STELLA AGATHA WIJAYA

41 6 1
                                    

 "Stella Agatha Wijaya." Seorang guru dengan kumis tebal berteriak keras melihat seorang siswi memanjat pagar belakang sekolah.

 "Eh, Pak Udin gimana kabarnya pak?" Sapa Agatha sambil turun dengan santai ke Pak Udin, guru BP SMA Garuda.

"Sini kamu!! Cepet!!" Pak Udin mengarahkan telunjuknya kepada Agatha dengan mata elang. Dengan cepat agatha berjalan je depan Pak Udin "Agatha!!!  Bisa gak sih jangan bikin bapa emosi tiap hari." Suara Pak Udin emosi.

Seragam di keluarkan, seragam dikecilin,  tidak pakai dasi, rambut ombre, lengan baju dilipat. Tipikal bad girl.

 "Ada apa sih, pak?" Tanya Agatha. Tanpa menjawab pertanyaan Agatha, Pak Udin sudah menjewer Agatha hingga mengaduh kesakitan. "Sakit pa." Ucap Agatha meringis.

 "Ooh ini masih belum masuk ke hukuman kamu Agatha." Suara sinis Pak Udin keluar dengan muka datar.

"Yaah bapk, kok saya di hukum sih pak? Hari ini saya ulangan tau pa. Emang bapak mau gantiin saya jawab ulangan?" Tanya Agatha dengan wajah memelas yang dibuat-buat.

"Alasan saja kamu. Cepet ikut ke ruang saya!!" Ucap Pak Udin meninggalkan Agatha.

 "Mau saya jewer atau jalan sendiri ?" Peringat Pak Udin.

"Dasar kumis." Desis Agatha pelan.

"Ya udah deh.  Bawa aja saya keruangan bapak, tapi jangan telpon mama saya atau skor saya ya pak." Bibir Agatha pasrah.

"Jangan menyuruh saya! Dasar berandalan kamu!" Semprot Pak Udin pedas.

"Ya udah deh, santai aja gak usah ngegas." Ucap Agatha sewot

***

Dengan wajah santai Agatha duduk di bangku yang tersedia di depan meja BP yang di juluki 'Pak Kumis' itu.

"Kamu berdiri di lapangan sampai istirahat!" Sambil membenarkan kumisnya yang tebal bagai semut.

Agatha langsung melotot ketika mendengar hukumannya "Tapi panas pak..."

"Cepat kelapangan !!" Seru Pak Udin murka.

"Yaaa elahh pak."

Agatha bangkit dari duduknya, tanpa pamitan Agatha meninggalkan ruang BP. Pak Udin langsung mengusap kumisnya sembari menggeleng, keheranan dengan tingkah siswinya yang satu ini.

Rambut panjang, hidung mancung, bibir merah,  bola mata kecoklatan, dan kulit yang mulus. Sungguh pesonan yang mematikan.

Agatha berjalan menyusuri koridor, berjalan dengan santai sambil bersenandung riang. Saat akan berjalan ke kantin, Pak Udin berjalan ke arahnya dengan muka garangnya.

"Agatha kamu mau ke mana cepet kelapangan sekarang!!" Pak Udin berjalan sambil siap menjewer telinga Agatha.

"Eh Pak Udin iya ini juga mau kelapangan kok. Woles pak." Sahut Agatha santai.

Sesampai di depan tiang bendera, Agatha langsung berdiri dan hormat pada bendera yang sudah terikat pada puncak tiang. Matahari sangat bersinar hari ini seakan senang akan hukuman yang di berikan Pak Udin untuknya.

"Gila mataharinya suka bercahaya di siang hari emang." Agatha tertawa geli saat melihat teriknya matahari.

"Aaaaaaaa panasss sekaleh. Matahari yang baik sembunyi gih panas ini kasian ini kulit gue merah." Teriak Agatha sambil menyatukan kedua tangannya memohon.

Agatha memalingkan matanya melawan teriknya matahari. Terlihat empat  lelaki menawan. Ada satu lelaki yang menatapnya tidak suka, membuat Agatha berdebar debar saat melihat matanya yang indah. Lelaki itu menatap Agatha dengan tatapan sinis dan tajam dan membuatnya menelan ludahnya getir dengan susah payah. Diantara berempat itu hanya dia yang menatap Agatha berbeda. Ketiga temannya menatap Agatha dengan tatapan memuja, sedangkan dia menatap Agatha sinis.

"Sadis tatapannya tapi ganteng banget sih. Gue baru liat dia. Anak baru kali ya, atau emang gue yang gak liat." gumam Agatha sambil memerhatikan dengan saksama.

"Aah bodo amat gue ke kantin aja deh."




Jangan lupa vote +comment ya karna itu sangat berarti

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang