Bagian 5

1.4K 228 8
                                    

KYAAA, PANDU!!

PANDU SATRIA!!!

Seru serempak para siswi yang tengah melihat Pandu membuka kaus futsalnya yang sudah basah dengan keringat. Mata mereka berbinar-binar menatap tubuh putih nan atletis Pandu. Dari dadanya yang bidang meluncur peluh, perlahan yang semakin menambah kesan seksi. Sungguh pemandangan yang begitu memanjakan mata para cewek yang tengah menonton pertandingan futsal di lapangan indoor sekolah.

 Sungguh pemandangan yang begitu memanjakan mata para cewek yang tengah menonton pertandingan futsal di lapangan indoor sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PANDU, LIHAT DEDE DONG!!

PANDU, HALALIN AKUH, NDU!!

KYAA, PANDU KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB. HATI GUE UDAH TERCURI!!

Berbagai teriakan kalimat berlebihan dari para siswi semakin memeriahkan suasana latih tanding antara kelas 2.IPA2 dengan 2.IPS1. Pandu yang mendengar teriakan itu mendelik. Ia tidak suka. Salahnya jua, yang secara tidak sadar malah berganti kaus di sisi lapangan.

"Pandu keren banget, ya, Nal. Duh, jantung aku mendadak berdetak enggak normal gini sih," gumam Ikha sambil menangkupkan tangannya. Menatap lekat ke arah Pandu yang kini tengah meneguk minuman isotonik.

Kinal bergeming, mengangkat tinggi-tinggi novel yang ada di tangannya. Berusaha menghalangi pandangannya. Tidak ingin membuat fokusnya terganggu dengan pemandangan yang ada di depan sana—Pandu. Sebenarnya, ia sangat malas menjadi bagian dari penonton kali ini. Apa boleh buat, Ikha terus merengkek meminta Kinal untuk menemaninya menonton acara latih tanding anak-anak futsal. Yang memang para anggotanya tidak kalah populer dengan anak-anak klub basket.

"Arrgh, Pandu kok bisa seganteng itu sih. Dikasih makan apa sih sama nyokapnya," gumam Ikha masih terus mengagumi ketampanan Pandu yang kini sedang mengobrol dengan anggota futsal lainnya.

Mendengar ucapan barusan, Kinal hanya mengerutkan dahi, amat dalam. Pandu seolah seperti sihir yang mampu membuat kewarasan para siswi di sekolahnya mendadak hilang sama seperti Ikha sekarang ini.

"Duh, Nal. Kayaknya aku harus cepet-cepet masuk ke lemari es. Bisa-bisa aku enggak bersisa kalau terus meleleh gini," sambung Ikha.

Eww, segitunya—Kinal membatin geli mendengar ucapan Ikha. Memamerkan mimik wajah jijik.

"Eh, eh, Nal." Tiba-tiba Ikha mencengkeram lengan Kinal. Meremas seragam putih Kinal kuat-kuat membuat Kinal memekik.

"Ih, sakit tahu! Kamu apa-apaan sih." Kinal menarik paksa tangannya dari genggaman kuat Ikha.

"I-itu, Nal. Pandu lihat ke sini. Duh, lihat deh." Ikha memaksa kepala Kinal untuk bergerak, mengarah tepat ke arah jam dua. Di mana Pandu berada.

"IKHA!!" sembur Kinal tidak suka. "Jangan norak deh!" lanjutnya murka.

Ikha memukul-mukul tangan Kinal dengan amat gemas. "Tuh, Nal. Pandu lihat ke sini terus. Kayaknya beneran deh. Dia suka kamu gitu. Aaahh, kamu beruntung banget sih! Di kelas juga, Pandu sering ketangkep basah sama aku waktu curi-curi lihat ke kamu," cerocos Ikha.

REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang