2. I'm scared

8.6K 860 73
                                    

•••

Tiga hari berlalu.

Lisa tak bisa menepis rasa takutnya.

Bahkan ia langsung menghapus pesan itu setelah membacanya.

Ia takut.

Benar-benar takut.

Ia ingin memberitahu Ibunya namun ia tak memiliki bukti dan pasti Ibunya juga bilang ia berhalusinasi.

Tiga hari berlalu dan tiga hari juga Lisa bertahan untuk tak tidur.

Ia selalu merasa di awasi.

Kantong mata hitam tercetak jelas di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia tak pernah tidur.

Ia selalu mengurung diri di kamar dan tak pernah membuka jendela nya.

Ibunya juga sampai tak bekerja untuk beberapa hari kedepan karena kondisi kesehatan Lisa menurun.

Ponselnya tak pernah ia sentuh lagi.

Ia takut jika orang itu akan mengiriminya pesan aneh yang lain.

Lisa menarik napas dalam dan terus mencengkram selimut yang menutupi tubuhnya.

Ibunya pergi beberapa menit yang lalu untuk mencarikan ia obat agar lekas sembuh.

Perlahan Lisa mencoba memejamkan matanya namun kini ia mendengar ponselnya yang ada di atas meja berbunyi.

Sial.

Tubuh Lisa kembali bergetar.

Ia menutup wajahnya dengan selimut tanpa memperdulikan ponselnya yang berbunyi.

Dan bersamaan dengan itu ia mendengar suara ketukan pada jendelanya membuat ia semakin takut.

Ia terus berdoa dalam hati agar Ibunya cepat pulang.

"Hello? Apakah ada orang didalam?" ucap seseorang dari luar jendela membuat Lisa terdiam.

Itu adalah suara manusia.

Ia langung bangkit dan membuka gorden jendelanya. Ia melihat seorang pria yang bisa ia tasfir lebih tua darinya.

Tubuhnya yang begitu tinggi dan kulitnya yang berwarna putih pucat.

Lisa langsung menyuruh orang itu sedikit menyingkir agar ia bisa membuka jendela itu.

"Kau siapa?" tanya Lisa langsung.

"Aku tetangga barumu." Jawabnya dan melirik rumah yang ada disebelah rumah Lisa.

Lisa mengangguk.

"Aku pikir tak ada orang jadi aku mengetuk setiap jendela di rumah ini." Ucapnya lagi membuat Lisa berdeham.

"Namaku Sehun." Ucap pria itu memperkenalkan dirinya lalu mengulurkan tangannya.

"Lisa." Balasnya dan membalas uluran tangan Sehun.

Setelah itu Lisa langsung menyuruh pria itu untuk masuk kedalam rumahnya.

Ia juga langsung keluar dari kamar dan membuka pintu belakangnya.

Lisa memerhatikan Sehun dari bawah ke atas.

Entah kenapa ia malah menjadi parno terlebih lagi Sehun terus menyembunyikan salah satu tangannya di belakang.

"Duduklah." Ucapnya lalu menyuruh Sehun duduk di dapur. Ia langsung mengambil minuman untuk pria itu.

Entah.

Jantung Lisa semakin berdegup kencang.

Ia langsung menyodorkan minuman itu untuk Sehun.

"Ah, tak usah repot-repot. Aku tak haus." Ucap Sehun yang hanya di balas senyuman oleh Lisa.

"Aku hanya lapar." Lanjutnya lagi membuat Lisa tertawa pelan lalu membuka kulkas nya.

Ia mengambil selai kacang disana dan juga roti tawar.

Lisa langsung mengoleskan roti itu lalu di berikan untuk Sehun.

"Aku tak ingin ini." Balas Sehun membuat Lisa mengerutkan keningnya.

"Aku hanya memiliki ro--- Akhh!" Lisa langsung memundurkan langkahnya.

Mata kanan nya terus mengeluarkan darah dengan pisau kecil yang tadi di tancapkan oleh Sehun.

Ia terus meringis membuat Sehun semakin menyeringai.

"Aku hanya ingin matamu, sayang."

•••••••••

Nyonya Manoban tak henti-hentinya berhiteris.

Ia baru saja pulang dan melihat anaknya sudah terkapar di dapur dengan kedua matanya yang sudah tak ada.

Lisa masih bernafas namun terus mengerang kesakitan.

•••••

Gelap.

Hanya itu yang Lisa rasakan.

Ia tak bisa lagi membedakan yang mana gelap dan yang mana terang.

Lisa tak bisa lagi melihat hal-hal di sekitarnya termasuk melihat wajah Ibunya.

Ia juga tak bisa melihat bayangan dirinya dicermin.

Kalau bisa Lisa memilih. Ia akan memilih mati saja daripada kehilangan pengelihatan nya.

Ia tak bisa mengeluarkan air mata lagi.

Lisa mengalami trauma berat.

Bahkan setiap malamnya ia terus mendengar suara Sehun yang terus mengatakan bahwa ia menyukai rambut Lisa.

Dan seperti malam ini.

Lisa duduk sendiri di atas kasur dengan perban yang menutupi matanya.

Ia terus bertanya-tanya dimana pria itu? Kenapa bisa polisi belum menemukannya?

Bahkan polisi bilang jika tak ada yang menempati rumah di sebelahnya.

Lisa mendengar sebuah langkah kaki.

"Mom?"

Ibunya tadi pamit karena ingin berbicara pada polisi yang datang untuk menangani kasus itu

"Mom?" ucap Lisa lagi dan mulai memainkan tangannya meraba-raba.

"Apakah pria itu sudah ditemukan?" tanya Lisa lagi. Ia bisa merasakan sedang memegang meja yang ada di sebelah kasur nya.

Ia mulai melangkahkan kakinya dengan insting dan terbentur dengan tubuh seseorang.

"Mom?" ucapnya lagi lalu meraba tubuh itu.

Tapi apa yang ia dapat adalah ia bisa menilai jika tubuh itu seperti seorang pria.

Perlahan ia memundurkan langkahnya lagi.

"I'm here, baby."

"Mommy!" teriak Lisa langsung.

Suara itu.

Suara milik Sehun.

"Mommy!" ia terus berteriak hingga mendengar suara tawa dari Sehun.

"Bukankah kau mencariku?"

Sinting.

Lisa meraba-raba sekitarnya dan mengambil barang-barang disana untuk dilemparkan pada Sehun.

Entah kena atau tidak.

"Pergi!" pekik Lisa dan terus meneriaki Ibunya.

"Ibumu sudah mati."

"Dasar sinting! Pergilah!"

"Aku sudah disini." Ucapnya dan mulai mendekati Lisa. "Jadi ... Bolehkah aku mengambil rambutmu?"















TAMAT

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang