Naruto © Masashi Kishimoto
Quote © Tite Kubo
Neji.
Para kakak laki-laki dilahirkan ke dunia lebih dulu agar dapat melindungi adik-adik mereka.
Perkataan ayahku selalu aku ingat. Ayahku, Hizashi Hyuga, yang meninggal dalam kebanggaannya sebagai polisi dalam kasus penculikan yang melibatkan saudara jauhku, si calon pewaris keluarga aristokrat Hyuga.
Ayahku sebenarnya adalah bagian dari keluarga ningrat tersebut, kakak sepupu dari kepala keluarga Hyuga saat ini, Hiashi Hyuga. Namun ia dengan berani menentang takdirnya sebagai salah satu kandidat putra mahkota Hyuga, memilih keluar dari klan kolot itu demi rasa cintanya pada ibuku. Tapi aku ingat kami selalu diterima dengan baik di keluarga itu, terutama setelah ibu meninggal di ulang tahunku yang ketujuh. Saat itulah aku pertama kali bertemu dengan Hinata-sama yang berusia 3 tahun.
Hinata hime -ku yang mempesona. Aku masih ingat detik pertama aku melihatnya, anak perempuan yang sangat manis, pipinya chubby kemerahan, matanya adalah sepasang mata tercantik yang pernah kulihat. Ketika aku menyapanya, sepasang mata berbinar mengintip malu-malu dari balik kaki Hiashi jii-sama. Ayahku mengatakan padaku bahwa ia adalah adikku, bahwa aku adalah kakak besar yang harus melindungi adik kecilku. Aku ingat dadaku langsung membusung dipenuhi rasa tanggungjawab. Aku mendekatinya, meggenggam tangannya dan detik itu sambil menatap ke dalam mata jernihnya, aku berjanji untuk menjadikannya duniaku.
Namun saat naas terjadi. Orang bertopeng menarik pergi Hinata yang sedang bermain di taman bersamaku. Hei! Aku kakak yang selalu melindungi adikku! Aku lari dan melompat pada orang itu, memukul-mukul dan berteriak-teriak agar 'si villain' kabur. Sebelum aku pingsan karena kepala ku dipukul dengan kerasnya, aku rasa aku mendengar ayah dan pamanku datang dan berteriak memanggil nama kami.
Saat aku terbangun semua orang sedang berduka. Dimana Hinata? Tidak, jangan dia! Tapi foto yang aku tatap di ruang utama keluarga Hyuga persis di depan peti mati adalah foto ayahku yang berwajah hangat. Ayah?
"Hizashi melindungi Hiashi dari tembakan peluru si penculik." Ku dengar tetua Hyuga berkata dengan kesedihan yang bangga.
Kakak laki-laki itu ada, untuk melindungi adik-adik mereka. Perkataan ayah terus berputar-putar dalam kepalaku sampai kepalaku hampir pecah dan rasanya ingin menangis tanpa henti.
"Nii-san…" Suara hime Hyuga. Hinata memeluk tanganku yang bergetar dengan erat sekali. Dekapannya hangat, aku tiba-tiba merasa ingin menangis lagi. Maka kulakukan sambil memeluk tubuh kecilnya. "Nii-san… ka-sama bilang Hizashi-jii itu kamen rider ya? Pahlawan klan Hyuga, kata tou-sama."
Iya benar. Ayahku mati sebagai pahlawan. Ia memilih sendiri takdirnya menjadi kakak yang melindungi adiknya. Aku tahu dia tidak menyesalinya, maka demikian juga denganku. "Benar Hina-hime. Hizashi-jii adalah kamen rider, terutama bagi ayahmu."
"Hinata juga ingin punya kamen rider seperti Hizashi-jii."
Aku tersenyum menatap mata bundarnya yang berkaca. "Tenang saja. Nii-san mu ini lah kamen rider mu. Nii-san akan selalu disisimu, akan selalu melindungimu."
"Janji ya Neji-nii." Janji kelingking.
Ya Hinata. Nii-san akan selalu menjaga… agar hatimu yang tulus tidak pernah ternoda, agar pancaran matamu yang jernih tidak pernah terjamah oleh kesedihan. Hinata, nii-san menyayangimu…
YOU ARE READING
The Storm
RomanceBetapa aku ingin mengikatnya padaku, memilikinya dalam duniaku. Harta berharga si angkuh tua Hiashi Hyuga itu, kemustahilan yang mutlak layaknya sang holy grail, akan menjadi satu lagi keberhasilan terbesarku. Hinata Hyuga, akan menjadi milik prodig...