part 5. Terlibat

284 16 0
                                    

Setiba dirumah, aku langsung merebahkan badanku di kasur kamarku, sungguh hari yang melelahkan,  di pikirannku hanya ingin tidur saja.

Bahka ketika kakaku Liana masuk kamarku, dan mengajaku untuk makan bersama aku juga tak menggubrisnya.

"Hello nona!" katanya yang membuatku terperanjat dan bangkit dari posisi tiduranku.

"Hah! Kakak apaan sih manggil Ruby aja kenapa?" kataku sewot setelah menyadari kebodohanku. Itu adalah panggilan yang selalu kak Rizky pakai untuk menanggilku.

"Hemmm... Aku tau lo arti nona," ledeknya, lalu tertawa cengengesan sambil berlari, dan akupun mengejarnya keluar sampai ke meja makan.

"Liana, Ruby! Kalian ini jangan lari-larilah. Kalian ini sudah sama-sama dewasa. Jangan seperti anak kecil," kata mamaku yang menyiapkan makanan.

"Ayo! Kalian bantu mama sebelum papa kalian datang," perintahnya.

Mamaku adalah pegawai koprasi, papaku adalah seorang polisi, dan Liana kakaku, dia kuliah di fakultas kedokteran, baru masuk tahun ini.

Tak lama kemudian setelah semua siap, papaku datang, dan kamipun makan malam bersama.

Tiba-tiba aku teringat oleh kata-kata hantu wanita itu, aku jadi kepikiran di buatnya.

"Tolong? Dia minta tolong? Minta tolong apa ya? Dan kenapa harus minta tolong padaku?"

"Ruby, makan jangan nglamun saja!" kata mamaku tiba-tiba yang membuatku kaget.

"Maaf ma... Maaf..." kataku lalu buru-buru memakan nasi di piringku.

"Ruby itu kasmaran ma!  Sama cowok yang latihan vocal di sini kemarin-kemarin itu," goda kakaku.

"Wuuaaahh, sotoy!" kataku Sewot.

"Wajarlah. Adikmu kan uda mulai dewasa Li. Dan mama lihat Rizky itu anaknya baik. Tapi ingat kamu ga boleh pacaran dulu, kamu harus fokus belajar," kata mamaku mengingatkan.

"Bagaimana tadi acara Dies natalis kamu Ruby?" tanya papaku.

"Wah meriah banget pah. Dan itu kak Rizky, aduh sumpah dia keren banget, saat kolab sama Ruby, apalagi saat ngeband dia vocalis lo pah," kataku tak terkontrol dan hanya membicarakan soal kak Rizky saja.

"Ehem... Emang tuch kan Ma. Emang Papa tadi nanya apa, dan dia jawab apa? Kelihatan banget kan?" goda kakaku lagi.

'Dasar sial! Kamu ini kenapa sih Ruby?' makiku dalam hati.

"Aaaah sudah ah aku kecapekan, tadi aku gowes sepeda 5km lo..." kataku lalu berlalu meninggalkan mereka dan masuk kamar.

Sesampai di kamar aku kembali ingat-ingat acara di sekolahan tadi, dan yang muncul dalam ingatanku hanyalah kak Rizky saja.

Aku teringat awal dia menyusun barisan sepeda santai, ketika dia mengambilkan aku tumpeng dan menyuapiku, ketika dia mengajaku dari gerombolan teman-teman, dan terakhir ketika kami asik berdua dan Arif mengajaku ke kelasnya.
Dia nampak tidak suka jika aku asik dengan teman pria lain.

"Hah! Kenapa ya mereka berdua itu? Kok kesannya... Ah tidak! Aku tidak akan yakin sebelum kak Rizky mengatakannya, dan Arif. Diakan cuma minta bersahabat," kataku dalam hati.

Ku lihat jam masih pukul 19.30 tapi karna efek lelah mata ini sudah tak kuat lagi. Akupun tertidur lelap sampai pagi.
**
Suara alaram yang berisik membangunkanku, sudah jadi tabiat buruku jika aku masih mengantuk, ku raih alarm itu dengan mata terpejam dan melempakannya begitu saja sampai mati tak bersuara.

Entah kebetulan atau apa, begitu aku melempar jam weker di sebelahku tadi, kudengar suara teriakan dari pintu yang baru terbuka.

Segera aku terbangun dan berusaha membuka mataku yang terasa sangat lengket ini.

Antara Dua Alam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang