sehun bisa beristirahat selama beberapa hari dirumah agar kesehatannya bisa cepat pulih."

"Baiklah. Terima kasih dokter Shin. Maaf mengganggu waktu tidurmu." Setelah berjabat tangan dengan Tuan Oh, dokter itu pun akhirnya pulang menyisakan Jongin dan kedua mertuanya yang masih setia berdiri di dekat ranjang Sehun. Ya, kedua orang tua itu tidak jadi pergi karena mendengar kabar Sehun pingsan subuh tadi.

"Ayah, ibu kalian bisa kembali ke kamar kalian sekarang, biar aku yang menjaga Sehun." Yoona nampak tidak setuju, namun suaminya segera menariknya untuk keluar dari kamar anak mereka.

"Hah... kenapa kau malah sakit setelah tinggal disini? 5 tahun yang lalu aku bahkan tak pernah melihatmu batuk sekalipun. Sebegitu menderitanyakah kau tanpa Soojung? Baru 2 hari kau tak melihatnya, tapi kau sudah sakit-sakitan seperti ini." Seru Jongin panjang lebar setelah kedua orang tua Sehun pergi dari kamar mereka. Di pandangnya wajah pucat pria itu. Tangan kirinya hendak menyeka bulir keringat yang mengumpul didahi Sehun, namun pergerakannya segera terhenti karena Sehun sudah lebih dulu membuka mata.

"Masih mual?" Tanya Jongin halus.

"Ya."

"Aku akan buatkan lemon tea hangat agar mual mu sedikit berkurang. Tunggulah..." Sehun hanya mengangguk lemah. Jongin pun segera turun ke dapur untuk membuat minuman tersebut.

Lima menit kemudian, Jongin pun kembali. Ia segera membantu Sehun untuk duduk bersandar di kepala ranjang, lalu membantunya untuk minum teh tersebut.

"Bagaimana? Kau merasa lebih baik?"

"Kurasa aku sudah jauh lebih baik berkat teh mu. Terima kasih."

"Tak perlu sungkan, aku senang bisa membantumu." Dan Sehun tak tahu apa yang terjadi pada jantung nya, karena senyum manis Jongin malam ini berhasil membuatnya berdebar cukup kencang.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam 9."

"Bukankah kau harus bekerja di kafe?"

"Aku sudah izin pada Kyungsoo hyung untuk tidak masuk hari ini."

"Maafkan aku." Jongin mengerutkan alis nya, "Kenapa minta maaf? Seperti bukan Oh Sehun saja."

"Memangnya aku seperti apa?" Sehun menatap Jongin dengan serius.

"Kau? Entahlah. Meski 5 tahun hidup bersama, aku tidak tahu seperti apa kau yang sebenarnya. Aku hanya tahu kebiasaanmu tidak dengan sifat mu."

Jongin merasa bahwa Sehun adalah tipe orang yang jarang memperlihatkan sifat aslinya dihadapan orang lain. Dia tak tahu apakah Sehun adalah si brengsek, si bajingan ataupun si pria dingin yang biasa ia temui dirumah. Namun terkadang ia juga bisa berubah menjadi pria baik, hangat dan romantis jika bersama dengan Soojung. Entah karena dia sangat membenci Jongin atau karena ia terlalu mencintai Soojung.

"Bajingan, brengsek, dingin. Bukan kah itu yang ada dipikiranmu?"

"Ya. Karena kau membenciku."

"Maafkan aku..." tatapan Sehun berubah sendu. "Kenapa kau terus-menerus minta maaf? Kau membuatku terlihat kejam."

"Sudah! Sekarang istirahatlah agar besok kau bisa cepat pulih dan kembali bekerja." Jongin memaksa Sehun untuk kembali berbaring di kasurnya lalu menyelimuti si pucat untuk memastikan pria itu tetap hangat.

"Sekarang tidurlah, aku akan membangungkan mu saat jam makan siang nanti."









Siang harinya Sehun merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Berterima kasihlah pada teh buatan Jongin dan juga tidur panjangnya sehingga ia bisa pulih secepat ini. Tuan Oh yang sebelumnya membatalkan kepergiannya terpaksa pergi karena paksaan Sehun. Pria pucat itu bilang jika ibu dan ayah nya butuh liburan jadi mereka harus melanjutkan rencana pergi mereka.

"Jongin telpon ibu jika ada apa-apa dengan anak jelek ini oke?"

"Tenang bu... aku sudah baik-baik saja. Cepat pergi dan buatkan aku adik baru!" Canda nya.

"Dasar kurang ajar! Kalau begitu ibu dan ayah pergi dulu yah Jong. Ingat! Jika terjadi sesuatu, segera hubungi kami."

"Siap bu! Jangan terlalu pikirkan kami, dan bersenang-senanglah dengan liburanmu." Pasangan orang tua itupun akhirnya pergi, dan menyisahkan Jongin serta Sehun yang masih berdiri dipelataran rumah.

"Kau juga. Pergilah bekerja, aku sudah sehat." Jongin menggeleng pelan, "Aku sudah izin, jika aku datang ke kafe, Kyungsoo hyung pasti akan mengusirku. Jadi lebih baik aku dirumah saja."

"Baiklah. Kalau begitu ingin makan diluar? Kebetulan aku ingin memakan sup ayam."

"Boleh juga. Tunggu sebentar, aku akan ganti baju dulu." Sehun hanya tersenyum sebagai balasan. Setelah itu Jongin pun segera naik ke kamar mereka untuk mengganti baju.








Tbc

Note:

Maaf chapnya pendek. Alurnya kecepetan. Dan maaf baru update lagi.

Karena sempat kehilangan arah, akhirnya aku bisa nerusin ff ini lagi. Makasih buat semua yang udah komen dan juga vote cerita ini. 😁😁😁

After You | Hunkai |▪> END <▪✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang