Chapter 3

86 19 44
                                    

Kasuga Fuyu menatap tumpukan dokumen yang memenuhi mejanya. Seingat Fuyu sebelum rapat tidak ada tumpukan dokumen yang membludak di mejanya.

Fuyu menghela napas, lalu menghempaskan tubuhnya ke kursi. Meski raut wajahnya mengatakan ia sedang tidak ingin bekerja, namun tetap saja Fuyu mulai memeriksa tumpukan dokumen itu satu demi satu.

KRIEEET!

Fuyu mendongakkan wajahnya ketika mendengar seseorang membuka pintu tanpa permisi. Raut malas Fuyu bertambah 50 persen ketika menyadari siapa yang memasuki ruangannya.

“Yoo-“

“Keluar.” Belum sempat pria bersurai pirang itu menyelesaikan sapaannya, Fuyu sudah berbicara terlebih dahulu. Mengusir pria tersebut tanpa belas kasihan.

“Apa seperti itu sikapmu terhadap sahabatmu sendiri?!” protes pria bersurai pirang itu. Lalu iris jade-nya mengerjap kagum. “Heee, seperti yang diharapkan dari calon penerus K.G group, di saat jam makan siang pun kau tetap mengerjakan tugasmu. Hm.. hmm... aku merasa kasihan pada sekretaris seksimu yang selalu kau abaikan itu.”

Urusai (berisik) . Cepat keluar dari sini sebelum kakiku sendiri yang menendangmu, Rei.” Fuyu meletakkan berkas yang baru saja diperiksanya ke dalam map.

Lelaki yang dipanggil Rei itu hanya tertawa sebagai jawaban, “Hanya di saat seperti inilah kau terlihat seperti adik kembarmu. Sebegitu frustasinya kah kau menghadapi pekerjaan dan menjadi pengasuh siswi SMA?”

Ingin rasanya Fuyu memukul wajah mengejek Rei menggunakan sepatu busuk ayahnya. Tapi tidak, ia harus menahan niat itu. Setidaknya di dalam kantor.

Otou-san (ayah) bisa saja membayar orang lain untuk mengurus gadis itu.” Fuyu memejamkan matanya sejenak. “Tapi kenapa dia menyuruhku? Terlebih di saat sibuk seperti ini. Apa yang sebenarnya Pak Tua itu rencanakan?”

Rei tidak bisa berkata apa pun melihat raut frustasi Fuyu. Tentu Rei tahu bagaimana sifat Kasuga Ryou, ayah dari Fuyu. Pria yang terlihat santai di luar namun sebenarnya segala keputusan yang ia pilih akan berpengaruh besar untuk kedepannya. Pria yang sangat ahli mempermainkan orang lain.

Bahkan di mata orang-orang yang mengenalinya, Kasuga Ryou hanya menganggap sepasang anak kembarnya sebagai boneka favorit untuk dimainkan.

“… nanti sore mau bermain game di rumahku? Adikku baru saja membeli console game terbaru.”

Fuyu mendengus geli menyadari Rei yang sedang mencoba memperbaiki suasana hatinya.

“Sore ini pass, ada urusan yang lebih penting.”

***

TING TONG

Bel yang menandakan jam makan siang berbunyi di MITAHARA GAKUEN . Nanami memasukkan bukunya ke dalam laci sembari bernapas lega, karena meskipun ia kehilangan ingatan namun ia tidak kehilangan pengetahuannya.

Anooo… Hoshino-san.”

Nanami menghentikan kegiatannya, lalu menatap dua anak perempuan yang berdiri di depan mejanya.
“Ada apa?” tanya Nanami pelan. Nanami ingat, saat pertama kali memasuki kelas ini guru yang mengajar mengatakan bahwa salah satu dari gadis tersebut adalah pengurus kelas.

“Perkenalkan, namaku Hatsune Chika. Dan gadis yang di sebelahku adalah Akane. Semoga kita bisa berteman baik.” Siswi berkacamata – yang Nanami ketahui ia adalah pengurus kelas – mengenalkan dirinya.

“Hoshino Nanami, yoroshiku (salam kenal) ,” balas Nanami singkat. Ia lebih tertarik pada beberapa siswa yang berkumpul di pojok kelas.

Penindasan. Seorang siswi sedang ditindas, dan tidak ada satu pun yang mempedulikannya. Termasuk pengurus kelas.

Angel of SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang