Kali ini gw bikin Monica pov ya, hope you like it!
Malem ini aku duduk di café tempatku kerja sambil menyedot orange juice kesukaanku. Menunggu jadwal pulangku tiba.
Sungguh hari yang melelahkan.
"Nia," aku menengok kearah suara, ternyata Albert. Seperti biasa jantungku ga akan berdetak dengan normal kalau Albert manggil atau ngobrol atau - apapun lah yang dia lakukan asal bersamaku. Oke ini menjijikan dan terlalu melankonis untuk seorang Monica Calostika Tania tapi aku ga peduli, oke abaikan bacotanku yang satu ini.
Untuk sekian detik akhirnya aku menjawab, "apa ?"
Bukannya menjawab Albert hanya tersenyum, hmm.. gugup ? aku menaikan sebelah alisku sambil menunggu dia mengeluarkan kata-kata.
"emm, itu-"
"itu apa ?"
"emm-"
"emm apa ?"
"gimana gw mau lanjutin kata-kata gw kalo lu motong kata-kata gw terus ?"
"kata-kata lu yang mana ?" aku mengerjapkan mataku beberapa kali, oke ini bodoh. Terlebih lagi Albert menatapku tajam.
"Monicaa.."
"Albert.." kataku menyamakan nadanya. Sekali lagi dia menatapku tajam.
"oke, sorry. Lanjutin." Kataku serius sambil menatapnya tepat di manik matanya.
"jangan intens gitu dong natapnya, lu bikin gw gugup tau." Kata Albert lucu.
Eh?
Aku merasa seperti Raisa.
Serba salah.
Perlu aku nyanyi lagu itu sekarang ?
Apa lagi salahku ? apa lagi salahku ? apa lagiiii-
"Nia, lu kenapa jadi bengong bego gitu ?" Tanya Albert polos.
Oke. Sip. Gw. Dibilang. Bego. Thanks.
Oke Nia, trying Focus here.
"gapapa. Tadi mau ngomong apa ?" tanyaku kembali ke topic awal kita tadi.
"oh, soal itu, eh-"
"soal yang mana ?"
"Nia, pleaseee"
"oke, sorry again."
"kunci mulut lu sampai gw selesai ngomong." Ucap Albert tegas sambil memainkan jarinya didepan mulutku seakan dia sedang mengunci gembok dan membuang kuncinya entah kemana. Ngerti ga ? kalo engga abaikan saja pernyataan tadi itu.
"jadi gini, Aga jemput lu ga hari ini ?" Tanya Albert yang kali ini ngomongnya lancar.
Aku menggeleng satu kali, karena memang aku hari ini pulang sendiri, kalo kalian nanya Aga kemana, aku pun ga tau yang penting dia bersama KY.
"yaudah kalo gitu gw mau ngajak lu pulang bareng gw. Lu mau ga ?" Tanya albert lagi, tapi dari nadanya sih dia agak ragu gimana gitu pas nanya gw mau apa engganya.
Untuk sekian detik akhirnya aku mengangguk sekali.
"yaudah entar berarti lu pulang sama gw."
Aku mengangguk lagi.
"gw hari ini ga bawa mobil jadi ga apa-apa kan kita naek motor ?"
Lagi-lagi aku mengangguk.
"kenapa sih lu cuman ngangguk sama geleng-geleng doang ? sebel sendiri deh gw. Kaya ngomong sama robot rusak yang cuman bisa ngangguk sama geleng-geleng kepala." Ujar Albert kesal.
Jleb.
gondok banget. Ya masa gw disamain sama robot rusak yang cuman bisa geleng-geleng sama ngangguk doang sih ?
Dengan seluruh kekesalan hati aku berpura-pura mencari kunci gembok mulutku yang dia lempar, dan membuka gembok mulutku.
"gimana caranya gw bisa ngomong kalo lu mengunci mulut gw dengan gembok ?!" Tanya ku kesal dengan satu hentakan nafas.
Yang jadi lawan bicara pun cuman bengong cakep sambil menatapku.
Wait, emang ada bengong cakep ? adain aja ya buat Albert mah. eh ?
Aku menabok muka Albert dengan pelan, "muka lu engga banget kalo lagi bengong gitu." Ucapku kembali datar. Dalam hati aku merutuki perkataanku yang berkata muka Albert engga banget.
"eh, sorry. Satu lagi gw lupa kalo gw gembok mulut lu." Kata Albert sambil menggaruk belakang kepalanya yang aku yakin ga gatel sama sekali.
"ngomong-ngomong ko lu bisa dapet kuncinya sih ? kan tadi gw lempar sembarang arah. Mana tuh kunci invisible lagi." Ucapnya dengan polos.
"gw punya penglihatan makanya gw tau dimana kunci itu." Ucapku asal dengan nada datar.
"weiisss!! Nia hebatt!" teriak Albert kencang sambil menepuk tangan riang sambil melompat-lompat seperti anak kecil yang menonton pertunjukan sulap, dan sulapnya berhasil.
Tanpa disadari teriakan Albert mengundak beberapa pasang mata pengunjung café yang tersisa.
Oke, ini memalukan.
Siapa pun tolong bawa kabur aku!
-----
Disinilah aku, duduk di atas motor Albert, menunggu Albert mengunci café.
Memang dia si juru kunci, termaksud juru kunciku.
Eh?
"hey, ini helmnya." Kata Albert yang sudah duduk manis di depanku sambil menyodorkan helmnya.
Wait, bahkan aku ga tau sejak kapan dia sudah duduk di situ.
Aku mengambil helmnya lalu pastinya memakainya.
"pegangan Nia," kata Albert
"gw udah pegangan ko." Kata ku sambil melihat tanganku yang memegang pegangan belakang motor.
Albert menghela nafas berat, "peluk perut gw, bukan pengang belakang."
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali lalu memegang kecil jaket yang dipakainya.
"terserah lu deh, yang penting gw ga tanggung kalo lu terbang dari motor gw."
"ha---"
Bruummm..
Albert sarab !! Albert sarab !! umpatku dalam hati. Gimana ga sarab? Aku belum ngomong apapun dia langsung memacu motornya dengan kecepatan yang melewati batas, spontan aku langsung memeluk perutnya dengan erat.
"udah gw bilang peluk perut gw, nurut juga akhirnya." Aku bisa merasakan dia tersenyum.
Sial, sekarang jantungku marathon. Kubur aku didasar bumi.
"Bert! Jangan kenceng-kenceng bawa motornya! Lu mau gw mati muda apa ?" teriaku karena takut dia ga ngedenger.
"HAHAHA! TAPI ASIK KAN ?" balasnya dengan teriakan yang ga akalah kenceng denganku.
Aku memukul helmnya sampai dia mengaduh, tapi bukan mengurangi kecepatannya Albert malah menaiki kecepatannya.
Cowo sarab!
Tapi lu suka kan, Mon ?
Aku hanya cemberut saat mengatakan kebenaran itu aku ucapkan sendiri di dalam hati.
Ambigu.
---------------
a.n
Maaf gw lama banget ya ngepostnya ? sorry ya kemaren-kemaren gw sibuk ngerjain tugas mos, biasa baru masuk SMA, terus besok gw udah masuk sekolah lahi, apa banget kan ?#Vivicurhat
Sorry for many typo dan kelamaan ngepostnya hehehe... ._.v
sunday, july 2014.
18.59 P.M
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story
Teen FictionGimana kalo cewe yang jutek dan cuman punya satu temen itu ternyata punya rahasia suka nyanyi di cafe, dan tanpa sengaja bad boy sekolahnya tau tentang rahasia itu dan nyuruh dia jadi pacar boongannya untuk tutup mulut. Does karma still exist ??