458 79 4
                                    

Selamat membaca,

Daniel menjatuhkan koran yang dipegangkan kemudian jatuh tertunduk.

Kilasan masa lalu bersama sang papa terus terputar di kepalanya.

Kejadian terakhir bersama papa yang membuat dirinya trauma akan hujan kembali terlintas di kepalanya.

Kejadian yang membuat ia harus kehilangan kakak tercinta beserta mimpi tinggi sang kakak.

Kejadian yang membuat ia harus berpisah dengan mama tercinta dan kasih sayang yang seharusnya dia peroleh.

Sungwoon yang tahu keadaan Daniel saat ini memberi kode agar Sewoon keluar dari apartement mereka dengan tangannya. Sewoon mengernyit bingung tapi tak selang lama dia pun meninggalkan Sungwoon dan Daniel.

"Berdiri Niel" titah Sungwoon dengan tubuh yang sudah terduduk untuk membantu Daniel berdiri.

Daniel berdiri perlahan dan berjalan menuju sofa apartement mereka.

"Biar kuambilkan minum."

Daniel tak menyahut, kepalanya masih setia menunduk, kedua tangannya menutupi seluruh permukaan wajahnya, dia menangis dalam diam.

Sungwoon menunggu Daniel di sampingnya. Telepon yang sejak tadi berdering dia abaikan, bahkan sekarang ponselnya sudah dalam keadaan mati -ya akibat dimatikan oleh sang pemiliknya-

"Kak-"

Sungwoon langsung antusias mendengar suara Daniel karena sejak satu jam yang lalu Daniel hanya diam tanpa suara, hanya terdengar suara tangisnya namun sangat lirih sampai Sungwoon hampir tak mendengarnya.

"Kenapa papa kembali ?" Daniel mengeluarkan pertanyaan yang Sungwoon sendiri tak tahu harus menjawab apa.

Daniel menatap Sungwoon dalam, sedikit air mata di bawah mata indah Daniel terlihat oleh indra penglihatan Sungwoon, ia tak tega melihat orang yang dicintainya ini.

"Ingat! Kau tidak sendiri Niel." Sungwoon berucap dengan dirinya yang sudah memeluk Daniel erat, menyalurkan kekuatan yang mungkin sangat dibutuhkan Daniel saat ini.

"Kau hubungi reporter itu, paksa dia untuk mengaku dan memberi informasi yang lebih jelas mengenai keberadaan Kang Dongwoo!" Ceo Kim memerintah seseorang dalam sambungan telepon.

Tut!

Sambungan telepon dimatikan. Jaehwan meletakkan ponselnya di atas meja.

"Bagaimana ? Aku harus melakukan apa lagi ?" Jaehwan bertanya.

"Untuk saat ini itu dulu, sajangnim. Setelah ini, aku dan Daniel akan pergi ke Busan untuk menemui ayahku dan mama Daniel." Sungwoon berbicara dengan tegas, matanya sarat akan rasa marah.

"Ahh, aku tak percaya diriku dijadikan boneka oleh pegawaiku sendiri." Desis Jaehwan.

"Ini demi kebaikan perusahaan juga wahai sajangnim."

"Siap Ha Sengun. Untuk kali ini aku akan mencoba percaya padamu karena kau paling mengerti Daniel."

Sungwoon mengangguk yakin dan keluar dari ruangan ceo Kim.

Sungwoon dan Daniel sudah duduk di pesawat, mereka akan pergi ke Busan. Sungwoon sudah mengosongkan semua jadwal Daniel untuk beberapa hari ke depan dan membatalkan seluruh jadwal yang sudah disepakati sebelumnya, biarlah perusahaan yang menanggung biaya ganti ruginya toh Daniel sudah sangat membantu perusahaan semenjak dia masuk ke sana.

"Niel, kau bisa tidur." Sungwoon menepuk bahu kanannya, memberi kode agar Daniel menyenderkan kepala di bahunya.

"Hmm."

Sungwoon menatap wajah Daniel yang terpejam, wajahnya nampak lelah, lelah karena kurang istirahat dan kebanyakan mendapat beban.

"Kuharap ini akan segera berakhir."

"Bawa suami Anda kemari dan Anda akan bebas. Semua bukti mengarah pada Anda nyonya Kang, tanpa pak Kang Anda akan menjadi tersangka utama dan menerima semua tuduhan yang seharusnya suami Anda terima."

"Maaaaaaa!!! Maaaaaamaaaaaaa!!!!"

"Mama tak bersalah!!!!!"

"Maaaaa"

"Niel-"

"Daniel-"

"Huh.."

Daniel terbangun dari mimpi buruknya, dia mengusap wajahnya kasar.

"Kita sudah sampai."

Daniel mengangguk.

"Mamamu sudah berada di rumah."

Lagi Daniel hanya mengangguk, dia berjalan terlebih dahulu. Di belakang Sungwoon menghela napas berat menatap punggung Daniel.

"Sayang-" Mama Kang memeluk Daniel posesif, rindu yang selama lima belas tahun akhirnya tersampaikan, dalam heningnya rumah keluarga Ha mereka berdua menangis.

"Kau sudah bekerja keras Niel. Kau sudah bekerja keras. Mama bangga."

Tangis Daniel semakin pecah mendengar penuturan mamanya.

"Terima kasih telah menjadi anak yang hebat."

"Terima kasih telah menjadi anak yang kuat."

"Terima kasih telah menjadi anak yang tabah."

Mama Kang terus berapalkan berbagai pujian untuk Daniel.

"Terima kasih sayang terima kasih"

"Jadi Kang Dongwoo kembali ?" Ayah Ha bertanya pada Sungwoon ketika Daniel dan mama Kang sudah tidur.

Sungwoon mengangguk, menyeruput kopi yang dibuatkan oleh ayahnya tadi.

"Utusan perusahaanku telah menyelidiki keberadaan Kang Dongwoo. Kuharap anak buah ayah segera mengambil tindakan setelah keberadaannya terdeteksi."

"Pasti putraku pasti. Aku tak akan tinggal diam kepada orang yang telah menyakiti orang yang dicintai putraku."

"Yah-"

Ayah Ha tersenyum, "Daniel juga sangat mencintaimu, Sungwoon ah."

"Memang begitu ketara ya yah ?"

"Sangat putraku." Ayah Ha lagi-lagi tersenyum, kali ini dengan sedikit tambahan smirk.

"Ngomong-ngomong, bagaimana mengenai berita Daniel ini ?"

"Perusahaan sudah membuat pernyataan resmi. Dan tak ada rahasia lagi antara perusahaan dengan masyarakat, perusahaan telah mengungkapkan cerita sesuai perintahku, terserah masyarakat akan percaya pada siapa, jika percaya kepada kami maka bisa dipredikisi seluruh negeri akan mencari Kang Dongwoo."

Ayah Ha bangga kepada putra mungilnya ini, tubuh saja boleh mungil tapi kekuatannya tak ada bandingannya.

"Kau akan menerima akibatmu Kang Dongwoo" mata nyalang Sungwoon terlihat jelas.

"Semua akan terbongkar Sungwoon ah, kau pasti bisa." Ayah Ha menyemangati Sungwoon.

Seluruh percakapan tadi terdengar dan terlihat jelas oleh seseorang,

"Terima kasih kak, sangat." Gumamnya.

Bersambung.

Ombrofobia | Nielwoon✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang