Chapter 4

74 13 28
                                    

Note : Mohon beri tahu jika ada typo dan semacamnya.

🌼🌼🌼

Beberapa belas tahun yang lalu…

Seorang anak lelaki lahir di sebuah keluarga terpandang. Anak laki-laki tersebut lahir dengan wajah yang manis, bahkan cenderung seperti perempuan.

Oleh karena itu, kedua orang tuanya yang kebetulan menginginkan anak perempuan membesarkannya seperti gadis cilik pada umumnya. Memakaikan bando yang imut, membelikan gaun penuh renda,bahkan mengajarkan cara bicara yang lembut dan kamarnya dipenuhi boneka mahal yang sangat cantik.

Anak laki-laki itu benar-benar menjelma menjadi boneka imut yang sempurna.

Di usia menginjak lima tahun, saat anak di taman kanak-kanak mengatai dirinya, bocah itu tersadar bahwa dia sebenarnya lelaki. Ia seharusnya tidak boleh berambut panjang, tidak boleh menggunakan pakaian yang imut.

Meski begitu, anak lelaki tersebut tidak protes terhadap perlakuan orang tuanya. Walau ia sadar ada yang salah pada dirinya, ia tetap menjalankan kehidupannya sebagai anak perempuan. Bahkan, anak lelaki itu justru semakin menyukai hal-hal yang feminim. Dan yang paling ia sukai adalah boneka indah yang tidak memiliki jiwa. Di mata anak itu, kekosongan justru semakin memancarkan keindahan yang tersembunyi.

Hal tersebut berlanjut sampai ia berusia sepuluh tahun, sampai sang adik perempuan yang manis lahir di tengah-tengah keluarganya.

Sebagai penerus usaha keluarga, anak laki-laki itu pun dibesarkan sebagai anak lelaki pada umumnya. Sayangnya, kebiasaan tidak bisa menghilang sepenuhnya begitu saja. Bahkan saat ia sudah bersikap selayaknya lelaki, anak itu tetap tidak bisa menyingkirkan rasa sukanya pada sosok indah yang kosong seperti boneka.

“Aaaah, jika aku tidak boleh menyukai boneka, aku akan mencari anak perempuan saja. Sosok ideal yang kudambakan. Bukan anak perempuan yang memiliki jiwa, itu menjijikkan. Jiwa yang mereka miliki justru menunjukkan kekurangan mereka yang menjijikkan. Mayat sekali pun tak masalah bagiku.”

Di usia 16 tahun, Yanagi Akira, menyadari ia memiliki kelainan jiwa akibat perlakuan orangtuanya.

***

“Ada apa Nanami-chan? Wajahmu seperti hendak mengatakan sesuatu.”

Saat ini, Ryou dan Nanami sedang berada di meja makan sehabis sarapan. Nanami menunggu Fuyu yang sedang mengambil sesuatu di kamarnya sedangkan Ryou membaca koran pagi.

“Sebenarnya … ada apa dengan Fuyu-sama?” Nanami bertanya dengan suara yang pelan. “Sejak menjemputku dari sekolah dia selalu tersenyum. Berbicara ramah padaku. Apa kepalanya terbentur sesuatu?”

“Pfft… HAHAHAHA!” Ryou spontan tertawa mendengar pertanyaan jujur Nanami. “Kau ingat dulu aku pernah mengatakan sifat Fuyu yang sesungguhnya berbanding terbalik dari sifat ketusnya? Pada dasarnya dia memang anak yang ramah. Mungkin saat ini pekerjaan yang telah menganggunya sedikit berkurang dan terlebih lagi kemarin dia bertemu…”

Ryou tiba-tiba mengentikan ucapannya. Merasa ia sebaiknya tidak berkata lebih jauh dan mengabaikan tatapan menuntut dari Nanami, akhirnya ia mengeluarkan topik baru.

"Daripada itu, bagaimana sekolah barumu? Menyenangkan?”

Nanami sadar Ryou sedang mengalihkan perhatiannya, namun ia tetap menjawab pertanyaan Ryou. “Dibanding menyenangkan bisa dibilang sekolah itu menarik. Aku melihat banyak siswa yang mengecat rambutnya hingga berwarna-warni, memakai soft-lens bahkan ada yang memodifikasi seragamnya menjadi pakaian ala goth-loli.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angel of SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang