BAGIAN 2

109K 3K 154
                                    

Cerita sebelumnya: Daniel merasa bosan dengan kesehariannya yang kerap ditinggal istrinya yang super sibuk. Pagi itu, Adi, pelayan rumahnya memasak nasi goreng untuknya setelah istrinya pergi. Daniel meminta Adi menemaninya makan dan ketika itu sesuatu terjadi. Daniel meminta Adi melakukan oral sex padanya. Tak lama, Fira, istri Daniel datang. Lantas apa yang terjadi selanjutnya?

ADI mengunci rapat-rapat pintu kamarnya. Napasnya tersengal, dadanya berdebar tak karuan. Baru saja ia melakukan sesuatu yang menjijikkan bersama Daniel, majikan laki-lakinya. Sungguh Adi tak pernah menyangka ternyata majikan yang selama ini dihormatinya ternyata penyuka sesama jenis.

Adi tiba-tiba merasa mual, pria berkulit coklat itu bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya, mengeluarkan cairan sperma yang terpaksa ditelannya. Ia menyesal, sungguh menyesal.

Tadi ia mendengar pintu samping dibuka, Adi melihat Bu Fira masuk tergesa. Adi buru-buru pergi setelah semuanya selesai. Ia takut Bu Fira melihat perbuatannya.

Adi duduk di pinggir tempat tidurnya. Ia menangkup wajahnya, menangis sejadi-jadinya. Pria bermata bundar itu teringat istri dan anaknya di kampung. Ia merasa benar-benar bersalah pada mereka.

Tiga tahun lalu, Adi pergi dari kampungnya, bekerja di rumah Daniel Wiryawan sebagai asisten rumah tangga karena di kampungnya sudah tak ada lagi pegangan untuk mencari penghidupan. Lowongan itu ia dapatkan dari pamannya yang kebetulan satu kantor dengan Daniel. Adi tak keberatan bekerja sebagai pelayan yang penting halal dan bisa menghidupi istri beserta anaknya. Apalagi sikap Daniel dan istrinya yang ramah, membuatnya langsung kerasan bekerja di rumah itu. Dulu ada Bi Anih temannya bercengkrama ketika tuan dan nyonya tidak ada, sekarang ia sendirian dan terpaksa mengambil alih tugas Bi Anih sementara.

Adi mengeringkan air matanya. Kejadian tadi membuatnya shock. Entah mengapa Adi tak mampu menolak keinginan tuannya. Tapi aneh... ia menikmatinya. Pak Daniel punya kontol yang kokoh, berwarna kemerahan, dan ukuran yang perkasa membuat Adi langsung tergerak ingin melahapnya. Dan sungguh, sensasi yang dirasakannya menggetarkan sekujur tubuhnya. Mulutnya secara otomatis bergerak mengikuti nafsu dan mengabaikan akal sehatnya.

"Nggak! Nggak mungkin!" Adi menampar sendiri pipinya, menolak bisikan hatinya yang mengatakan bahwa ia seorang gay. Adi yakin dirinya normal, buktinya ia bisa punya anak dan menikahi seorang perempuan cantik.

"Di," pintu kamarnya diketuk dan terdengar suara Daniel memanggilnya. Adi bergegas merapikan bajunya dan mengusap wajahnya yang kusut.

Daniel tampak sudah siap dengan kemeja dan tas kerjanya. "Saya mau berangkat, tolong bukakan gerbangnya."

Adi mengangguk. Daniel berjalan lebih dulu. Clinique Happy For Men menggelitik hidung Adi. Bau khas majikannya yang sudah sangat familier. Adi menyukai aromanya yang maskulin dan segar. Cocok sekali dengan pembawaan Daniel.

Adi tak memungkiri, majikannya memang tampan. Usianya hanya terpaut empat tahun darinya. Penampilannya selalu rapi dan berkelas. Jabatannya sebagai manager bank swasta membuatnya harus senantiasa menjaga penampilan. Daniel rutin memahat tubuhnya di gym. Selera berbusananya pun tak main-main, ia rela merogoh kocek dalam-dalam hanya untuk membeli sehelai dasi sutera buatan Italia. Kulitnya selalu tampak mulus dan licin hasil perwatan rutin di klinik kecantikan. Walau demikian, tak nampak sedikitpun gelagat seperti seorang penyuka sesama jenis, sangat jauh dari stereotype gay seperti yang selalu digambarkan orang-orang selama ini.

Daniel tak sedikitpun membahas tentang kejadian tadi. Ia segera masuk ke mobil setelah menyimpan tas kerjanya di jok belakang. Adi membuka gerbang, menatap Mercedez Benz hitam mengilat lewat di depannya lantas meluncur di jalanan perumahan hingga menghilang di belokan.

Adi meraba dadanya.

*

Aku mengembuskan napas dalam-dalam. Tadi pagi hampir saja jantungku copot ketika melihat Fira berdiri di depanku dan ia melihatku tanpa memakai baju. Ia sempat bertanya kenapa aku bertelanjang dada, kujawab saja kaosku basah ketumpahan kopi dan Fira hanya mengangguk tanpa berkomentar.

Ia kemudian pergi ke ruang kerja dan mengambil map hijau yang didekapnya di dada, katanya itu adalah dokumen penting untuk sidang hari ini dan tak sengaja ketinggalan. Fira langsung pergi tanpa basa-basi.

Aku lega itu artinya Fira tak melihat perbuatanku dengan Adi.

Adi... ah, aku tak percaya pelayanku itu bisa memberikan kepuasan padaku. Hal yang tak pernah bisa kudapatkan setelah menikahi Fira. Aku mengencani banyak pria sebelumnya dan menyembunyikan orientasi seks ku setelah menikah. Dulu aku bersumpah tak akan lagi berhubungan dengan sesama jenis dan berjanji akan mencintai Fira dengan segenap jiwaku. Namun setelah lima tahun pernikahan dan kesibukan Fira yang semakin menggila aku merasa disisihkan. Aku tidak lagi mendapat kasih sayang layaknya seorang suami.

Dan aku terkejut dengan Adi. Tadinya aku hanya iseng menumpahkan kopi ke celanaku dan memintanya mengisap kontolku, aku siap jika ia marah dan memukuliku, tapi responnya tadi membuatku kaget. Dia mau mengisap kontolku dan memberikanku kenikmatan. Tak menyangka, anak pendiam itu ternyata cukup liar juga.

Tapi aku tak akan mengganggunya lagi. Cukup sampai disini. Aku tahu dia melakukannya hanya karena kepatuhannya sebagai seorang pelayan. Adi sudah menikah dan punya anak, aku tak mau merusak kehidupan kelurganya. Kendati aku menyukainya sejak pertama ia datang ke rumah.

Uhukkk...

Aku terbatuk. Kurasakan tenggorokanku gatal dan keningku memanas. Sejak bangun tidur tadi aku merasa lemas dan tak enak badan. Sepertinya aku terkena demam.

Kringgg...

Ponselku berbunyi, kulihat nama Fira di layar.

*

Pelayanku, KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang