Warning Crackpair, mild language
Naruto © Masashi Kishimoto
.
Itachi.
Akulah sang prodigy diantara para jenius keturunan Uchiha. Sejak kecil aku dididik keras untuk menjadi penerus sebagai tonggak utama salah satu keluarga konglomerat Jepang ini. Penuh keringat dan malam-malam tanpa tidur, sejarah kehidupanku diisi dengan keberhasilan-keberhasilan yang mencengangkan semua orang. Dewi Fortuna seolah lahir mendampingiku, karena ditanganku, semua hal adalah mungkin. Bagiku tidak ada teka-teki yang tidak dapat dipecahkan, tidak ada pertanyaan yang tidak ada solusinya, dan tidak ada puzzle yang kehilangan potongannya.
Namun... Gadis itu. Gadis rupawan pemilik mata bulan cemerlang laksana cahaya yang mampu menandingi pekatnya mata onyx gelapku. Senyuman lembut dan tulusnya, satu-satunya diantara kumpulan orang-orang munafik yang mengelilingi kami, membuat darah dan debaran jantungku menggila. Sungguh pertama kali dalam hidupku aku merasakan perasaan aneh ini. Dia benar-benar mampu menyesatkanku; jalan pikirannya bagai labirin yang hingga detik ini pun tak mampu kupecahkan. Dia si anomaly, sang rapuh yang anggun, di tengah kepongahan keluarga-keluarga raksasa Jepang.
Betapa aku ingin mengikatnya padaku, memilikinya dalam duniaku, dan menjadikannya pusat gravitasi dari kehidupanku. Harta berharga si angkuh tua Hiashi Hyuga itu, kemustahilan yang mutlak layaknya sang holy grail, akan menjadi satu lagi keberhasilan terbesarku. Hinata Hyuga, akan menjadi milik prodigy Uchiha ini, dan menambah kedigdayaan klan sombong Uchiha.
Sungguh mendebarkan... Menantang adrenalinku... Karena ternyata untuk menggenggam hati princess cantik Hyuga itu tampak tidak mudah. Salahkan kemampuan observasi tingkat dewa ku, karena pada Gala Dinner Tahun Baru lalu, aku menyadari sesuatu. Hinata dan kecantikan selayak kristal miliknya adalah favorit para pria Uchiha. Tidak aku pungkiri tatapan mendamba para paman dan sepupuku -bahkan kakekku, yuck!- pada mutiara milik Hyuga itu. Namun hanya satu orang diantara para bangsawan Uchiha yang mampu menyebabkan rona merah merekah muncul di kedua pipinya, yang dengan malu-malu ia curi pandang dengan tatapan memuja. Oh Tuhan, Hinata -ku mencintai saudara kandungku sendiri, Sasuke si adik kecil.
Tapi aku adalah Itachi Uchiha, si prodigy yang akan mendapatkan sang matahari. Bahkan jika keputusan langit pun bertentangan dengan keinginanku.
000000000000000
Bip Bip Bip Bip
Reminder di ponsel Itachi berdering. Sang direktur muda menghentikan pekerjaan meneliti proposal milyaran Yen miliknya dan menonaktifkan pengingat ponselnya. Dia menghembuskan nafas dengan lega, senyum kecil menukik di kedua ujung bibir tipisnya. Sudah cukup segala kepenatan dan semua tetek bengek sebagai akibat dari nama Uchiha yang disandangnya minggu ini. Sekarang sudah saatnya mengisi ulang hati lelahnya dengan hangatnya cahaya milik sang matahari kekasih hatinya.
000000000000000
"Selamat datang di Café Floral Yamanaka," suara lembut milik Hinata selalu adalah yang dicari Itachi. "Ah, Itachi-nii. Selamat datang. Hari ini kok agak kesorean istirahat siangnya?"
"Iya. Ada yang urgent tadi Hinata."
"Yang penting tetap ngga lupa makan dan istirahat biar ngga sakit lho nii-san." Belum ada 5 menit, tapi hati Itachi sudah dipenuhi kehangatan mendengar suratan kekhawatiran dari pernyataan Hinata. "Jadi hari ini, mau pesanan seperti biasa?"
"Ya Hinata. Terima kasih ya."
"Apapun untukmu nii-san." Oh ya? Termasuk hatimu? "Tunggu sebentar ya, hari ini kutambahkan ekstra dango untukmu deh. Supaya nanti semakin semangat bekerjanya." Hinata beranjak ke dapur Café, meninggalkan Itachi dengan senyuman mendamba di wajahnya.
Setiap hari Rabu pukul 15.00, Itachi selalu meninggalkan segala kesibukan yang ia miliki untuk mengunjungi Café kecil di sudut kota ini. Hanya setiap Rabu, karena hanya hari ini setiap minggunya Hinata diizinkan bekerja sambilan oleh keluarganya, secuil kebebasan yang diberikan Hiashi sebagai hadiah atas diterimanya Hinata di Business School Universitas Tokyo semester lalu. Berbekal informasi dari intel Itachi yang tidak pernah mengecewakannya, Itachi berpura-pura tidak sengaja mengunjungi Café yang didirikan oleh Hinata dan sahabatnya, Ino Yamanaka si putri bunga, di hari Rabu itu. Hinata sang patisserie-in-the-making, bakat dari mendiang ibunya, sangat senang dengan kunjungan Itachi-nii si penyuka dango buatannya. Jadilah rutinitas tiap Rabu ini, cerita rahasia milik Itachi yang tidak ingin dia bagi dengan siapapun.
"Silahkan pesanannya Ita-nii. Selamat menikmati." Hinata hendak beranjak pergi.
"Sedang tidak begitu ramai. Apa kau keberatan menemaniku ngobrol Hinata?"
"Err.. tidak apa sih nii-san."
"Hari ini si tua Terumi kembali membuat kekacauan di rapat pagi..." Hinata tergelak. Itachi tersenyum. Perasaan hangat ini, Itachi suka. Walaupun sampai detik ini Itachi tahu Hinata hanya menganggapnya sebagai aniki dari pria yang ia cintai, Itachi belum keberatan. Bermain cantik dan pelan, hingga pada akhirnya Hinata terbiasa dan terjerat semakin dalam padanya.
"Oh ya, tadi aku beli titipan Mikoto oka-sama. Lihat jepit rambut ini lalu teringat padamu. Ini untukmu." Itachi menggapai tangan Hinata dan meletakkan sepasang jepit rambut aquamarine di telapak tangan Hinata.
"Eh ngga usah Ita-nii. Kau sudah banyak sekali memberiku barang!"
"Sudah Hinata, anggap saja ekstra tip atas ekstra dango dan waktumu untukku hari ini."
Hinata menghela nafas, mengenali sifat pria Uchiha dan kekeraskepalaannya. "Baiklah, aku terima dengan senang hati nii-san. Tapi lain kali tidak usah repot begini ya."
Itachi tersenyum. "Baiklah, terima kasih hari ini. Sampai jumpa Hinata."
"Terima kasih nii-san. Ah..."
"Ada apa Hinata?"
"Ah.. jika.. jika.. Ita-nii tidak keberatan dan ada waktu... mungkin kapan-kapan bisa mampir kemari dengan mengajak Sasuke?" Hinata menyampaikan maksudnya dengan malu-malu.
Rahang Itachi menegang. "Tentu saja. Tapi mungkin akan sulit Hinata, Sasuke sedang memulai internshipnya. Tapi akan kulihat apa yang bisa kulakukan."
"Ah terima kasih nii-san." Jawab Hinata degan senyum merona yang selalu mampu membuat jantung Itachi berdetak kencang.
Heh! nii-san katamu... Aku tak sabar Hinata... Mendengarmu memanggilku dengan sebutan lain yang manja, mendengarmu mendesahkan namaku dengan cinta. Hinata, kau akan segera jadi milikku kan?
00000000
Maafkan saya ini penulis moody.. Sedang downmood dengan fic lain, tetiba kangen Itachi-Hinata. Mohon masukannya teman.
YOU ARE READING
The Storm
RomanceBetapa aku ingin mengikatnya padaku, memilikinya dalam duniaku. Harta berharga si angkuh tua Hiashi Hyuga itu, kemustahilan yang mutlak layaknya sang holy grail, akan menjadi satu lagi keberhasilan terbesarku. Hinata Hyuga, akan menjadi milik prodig...