Atus

44 10 19
                                    

"Semua tolong berbaris sesuai nama yang aku sebutkan."

Croft mengambil secarik kertas di balik jasnya. Ia mulai membacakan isi kertas tersebut.

"Dinda Antargata."

Perempuan dengan baju serba hitam itu berjalan maju menghampiri Croft. Mukanya terkesan datar.

"Kirana Taraksa."

Kirana berjalan tergesa-gesa. Kirana sangat antusias dengan dunia baru ini. Bisa dilihat dari senyum yang terlukis di wajahnya tidak luntur sejak melihat hewan-hewan bercahaya tadi. Tidak habis pikir, teman Martha yang satu ini memang menyukai hal-hal fantasy sedari dulu, dan lebih terkesan fanatik sepertinya.

"Auuuu."

Suara lolongan seekor serigala terdengar. Mengejutkan semua orang. Croft berhenti membacakan nama-nama mereka. Semua ikut terdiam. Lolongan serigala lainnya ikut menyahut. Seperti sedang menyampaikan pesan berantai. Croft membisikkan sesuatu kepada Eleanor.

"Sebaiknya kita harus cepat meninggalkan hutan ini Croft." Eleanor berkata dengan wajah serius.

Croft tahu ada yang tidak beres. Ia pun mengangguk setuju. Ia melanjutkan pengabsenan dengan segera.

"Prilia Prabangkara, Nailah Jitaksara, Waode Anagata, Martha Margana, Ananda Hematala, dan yang terakhir Salma Danabrata."

Semuanya langsung berbaris sesuai intruksi Croft. Tidak ada aba-aba, tanah yang dipijaki mereka langsung bergetar. Seperti sebuah pasukan kuda akan datang ke arah mereka. Eleanor mengembangkan sayap hitamnya lagi. Bersiap untuk mahluk apapun yang akan muncul di hadapannya.

"Tidak ada waktu lagi, cepat pegang tangan teman yang ada di depan kalian." Croft memberi perintah.

Sontak semua langsung mengikuti perintah Croft. Ini membuat Martha dan yang lainnya semakin cemas dan takut. Croft memegang salah satu tangan Dinda dan mengucapkan beberapa kata. Sementara Eleanor berada di belakang barisan sambil memegang tangan gadis bernama Salma itu.

Seketika semua terhisap kedalam cahaya. Ini mengingatkan Martha pada apa yang terjadi di dalam kamarnya sebelum jatuh ke tempat ini.

Dan benar saja, mereka sudah berada di dalam komplek bangunan-bangunan besar. Terdapat banyak anak seumuran Martha dan yang lainnya.

"Tutup gerbangnya cepat!" Seorang laki-laki berteriak kepada beberapa orang di depan gerbang. Eleanor juga ikut pergi ke arah gerbang. Para Igter memberi arahan kepada Martha dan yang lainnya untuk masuk ke dalam salah satu gedung.

"Sebenernya ada apa sih de?" Tanya Martha berbisik kepada Waode yang berjalan di depannya.

"Pake nanya lagi, Gue juga ngga tau." Balas Waode.

"Ini pertama dan terakhir kalinya lo ngirimin surat cinta ke gue, dan jangan pernah lagi."

"Siapa juga yang mau jadi pengagum rahasia lo mar."

Obrolan mereka terhenti ketika masuk ke dalam bangunan itu. Bangunan ini seperti aula besar yang bernuansa putih dengan langit-langit yang sangat tinggi diisi dengan banyaknya burung putih berterbangan. Disertai Ornamen-ornamen burung ter-ukir di seluruh dinding aula. Juga Tiang-tiang besar berjejer di dalam ruangan. Semua ini membuat yang melihatnya takjub. Semua bisikan-bisikan memenuhi ruangan ini.

Croft menyuruh Martha dan yang lainnya duduk di tempat yang sudah di sediakan. Lalu Croft pergi kembali ke luar aula.

"Apa cuma gue disini yang punya 6835 pertanyaan?" Tanya Prili kepada teman-temannya.

"Buset dikit banget pril, di kepala gue ada hmm mungkin 6836 pertanyaan." Jawab Kirana.

Nailah memukul Kirana yang duduk disebelahnya itu.

"Ini gara-gara surat cinta dari Waode nih pasti." Nanda menatap tajam kearah Waode.

