BAGIAN 6

76.1K 2.2K 94
                                    

"NGGAK Fir, Mas nggak setuju," protes Daniel. "Lebih baik Mas carikan sopir yang sudah berpengalaman."

Fira menggeleng, bersikukuh ingin menjadikan Adi sopir pribadinya. "Aku nggak bisa bekerja dengan sembarang orang, harus yang sudah kukenal dan kupercaya. Bagaimana jika di jalan aku diculik atau dirampok?"

Fira terlalu berlebihan.

"Tapi Adi nggak bisa nyetir, Fir."

"Tinggal dimasukkan kursus. Sebulan juga pasti udah lancar."

Adi menguping dari balik tembok perdebatan suami istri majikannya. Ide Bu Fira ingin menjadikannya sopir memang mengejutkan terutama bagi Daniel. Adi bisa membaca keberatan Daniel, menjadi sopir istrinya otomatis mengurangi waktu kebersamaan mereka berdua apalagi mobilitas Fira sangat tinggi, dalam satu hari wanita itu bisa pergi ke banyak tempat.

"Mas..." panggil Fira. "Kenapa Mas ngotot banget nggak mau Adi jadi sopirku?"

Daniel gelagapan. Ia tak mungkin menceritakan alasan sesungguhnya pada Fira.

"Kalau masalah pekerjaan rumah tangga, aku sudah ada calon ART baru yang siap bekerja dan berpengalaman. Kalau masalah keselamatan, aku bisa menjamin Adi bisa menjadi sopir yang baik."

Daniel mengembuskan napas. Ia kehabisan kata-kata untuk mendebat istrinya. Lagipula Daniel tidak punya alasan yang kuat untuk mempertahankan Adi dan sejujurnya Daniel memang lebih tenang jika istrinya ditemani orang yang sudah dipercaya.

"Baiklah," Daniel melunak. "Aku setuju Adi jadi sopirmu, tapi dengan syarat aku yang mengajarinya menyetir."

Fira tersenyum dan mengangguk.

Kursus privat mengemudi berlangsung malam hari setelah Daniel pulang kantor dan Adi selesai bekerja. Adi yang baru pertama kali memegang setir, tampak sangat ketakutan dan Daniel mengajarinya dengan tak sabar.

"Jangan gemetar gitu dong sayang, santai saja!"

"Kalau belok pelan-pelan jangan sekaligus!"

"Remnya injak sayang, injak...injak... aaaahhhh..."

Mobil mewah Daniel menabrak pembatas jalan.

Sesaat tak ada suara. Hanya terdengar deru napas tak beraturan. Adi memegang setir dengan gemetar. Sementara Daniel terpaku melihat bagian depan mobilnya hancur.

"Aku... aku minta maaf, Mas." Suara Adi terdengar bergetar.

"Kamu ini gimana sih, makanya dengerin arahan Mas!"

Adi menoleh. Matanya berkaca-kaca. "Jadi Mas nyalahin aku?"

Daniel menelan ludah. Sadar kata-katanya telah menyinggung sang kekasih.

"Semua ini bukan keinginanku Mas. Kamu sendiri yang menawarkan diri dan sekarang kamu nyalahin aku?"

"Sayang..."

Adi menepis tangan Daniel yang berusaha meraih pundaknya. Lantas keluar dan membanting pintu dengan keras. Daniel menyusulnya.

"Mas minta maaf sayang, mas nggak bermaksud nyakitin hati kamu."

"Aku nggak mau dengar, Mas!"

"Sayang...ahhh..." Daniel mengacak-acak rambutnya. "Mas bingung, mas kecewa, mas nggak siap pisah dari kamu. Karena setelah ini kita pasti bakal jarang ketemu."

Adi memalingkan wajahnya.

"Mas belum siap kehilangan kebahagiaan Mas." Bahu Daniel berguncang, ia tergugu.

Cukup lama Adi membiarkan lelakinya mengurai air mata. Hingga ia tak tahan, lantas didekapnya tubuh Daniel dan membiarkannya menangis di pelukannya. Adi mengecup ubun-ubunnya.

"Aku juga minta maaf, Yang. Aku cuma panik dan juga perlu konsentrasi. Baru kali ini aku menyetir mobil. Mobil mewah pula," candanya. Adi menangkup wajah Daniel dan menatap kedua matanya yang sembab. "Kamu nggak akan kehilangan aku Yang. Tenang saja, aku akan selalu ada di sisi kamu. Aku cinta sama kamu dan selamanya akan menjadi milikmu."

Adi memagut bibir merah Daniel dan melumatnya. Pukul sebelas lebih, jalanan perumahan sepi dan jarang kendaraan lewat.

Keesokan harinya Daniel mendaftarkan Adi ke tempat kursus. Ia telah sepenuhnya rela Adi menjadi sopir Fira karena Daniel percaya pada janji kekasihnya. Pada Fira, Daniel mengatakan bahwa ia tak sanggup mengajari Adi menyetir karena terlalu lelah. Jadilah pagi ini, mereka berdua berada di tempat kursus.

"Silakan Pak dipilih instruktunya." kata wanita petugas pendaftaran kursus.

Daniel mengambil map berisi foto-foto daftar instruktur yang disodorkan wanita itu. Daniel terkejut melihat para instrukturnya yang masih muda, berotot, dan bergaya seperti instruktur fitness.

"Aku mau yang ini, Mas." Tunjuk Adi genit pada foto lelaki tampan berbaju biru yang ototnya besar-besar.

Daniel melotot. Adi terkikik geli.

"Nggak ada yang udah agak tua ya Mbak?" tanya Daniel. "Adik saya ini agak bandel soalnya." Daniel mencubit paha Adi membuatnya meringis kesakitan.

Mbak kursus tersenyum sambil menggeleng.

Adi bersorak senang. Daniel menatapnya tak suka. "Kita cari kursus lain."

Adi tertawa dan menarik Daniel keluar sebentar. "Nggak usah, Yang. Percaya sama aku deh. Aku nggak bakal macem-macem."

"Tapi aku nggak tenang," desis Daniel.

Adi ingin sekali mencubit pipi pacarnya yang sedang cemburu itu. "Aku. Cinta. Sama. Kamu. Titik." Tegas Adi. "Perlu pakai cium?"

Daniel melirik sekitarnya yang ramai. Ia mengembuskan napas. "Baiklah. Tapi awas kalau kamu macam-macam," ancam Daniel.

Adi kembali tertawa sambil geleng-geleng.

"Jadi mau yang mana, Mas?" tanya Mbak kursus.

"Yang ini, Mbak."

Daniel menoleh dan melotot. Lagi-lagi Adi memilih pria berbaju biru itu.

Di rumah, Fira sudah menunggu. Ia pulang lebih cepat dari biasanya. Wanita itu tampak santai dengan kaos dan celana pendek berwarna pink. Rambut panjangnya sengaja digerai membuatnya tampak amat seksi.

"Udah daftar kursusnya?" tanya Fira. Adi mengangguk. "Belajar yang rajin ya, nanti gaji kamu ibu tambahin kalau udah bisa bawa mobil."

Adi tersenyum lebar. "Makasih Bu."

"Mas, aku..." Fira tiba-tiba sempoyongan. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

"Kamu kenapa sayang?" Daniel langsung mendekatinya dan mengusap keningnya.

Fira ambruk. Tak sadarkan diri.

Daniel panik. Dibantu Adi, mereka membawa Fira ke klinik yang berada dekat gerbang komplek. Selama sepuluh menit Fira diperiksa. Harap-harap cemas, Daniel menunggu hasil pemeriksaan dokter.

Fira yang sudah sadar, duduk di sebelah Adi. Menunggu penjelasan dokter.

"Istri saya kenapa, Dok?" tanya Daniel tak sabar.

Dokter wanita berjilbab ungu itu tersenyum. "Selamat, istri anda hamil."

Adi mendengarnya dari balik pintu. Tanpa sadar ia membekap mulutnya.

***BERSAMBUNG***

Pelayanku, KekasihkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang