Awal mula ( Afia POV )

53 5 1
                                    

Tak kenal maka Ta'arufan

🌹

Di daerah kami, setiap hari jum'at keliwon akan diadakan acara istighosah bersama. Seperti saat ini suasana didalam pendopo begitu ramai, para ikhwan wa akhwat sedang bermusyawarah untuk mengadakan acara rutin setiap jum'at keliwon. Mereka yang berkumpul disini adalah para ikwan wa akhwat lulusan pondok pesantren di daerah jawa.

Sudah menjadi visi pesantren bahwa santri itu harus bisa mendirikan desa, maksudnya ialah harus bisa mengamalkan ilmu yang didapat di pesantren dengan cara berbaur dengan masyarakat.

Oh iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku Afia Leilani. Usiaku saat ini masih muda kok nggak jauh beda sama pembaca. Hehe

"Assalamu'alaikum." Sapa seseorang yang baru saja muncul dari pintu.

Serempak kami yang berada di dalam pendopo menoleh ke arah sumber suara,

"Wa'alaikumussalam." kami menjawab salamnya

"Afwan nih, ane telat." ucapnya setelah ikut duduk di area para ikhwan, dia adalah Azriq Muayyad ikhwan tergokil di antara yang lainnya kata aku sih.

"Habisnya, tadi ada anak ayam turun di ketek !" lanjutnya, tuh kan baru aja aku ngomong dia gokil belum juga nih mulut terkatup.

Hampir seluruhnya melongo mendengar ucapan Azriq, Zhafi yang memang berada disamping Azriq memukul kepala cowo itu dengan balpoin yang berada di tangannya.

"Turun berkotek dodol."

"Aish, udah ganti yaa liriknya? Kapan? Ko ane nggak tau sih fi." ucapnya sambil mengguncang-guncang kan lengan Zhafi.

"Riq ngapain sih pake guncang-guncang tangan ane segala, malu kali diliatin para akhwat." Zhafi berusaha melepaskan cengkeraman tangan Azriq yang masih saja mengguncang-guncangkan lengannya

Langsung saja Azriq melepaskan cengkeramannya, "Ah ente mah baperan fi."

Aku tersenyum saja melihat kelakuan dua orang itu, bener-bener nggak ada warasnya.

"Jadi orang tuh fi jangan gampang BAPER, supaya hati ente nggak gampang ancur kaya WAFER." lanjut Azriq sambil menepuk bahu Zhafi. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku mendengar ucapan Azriq barusan, emang bener tuh anak. Tingkat ke-warasannya sudah menghilang.

"Generasi micin nih, jadi otak ente geser."

"Nah tuh fi, ane saudaraan sama si micin."

"Untung nggak sama cabe."

"Emang kenapa kalo sama cabe fi?"

"Cabe pedes."

"Hhh, lagian juga kata siapa manis fi Zhafi?"

"Nah ente barusan."

Azriq menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ah iya ya. Barusan kan ane yang bilang, ko bisa nggak nyadar sih yaa?"

Jelas saja, yang hadir disini tertawa melihat kelakuan dua teman mereka yang beneran gesrek ini mah otaknya. Astaghfirullahafwan fi, riq aku nggak bermaksud, kelepasan.

"Sudah-sudah Zhafi, Azriq. Nanti musyawarahnya nggak mulai-mulai kalau kalian terus saja bercanda." Tegas Ferran sang ketua organisasi kami.

"Nggeh pangapunten Paketu." ucap Azriq menggunakan bahasa khas santri, kromo. Artinya iya maaf dengan kepalanya yang menunduk dalam.

Ferran menanggapinya hanya dengan gelengan kepala.
Hayati lelah bang liat kelakuan Azriq. Kataku dalam hati melihat respon Ferran. Haha.

Lovers Of DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang