866 142 34
                                    

Selamat membaca,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca,

*

Mereka berdua sudah di sini, duduk selonjoran di ruang tamu keluarga Ha.

"Niel, apa sih? Masih marah ? Aku gak nyaman kamu tatap begitu" Sungwoon akhirnya menyampaikan suara hatinya yang sejak tadi dia pendam.

Pelukan di kantor polisi tadi tidak ada artinya karena Daniel masih marah.

Sejak pulang dari kantor polisi, Daniel menatap tanpa berkedip ke arah Sungwoon.

"Kakak kan tadi aku suruh nunggu di Bandara aja, ngapain nekat pulang ?"

"Yang terpenting kan aku udah di sini Niel."

"Kalau gak gini, kakak pasti ngelakuin gitu lagi. Gini aja biar kak Sungwoon kapok."

Sungwoon gemas dengan Daniel, dia mengacak rambut Daniel yang pirang itu dengan lembut.

"Ayaaah pulang!" suara dari arah pintu pun terdengar, membuat kedua orang di ruang tamu tersebut menoleh ke sumber suara.

"Ayah denger dari depan ada ribut-ribut, masih ribut soal tadi ?" Tanya ayah dengan membawa sebuah kresek hitam di tangan kanannya.

"Iya nih yah, Daniel tuh kayak bocah banget." Sungwoon mengadu kepada ayah.

Daniel menatap Sungwoon lagi, namun kali ini lebih tajam.

"Kalau aku kayak bocah, kamu kayak apa huh ? Tubuh gak tinggi-tinggi ngatain orang lain kayak bocah. Mirror please ! Udah aku badmood, mau ke kamar aja." Setelah serentetan kalimat panjang dari Daniel, dia pun langsung bangkit dari duduknya dan dengan cepat berjalan ke arah kamarnya. Tak lupa juga suara dentuman tanda pintu kamar ditutup dengan keras juga terdengar.

Sungwoon menatap pintu kamar bertuliskan "Nielwoon's room" dengan tatapan sedih, dia menghela napas.

Sungwoon bangkit dari duduknya.

"Yah, tolong siapain makan malamnya ya, Woon mau bujuk Daniel dulu." ucap Sungwoon kepada sang ayah yang masih berdiri tak jauh dari dia tadi duduk, setelah memastikan ayah mengangguk, Sungwoon pun segera menuju kamar.

Tok tok tok

"Niel, ayo makan dulu" ucap Sungwoon

Tidak ada jawaban.

"Niel, jangan gini. Kamu libur cuma 4 hari loh" Sungwoon terus membujuk Daniel.

Tida ada jawaban lagi.

"Niel, ayah bawa makanan enak ini tadi."

Masih tidak ada sahutan dari dalam.

"Niel, kamu gak mau cerita banyak sama ayah?"

Suara jangkrik pun tak terdengar.

"Niel, kata ayah kucing kita udah melahirkan loh."

Masih sama, tak ada jawaban.

"Niel, habis ini beli jelly yang banyak di tempat dulu waktu kita masih kecil"

Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam kamar.

"Niel, kakak lagi capek loh, jang-"

Ceklek

Akhirnya Daniel membuka pintunya.

Well, sebenarnya Sungwoon tahu kelemahan Daniel. Daniel itu tidak bisa melihat Sungwoon menderita.

Daniel menatap Sungwoon datar dan dibalas senyuman Sungwoon paling manis.

"Gak bakal gini lagi Niel. Udah ya berhenti. Ayo makan"

Daniel memeluk Sungwoon lagi

"Kak Woon tuh udah sering aku giniin, tapi tetep aja bandel nerjang hujan."

Sungwoon hanya bisa mengelus rambut Daniel yang masih berada di pelukannya.

"Iya maafin kakak yang bandel ini"

Jangan heran kalau Daniel menjadi seperti ini hanya karena hujan. Daniel sering seperti ini, dia akan menjadi orang lain ketika air jatuh dari langit yang sering disebut hujan itu datang.

Daniel benci hujan.

Hujan itu membawa sial.

Daniel takut hujan.

Hujan itu merengut kebahagiaan Daniel.

Dan Daniel tidak mau kakaknya juga terkena sial dan tidak bahagia karena hujan.

Daniel sayang kakaknya.

Ini kok jadi semi baku gini ya, tauk ah pyusing, besok senin kan kawan sekalian?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini kok jadi semi baku gini ya, tauk ah pyusing, besok senin kan kawan sekalian?

Btw, kalian yang semangat ya nunggu cerita ini😁😁❤❤

Ombrofobia | Nielwoon✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang