Bagian 11

910 152 38
                                    

Yona melangkah anggun mendekati Dyo. Senyum manis seolah enggan hilang dari bibir mungil kemerahannya. Binar matanya memancar kebahagian tiada tara. Baginya, kini ... Dyo adalah segalanya. Pusat kehidupan dan kebahagiaannya. Yona rela melakukan apa pun. Asal Dyo terus berada di dekatnya. Ya, dia memang sudah melakukan segalanya. Pun, menyakiti Melody hanya bagian kecil dari tekadnya. Demi mendapatkan Dyo kembali dalam hidupnya.

Dyo masih termenung di kursi kebesarannya. Menatap pemandangan hampa di luar sana dari balik dinding kaca besar ruang kerjanya. Dia tidak menyadari kehadiran Yona. Pikirannya terlalu larut akan pertengkarannya dengan Melody, beberapa waktu yang lalu.

"Sayang!" panggil manja Yona. Tangannya bergerak sensual, membelai bahu kokoh Dyo.

Mendapati kelakuan Yona yang seperti itu. Dyo terperanjat. Kursinya memutar sempurna. Menghadap Yona. Tangannya langsung menyingkirkan gelayutan manja tangan Yona dari bahunya.

"Ngapain kamu di sini?" Dyo beranjak dari duduknya. Matanya mengamati pintu ruang kerjanya. Was-was. Mendadak jantungnya bergemuruh tidak nyaman.

Yona menyimpulkan senyum. Duduk santai di meja kerja Dyo. Tangannya mengibas poni yang cukup menghalangi kesenangan matanya. "Ya, ketemu kamulah. Memangnya apa?" Dia melipat tangan. Masih memamerkan senyum manis nan manjanya.

"Gila kamu! Tapi ... enggak di kantor juga," bisik Dyo penuh penekanan tepat di depan wajah Yona.

"Kenapa? Kamu takut ... ada yang tahu hubungan kita?" Yona mengalungkan sepasang tangannya pada leher Dyo dengan santai. "Aku tuh kengen banget sama kamu."

"Tolong, Yona! Enggak di kantor juga!" Dyo melepaskan paksa kaitan kedua tangan Yona dan duduk kembali. "Mending, kamu keluar sekarang. Aku sedang sibuk."

"Sibuk ngelamun?" Yona melirik meja yang Dyo kosong. "Kamu ada masalah?"

Dyo tersenyum miris. "Kamu masalahnya."

"Lho, kok aku?" Yona duduk begitu saja di pangkuan Dyo.

"Yona, tolong! Ini kantor. Jaga kelakuan kamu," protes Dyo tidak suka dengan kelakuan Yona.

"Memangnya kenapa? Kamu lupa? Toh, ini jadwal meeting kita hari ini. Jadi ...," Yona tersenyum. Menangkup wajah gelisah Dyo. "Kamu tenang saja," ucapnya begitu pelan tepat di hadapan wajah Dyo.

"Cepat menyingkir dari sini! Aku enggak mau, kita jadi bahan gosip orang-orang di kantor ini," sahut Dyo berusaha menyingkirkan Yona dari pangkuannya.

"Baiklah." Yona mengalah. Tidak ingin membuat Dyo semakin kesal. "Tapi ...," Dia mencondongkan tubuhnya. "Kamu harus kasih vitamin dulu." Jari lentiknya mengusap lembut bibir Dyo.

"Yona, tolong," tegas Dyo. "Sebaiknya, kamu pergi sekarang." Dyo mengeluarkan beberapa dokumen dari laci meja kerjanya.

Senyum Yona yang sejak tadi mengembang seketika kuncup. "Kamu enggak asyik."

"Terserah!" balas Dyo. Dyo mulai membaca beberapa dokumen yang sudah terhampar di hadapannya.

Yona bungkam, dalam diam dia hanya memerhatikan Dyo. Sambil melipat tangan. "Kamu enggak mau cerita ke aku?"

Mendengar pertanyaan itu, Dyo tercenung beberapa detik. "Melody sudah tahu."

"Serius?" Yona menarik kursi. Duduk di seberang Dyo.

Dyo hanya mengangguk pelan. Tangannya sibuk menggoreskan tinta birunya pada beberapa lembar dokumen pengerjaan pembanguan beberapa proyek di Lombok.

Yona tersenyum senang. "Bagus, dong. Jadi, kita enggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Dan kamu ... punya alasan buat cerai sama dia."

Dyo langsung mengangkat wajah mendengar kata 'cerai' yang terlontar dari bibir Yona. "Cerai?"

REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang