Juli 2017.
Kala itu musim panas. Kira-kira pertengahan bulan Juli. Disaat beberapa jenis bunga masih bermekaran.
Walau sedang panas-panasnya, keberadaan bunga-bungan tersebut disepanjang perjalanan pulang dari kampus menuju stasiun seakan membuat panas matahari berkurang setengahnya.
Selain langit pagi hari, memandangi bunga-bunga yang bermekaran menempati urutan kedua di daftar hal-hal yang aku sukai dan tidak boleh terlewatkan begitu saja.
Rute perjalanan pulang sudah diluar kepala.
Kedua iris hitam milikku menjadi semakin asik menatapi deretan bunga di sisi kanan jalan dan di atas pohon-pohon yang berada beberapa meter di atas kepala ku.
Meskipun pandanganku terpaku pada bunga-bunga tersebut, kedua kaki ku tetap bisa berjalan perlahan dengan benar menelusuri jalan pulang.
Aku berjalan langkah demi langkah.
Tidak memperdulikan sudah berapa menit waktu yang terbuang karena langkahku begitu lambat.
Biarkanlah sekali-kali aku mengabaikan waktu.
Bunga-bunga ini harus di apresiasi keberadaannya karena sudah berjuang selama beberapa bulan hingga akhirnya saat ini bisa muncul dengan begitu cantiknya.
Kira-kira setengah perjalanan menuju stasiun sudah aku lewati, kini fokus ku teralihkan pada birunya langit.
Tanpa disadari, segaris senyuman tergambar di wajahku.
"Langit sore memang tidak pernah mengecewa—"
"Sha!"
teriakan seseorang secara tiba-tiba membuat langkah serta monolog ku terhenti, orang itu sepertinya sedang berlari beberapa meter di belakang.
Tubuhku berputar 180 derajat untuk melihat sosok tersebut.
Dan tepat beberapa detik setelahnya si pemiliki suara dapat tertangkap oleh kedua indra pengelihatanku.
Ia berlari kearah ku dengan efek bunga-bunga yang berjatuhan di sekelilingnya.
Bukannya berlebihan dengan efek bunga-bunga berjatuhan, tetapi visual serta aura milik seseorang yang sedang berlari itu memang cocok jika dipasangkan dengan efek bunga berjatuhan.
Dari kejauhan, wajahnya terlihat seperti kemerahan.
Entah karena terlalu lelah berlari atau karena ingin menyesuaikan diri dengan berbagai bunga yang sedang bermekaran saat ini.
Semakin dekat, aku merasa kalau laki-laki tersebut nampak familiar.
Eh? Azka?
Merasa kurang yakin, aku memicingkan kedua mata agar dapat melihat lebih jelas.
Hingga pada akhirnya sosok itu berhenti tepat dihadapan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walkin' in Time [DISCONTINUED]
Fanfictionyang bisa diingat hanyalah hal-hal yang telah berlalu. ©hipsterarite June, 2018