"Kenapa bisa coba, kita yang anak baik-baik kena musibah kayak gini." Martha ikut mengeluarkan keluhan dari kepalanya.

"Meski gue ga setuju lo anak baik-baik, ya gue juga ga ngerti kenapa harus kita."
Balas Waode.

"Di dunia freak kayak gini ada cermin pasti ya."

"Segitu baiknya gue, ngasih wifi gratis ke lo pada."

"Itu ngga dihitung mbak." Tambah Kirana.

"Eh siapa tuh di depan." Ucap Nailah sambil menatap banyak orang memakai jas, dasi, gaun, juga beberapa yang bersayap berdiri diatas tangga. Igter Croft dan Lea juga ada disana.

"7 orang paling depan itu adalah pendiri minerva." Jawab perempuan bernama Dinda itu dengan mata yang berbinar-binar.

Sebegitu menarikkah bapak-bapak tua itu di hadapan mata Dinda dan anak-anak yang lain? Batin Martha.

"Mereka yang bertarung melindungi accipiter terdahulu dari para atus." Tambah Salma dengan bangga menceritakan.

"Atus?" Tanya Martha dan kelima temannya bersamaan.

"Salah satu mahluk yang hidup di dunia abstrak ini, katanya berjuta-juta tahun yang lalu, atus ini iri kepada bangsa accipiter yang mempunyai sayap-" penjelasan Salma terhenti, Dinda memotongnya.

"Salah satu atus terkuat membaca ramalan bahwa seorang atus yang ingin berwujud serupa accipiter, harus membunuh seorang accipiter bersayap abu-abu. Lalu sayap dan kekuatannya bisa dipakai oleh atus itu sendiri."

"Perang antar dua bangsa ini pun terjadi. Bangsa yang lain juga turut membantu, ada yang berpihak pada kita, ada juga yang di ancam oleh atus hingga harus berpihak kepadanya. Akhir dari perang tersebut adalah atus yang membaca ramalan itu bernama Rodhes, berhasil membunuh accipiter terkuat kita, yaitu Minerva." Salma menjelaskan panjang lebar.

"Jadi nama orde ini diambil dari nama seorang accipiter yang mati itu?" Tanya Kirana.

"Tepat."

Tiba-tiba langit aula menjadi biru gelap, seluruh lampu mati.

"Salam accipiter." Suara seorang dari salah satu pendiri Minerva bersuara.

Sontak semua berdiri, kecuali beberapa anak yang sepertinya baru mengenal dunia ini, termasuk Martha dan kelima temannya itu.

"Eh berdiri cuy." Kirana berbisik kepada teman-temannya.

Semua kembali duduk diikuti Kirana dan teman-temannya yang baru berdiri. Sontak mereka di lihat oleh pendiri Minerva juga Igter-Igter di depan. Mereka segera kembali duduk menahan malu. Salah satu Igter berbisik kepada pendiri Minerva. Pasalnya yang berdiri setelah semuanya duduk hanya mereka.

"Kirana kampret." Martha dan kelima temannya mengumpat berbarengan.

"Eh anjir gue juga gatau." Kirana menatap teman-temannya yang memasang tatapan horror itu.

"Pada kesempatan kali ini, aku dengan bangga menyambut kedatangan accipiter yang baru direkrut oleh Minerva."

Banyak anak-anak yang kelihatannya lebih tua dibanding Martha dan yang lain menatap ke arah mereka. Mereka bertepuk tangan untuk menyambut anggota baru orde Minerva.

"Eh itu ada cogan ngeliatin kita."
Bisik Nanda.

"Mau di dunia biasa, abstrak, segitiga, lingkaran, yang jomblo mah beda."
Sarkas Kirana.

"Halah kayak yang ga minat cogan aj-"

"EH ANJIR ITU GANTENG!" Kalimat Nanda terpotong oleh Kirana yang berteriak histeris sambil menunjuk orang yang dimaksud.

"Kir jangan teriak malu, bikin budeg juga tu suara." Prili masih mengusap-usap telinganya.

"Tai kir tai, itu cogan yang dimaksud gue pertama." Ucap Nanda sebal.

Kirana hanya tersenyum sambil mengacungkan dua jari berbentuk peace.

▪❇▪

a/n

Akhirnya dapet pencerahan walau absurd jadi update.

Next jangan?

30 Juni
1:49 a.m

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maybe (FV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang