"We don't know where our first impressions come from or precisely what they mean, so we don't always appreciate their fragility." - Malcom Gladwell
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pagi itu suasana di depan salah satu Universitas ternama di Korea Selatan, Han Yang mendadak ramai karena banyak mahasiswa yang tengah berkumpul, lebih tepatnya memenuhi halaman utama gedung itu. Sebuah mobil Hyundai berwarna silver tengah menjadi sorotan ketika sedan mewah itu dalam keadaan bumper yang rusak parah karena menabrak sebuah pohon yang berada di halaman kampus. Anehnya, si pengemudi sudah tidak nampak batang hidungnya, meninggalkan tanda tanya bagi semua orang yang berada di sana. Tak jauh dari lokasi, seorang namja berparas tampan tak kalah mendapat perhatian banyak orang yang tengah tersimpuh, dengan keadaan celana bagian lututnya robek, meninggalkan luka berdarah disana.
"Hyung, gwaenchana-yo?"
"Gwenchana,.. Jebal, bantu aku berdiri."
Namja berambut cokelat gelap itu kemudian berusaha berdiri, dibantu kawannya yang bertubuh tinggi dan tak kalah tampan darinya. Kim Mingyu.
Mingyu dengan sigap membantunya berdiri dan langsung memapahnya, kemudian berteriak menyuruh orang-orang yang menghalangi jalannya. Mingyu tidak peduli dengan kerumunan orang-orang yang masih penasaran apa yang telah terjadi.
Kerumunan itu kemudian menyebar, memberi jalan kepada kedua namja itu untuk lewat dan tidak lama setelah kepergian keduanya, dua orang petugas keamanan Universitas datang membubarkan keramaian pagi itu.
. . . . . . . . . . .
"Hyung, gwaenchana-yo?"
Namja yang sedang terluka itu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Siapa sih manusia tidak bertanggung jawab dan menyebabkan kekacauan seperti itu? Bodoh sekali pagi-pagi sudah membuat keributan." Mingyu kalang kabut di depan sahabatnya yang tengah diperban lukanya oleh salah seorang dokter jaga di klinik itu.
"Sudahlah, Ming. Kau lihat kan aku tidak apa-apa." Dokter itu kemudian selesai memperban kakinya, lalu memberikan beberapa obat penghilang rasa nyeri. Namja bermata sipit itu lalu membungkuk mengucapkan terima kasih.
"Tidak apa-apa katamu? Kau terluka. Bagaimana bisa bilang tidak apa-apa, hyung?" Mingyu menekankan kata hyung, gemas sendiri dengan laki-laki yang hampir saja menjadi santapan empuk sebuah sedan yang tidak diketahui si empunya itu.
"Ini hanya tergores." Wonwoo berusaha meyakinkan sahabatnya yang mulai posesif itu.
Mingyu tidak menggubris. Dirinya sekarang mulai sibuk merogoh saku celana, kemudian membuka ponselnya. Ia yakin. Berita beberapa menit yang lalu pasti sudah langsung menyebar, terutama di SNS portal kampusnya. Tidak lama kemudian, suara sebalnya kembali terdengar.