Prolog

468 37 8
                                    

Cinta dalam diam,  benar aku diam-diam telah memendam rasa Padanya. Tapi aku takut mengaharapkan dia, karena dia dan aku sungguh berbeda.

Namun takdir berkata lain, tanpa aku duga. Seorang pria dengan gagahnya melamarku di depan kedua orang tuaku. Jujur aku tak mengenal laki-laki itu, yang aku tahu hanya namanya. Arfan, yah.. Namanya Arfan.
Jujur hatiku terasa sedikit terluka, namun apa daya dia takdirku. Seketika aku melihat Arfan berbalik kepadaku,  sungguh terkejutku melihatnya ternyata dia pria yang kukagumi.

Karena sebelumnya telah ada cinta yang kisimpan dakam diam untuknya membuatku tanpa ragu untuk melaksanakan pernikahan.
Dengan setujunya kedua belah pihak, maka pernikahan kami akan di laksanakan. Aku dan Arfan akan menikah, padahal kami hanya saling mengenal dalam waktu 1 bulan. Sangat singkat, tapi kami berani mengambil langkah agar secepatnya melaksanakan pernikahan.

Awalnya begitu indah, segalanya terasa manis. Aku sangat mencintai suamiku, dialah belahan jiwaku, dan separuh nafasku saat ini. Begitupun suamiku, perhatian, kasih sayang,  dan cintanya selalu ia berikan padaku. Sungguh syurga dunia.

Pahitnya pernikahan mulai aku rasakan, saat mertuaku mengharapkan seorang cucu. Namun, aku tidak mampu memberikannya karena menderita sebuah penyakit. Aku merasa bersalah, aku seorang perempuan, tapi mengapa aku tidak bisa memberikan seorang keturunan.

Suamiku menerima segalanya,  saat kenyataan mengatakan itu. Namun mertua yang sangat mengharapkan hadirnya seorang cucu menghadirkan wanita lain. Ia meminta suamiku untuk menikahi wanita itu. Sungguh sakit hatiku patah mendengarnya. Seorang istri tak akan pernah rela melihat suaminya mendua.

Aku tahu seorang suami boleh memiliki beberapa istri, asalkan dia mampu adil kepada istri-istrinya. Seorang istri yang ikhlas melihat suaminya menikahi wanita lain kelak balasannya Syurga. Ikhlas.. Ikhlas.. Ikhlas kata yang mudah terucap namun sangat sulit melakukannya, apa aku harus menerimanya ?. Kenapa harus ada luka untuk menuju surga.
Dan luka itu terasa menyayat hati, hingga tak berupa lagi. Pecah, retak, dan bahkan lebih dari itu.

Ada banyak jalan menuju surga, salah satunya dengan melewati luka itu dengan ikhlas.

Luka untuk SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang