Fourth-Last adventure

245 39 6
                                    

"Uh.."

Sepasang mata kenari bulat milik Shouyo mengintip dari balik kelopaknya. Hidungnya yang cukup peka akan rangsangan (bau makanan) mengendus perlahan mendapati harum pai yang baru keluar dari panggangan. Ah, Shouyo jadi flashback. Teringat masakan ibunya yang berbau sama. Dengan mata masih setengah terpejam (karena ngantuk, tbh.) Shouyo mengendap-endap menelusuri pangkal harum pai yang membuat ludahnya sedikit keluar.

BUK-

Merasakan sesuatu yang besar menabraknya, Shouyo dengan cepat membuka mata.

"Ibu-AHH.. U-U-U-USHIWAKA!?" Shouyo mundur sepuluh langkah. Kenapa sepuluh? Shouyo suka angka sepuluh, fyi.

"Oh, kau sudah bangun, bocah.." Ushiwaka si penyihir agung berdiri menatap Shouyo dengan seloyang pai mengepul panas di tangannya.

Shouyo jujur ingin memaki makhluk irit ekspresi di hadapannya yang seenaknya menyebut Shouyo bocah. Tetapi bagaimana bisa ia memaki kalau yang di depannya ini penyihir agung yang memakai celemek pink lengkap dengan bandananya yang juga pink!? Ulangi, penyihir agung bercelemek pink!!

Shouyo kehabisan kata-kata, tolong.

"Shh.. kau sudah bangun, nak?" Dari sebelah kanannya, sosok ular merah itu merambati pundak Shouyo.

"Awaaaawawa!!!" Shouyo geser ke kiri dengan minus tempo. Cepat sekali.

"Satori, kau mengagetkannya tuh."

"Shh, Shhh!! Itu karena Wakatoshi-kun tidak mengubahku, jadinya mereka ketakutan melihat sosokku!" Ular itu mendesis marah. Ehm, 'ngambek' sepertinya kata yang lebih tepat.

"Kau mau aku mengubahmu?"

"Tidak perlu dipertanyakan, Wakatoshi-kun."

Penyihir bercelemek pink itu komat kamit sekali lagi. Mantra yang keluar dari mulutnya perlahan mengitari sekeliling Satori yang mendesis angkuh. Sekali membungkus dengan erat, tubuh Satori sempurna berubah menjadi manusia berambut spiky merah ngejreng.

"Terima kasih." Satori menyisir rambutnya dengan buku jari. "Nah, nak karena kau sudah-"

Wakatoshi menyela. Ia menyodorkan celemek pinknya pada Satori. "Kau jangan lupakan bahwa kau masih telanjang."

"Oh.."

Satori ingin memukulkan kepalanya ke dinding saking malunya.

=00=

"Hah!!"

Yuutarou duduk kaget di sebuah dipan yang entah ada di mana. Matanya mengerjap bingung, berpikir sedang ada di mana. Pikirannya melayang mengingat mimpi nya bertemu penyihir agung Ushiwaka saat dirinya sedang jalan-jalan di hutan.

BRUK!

Samar terdengar suara benda jatuh. Yuutarou dengan keberaniannya yang pas-pasan (ditambah kepo setinggi langit ketujuh) beranjak pergi dari dipan rotan yang sempat ia tiduri.

Semoga bukan Ushiwaka, semoga bukan Ushiwaka, semoga bukan.. Batinnya sudah menjerit ketakutan.

Ia sudah dekat dengan bunyi jatuh sebelumnya. Tinggal belok kiri, dan dia akan tahu apa itu. Yuutarou meneguk ludah. Nggak, dia bukan meneguk ludah karena takut, tapi karena ada bau khas pai yang baru keluar dari panggangan. Dasar.

Berbekal keberanian sebesar liliput, Yuutarou berbelok dengan takut-takut.

"AHHH!!!"

BUK-

"Satori!!"

GROMPYANG!!

"Painyaaa!!"

"E-eh..?"

No Sun for Prince's Life! || Haikyuu FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang