9 : Kencan? (b)

50 13 1
                                    

Selama perjalanan Rain dan Ice tidak ada yang membuka suara, mereka terlalu sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing " Rain." Ice akhirnya membuka suara, karena tidak tahan dengan suasana yang sunyi seperti kuburan dalam mobinya.

Rain menolehkan kepala, saat mendengar namanya dipanggil. Rain hanya menganggukkan kepala menjawab panggilan Ice. " Kenapa lo gak tertarik sama gue?" Pertannyaan Ice akhirnya tersampaikan, setelah Ice berfikir untuk menyampaikannya atau tidak. Rain memperbaiki posisi duduknya dan memutar tubuhnya supaya menghadap kearah Ice, setelah mendengar pertannyaan dari Ice.

" Lo nanya sama gue, padahal lo itu udah tau jawabanya." Rain menjawab dengan malas pertannyaan Ice, Ice menggelengkan kepalanya mendengar Rain.

" Gue gak tau jawabannya, so just give me a reason Rain. Kenapa lo gak tertarik sama gue."

" Lo mau tau kenapa?"

Ie menganggukkan kepalanya tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.

" Karena gue gak suka deket-deket sama cowok, apalagi tipikal cowok kayak lo es batu. Mau muntah gue tau nggak?" Rain menjawab dengan ekspresi wajah jijik membuat Ice hanya terkekeh geli mendengarnya.

" Udah sampai, ayo turun." Ice mematikan mobil dan keluar dari mobil, Ice menunggu Rain turun dari mobil dengan tidak sabaran. Rain yang melihatnya hanya memutar bola mata bosan, Rain mengerutkan kening saat tau dimana ia dan Ice turun.

" Ngapain lo ngajak gue ke mall?" Rain menolehkan pandangan ke Ice sambil bertanya. Ice hanya mengedikkan bahu dan berjalan duluan, melihat Ice yang berjalan mendahuluinya Rain berencana untuk pulang saja.

" Jangan bilang kalo lo mau pulang sendirian Rain. Apalagi, berusaha kabur dari gue." Teriak Ice dari belakang Rain yang dapat di dengar oleh Rain. Rain mendengus kesal melihat tingkah Ice. Lah siapa lo Ice, berani ngancem-ngancem gue. Bodo amat. Rain tidak memperdulikan teriakkan Ice dan tetap berjalan menjauhi pelataran mall. Tetapi seseorang didepan Rain mengahalangi jalan yang akan dilaluinya, membuat Rain menatap seseoarang dihadapnya.

" Lah, lo ngapain di depan gue? Bukannya lo udah didalem mall, minggir ah, gue mau pulang. Gak usah cari perkara lagi deh Ice." Rain menghindari Ice dengan melewatinya, tetapi Ice tidak mudah untuk diperintah. Ice mencekal lengan Rain lantas menggenggam jemari Rain, dan menariknya untuk masuk ke dalam mall.

" Gue denger lo suka novel, ada novel baru terbit bukan? Nah, gue mau ngasi itu sebagai hadiah buat lo, tapi gue gak tau novel mana yang lo suka. Jadi gue bawa lo ke mall, lo pilih aja novel mana yang lo suka." Ice menjelaskan tujuan mereka ke mall seraya berjalan masuk ke dalam mall, dan menuju ke toko buku yang ada di mall tersebut. Mendengar hal tersebut, mata Rain berbinar senang.

" Bohong kalo gue gak seneng denger lo ngomong gitu, emang ada beberapa novel yang mau gue beli. Dan gue harap lo gak nyesel udah ngajak gue ke toko buku. Yang namanya rejeki kan gak boleh ditolak." Ice menggeleng lantas mengangguk mendengar penuturan Rain. Dan membuat Ice tersenyum, karena membuat Rain bahagia walaupun di wajahnya tidak ada ekspresi kebahagiaan. Tapi Ice melihat dari mata Rain, yang memancarkan ekspresi bahagia, kentara dengan matanya yang berbinar.

Rain merasa ada yang salah dengan tangannya, ia melihat tangannya dan matanya terbelalak saat melihat tangan Ice yang menggenggam jemarinya. Rain pun menggerakkan jemarinya untuk melepaskan tautan tangan mereka.

" Ice, gue tau lo pasti pengen buat gue suka sama lo kan? Tapi gak usah cari kesempatan juga." Rain melepaskan tautan tangan mereka dengan paksa, Ice hanya menyunggingkan senyum tidak berdosa. "Awas deh lo ya, gue gak suka sama lo. So, gak usah deket-deket gue lagi, mau muntah gue tiap deket-deket sama lo, es batu kesasar." Rain mengibas-ibaskan tangannya, mengusir Ice.

" Jangan cari kesempatan dalam kesempitan deh." Sambung Rain, dan berlalu meninggalkan Ice.

Ice melangkahkan kaki menyusul Rain yang telah masuk ke toko buku, Ice tidak bisa menahan senyumnya melihat Rain yang terfokus pada beberapa tumpuk novel yang ada ditangannya. Ice mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar Rain yang terlihat lebih ramah saat bersama dengan novel.

" Cantik." Ice menggumam pelan melihat hasil potretnya, yang menampilkan Rain yang sibuk dengan novel-novelnya.

Sementara di sekelilingnya para gadis yang ada di toko buku tersenyum meliht Ice yang tersenyum dan bertingkah konyol dengan menutup wajahnya dengan salah satu buku. Melihat hal itu, Rain menjadi risih dan memilah novel yang ingin dimilikinya.

Rain tersenyum puas melihat 6 novel bestseller berada digenggamannya. " Udah siap?" Tanya seorang pria dibelakangnya, tanpa berbalik pun Rain sudah tau siapa yang bertanya padanya. " Udah." Rain berbalik dan menyerahkan 6 novel tersebut kepada kasir, pria dibelakang Rain langsung menyerahkan kartu kredit miliknya.

Rain menenteng plastik yang berisikan novel yang ia beli. " Thanks ya Ice." Rain mengucapkan terimah kasih kepada Ice, Ice hanya mengangguk lantas menggelengkan kepalanya melihat Rain yang tidak pernah bisa ditebak jalan fikirnya.

" Gue heran sama lo Rain, sifat lo mudah banget berubah-ubah dan sulit untuk gue tebak. Dan lo dengan mudahnya bilang 'thanks' ke gue, gue cuma belikan lo novel gak lebih Rain." Rain berbalik menatap Ice

" Lo kan udah buat kebaikan sama gue, walaupun lo cuma belikan gue novel. Mungkin karena lo orang kaya jadi hal kayak gitu gak berpengaruh buat lo Ice. Gue juga menghargai pemberian lo Ice, lo pasti ngira gue cewe matre ya kan? Kalo lo berfikiran kayak gitu, itu terserah lo itu hak lo. Terserah lo mau jugde gue dari kovernya, dan juga yang ngajak gue ke toko buku itu lo bukan gue yang minta diajak sama lo." Rain menjawab dengan santai pertanyaan dari Ice.

Ice lagi-lagi dibuat terkagum mendengar jawaban yang terlontar dari bibir Rain. " Gue gak pernah mikir kalo lo itu cewe matre Rain. Gue cuma heran aja ngelihat sifat lo yang selalu berubah-ubah ke gue. Dan lo tau? Sejak hari pertama kita jumpa sampai sekarang, sifat lo itu yang pengen gue mengerti. Supaya gue bisa ngerti gimana jadi lo."

" Kita makan atau langsung pulang Rain?" Ice mengalihkan topik pembicaraan yang sedang mereka bahas, Ice memang sengaja mengalihkan topik pembicaraan. Ia tak mau berebat dengan Rain di tempat umum. " Pulang." Rain hanya menjawab singkat. Ice mengangguk dan menunggu Rain berjalam terlebih dahulu di depannya.

Sampai di mobil, Rain langsung masuk dan memasang sabuk pengamannya. Suasana didalam mobil kembali sunyi, tidak ada yang membuka suara. Ice menghubungkan kabel yang tersambung pada speaker ke ponselnya lantas menyetel lagu yang sedikit membuat suasana menjadi normal.

Rain mendengar lagu yang dipasang Ice, membuat matanya menjadi lengket dan sulit diajak kompromi untuk tetap terjaga. Perlahan mata Rain terpejam dan membuat Rain masuk dunia mimpinya. Ice memacu mobil dengan tempo sedang tanpa tau Rain yang tertidur di sebelahnya.

****

Ice memarkirkan mobil miliknya di pinggir jalan, dekat rumah Rain. Ice memalingkan wajah kearah Rain, dan tersenyum kecil melihat Rain yang tengah tertidur. Ice menepuk pelan pipi Rain untuk membangunkan gadis itu. " Rain, bangun. Udah sampe rumah lo." Rain mengerjapkan mata saat merasakan guncangan kecil di wajahnya, Rain mengucek matanya untuk melihat setelah bangun tidur.

" Udah sampe rumah lo." Ice mengulang kalimatnnya, Rain hanya mengangguk pelan. Rain membuka seatbelt dan langsung membuka pintu mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meninggalkan Ice dengan pertanyaan baru di kepalanya. Tanpa memikirkan hal tersebut, Ice langsung melaju meninggalkan rumah Rain.

Rain langsung mengurung dirinya dikamar, dan memukul kepalanya. Astaga, ngapain coba pake acara ketiduran di mobilnya Ice.

Rain meletakkan tas dan langsung kekamar mandi untuk melepas lelah seharian pergi dengan Ice, setelah mandi Rain langsung tidur, meninggalkan makan malamnya. Rain menepuk kepalanya, saat ia ingin memejamkan matanya wajah Ice kembali muncul walau hanya sepintas. Gue mau tidur, es batu kesasar. Jangan mengacau.

****

Rain and IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang