awal Ladit

17 7 0
                                    

"Acha, jangan kesana. Nanti jatuh Acha, sini sama Ladit!" teriak seorang bocah laki-laki kecil.

"Ndak mau! Ladit aja yang kesini, nemenin Acha main ayunan!"

"Acha! jangan kenceng-kenceng main ayunannya.. Ladit khawatir.."
Bocah laki-laki itu berniat menyebrang jalan untuk menemui gadis nya.

"AAAAAA!!!" brukkkk!!

"LADIIITTTTTT!!!!"
Dengan teresa gadis itu mendatangi sang bocah yang sudah berlumuri darah di hidung dan kening nya.

Gadis itu menangis. Tangisan gadis itu menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Tangisannya pilu. Seolah-olah mereka merasakan apa yang gadis itu rasakan.

"Ladit bangun! jangan tinggalin Acha Ladit!! Ladit buka mata! Liat Acha!"

"Ladit liat Acha! Acha nangis! kata Ladit Acha ndak boleh nangis!"

"Lihat Ladit.. Acha nangis..."

"LADITT!!!!!"---

***

"Dor! hayo lagi mikirin apa??"

Gadis itu berjengit kaget. Spontan memukul bahu lelaki itu.
"Apaansih Nug! kalo Acha jantungan gimana!"

Lelaki yang dipanggil Nug itu tertawa geli. Kemudian tangannya terulur untuk mengelus pucuk kepala gadis disebelahnya.

"Gausa modus! dasar cowok!"

"Jangan manyun Acha.."

"Kenapa?"

"Kamu tambah imut, pengen peluk jadinya."

Setelahnya, Nugraha mendapat pukulan bertubi-tubi dibahunya. Kemudian keduanya tertawa.

***

"Nug."

Tangan Nug terulur untuk membersihkan sisa eskrim disudut bibir Acha. "dasar bocah! makan aja belepotan!" canda Nug.

"Nug ih! Serius!"

"Kenapa masa depannya Nugraha, ada apa?" tanya Nug lembut.

"Habis ini pulang aja yuk, mau hujan." pinta Acha.
Nug melihat kearah langit, memang benar akan turun hujan. Kemudian satu ide jahit terlintas di pikiran Nug.

"Acha." panggil Nug.

"Iya?"

"Hujan hujan yuk?"

Acha terpaku sebentar.

***

"Hujan hujan yuk?"
"Enggak ah Ladit, nanti basah." gadis kecil itu memajukan bibir nya imut, manyun.

Ladit tertawa, "kalau hujan pasti basah Acha." ucap Ladit dengan sisa tawanya. Acha makin manyun.

"Ayo." Tangan Acha digenggan lembut oleh Ladit. Mereka menerobos hujan sambil terus tertawa.

***

"Cha? Acha?" Nug melambaikan tangan didepan wajah Acha.

"Acha mau pulang." Tanpa meminta persetujuan dari Nug ataupun semesta, Acha berlari sampai rumah dengan wajah berhiaskan air mata.

Semesta, tak cukupkah kau mengambil Ladit? kenapa kau juga mengirim kenangan-kenangan bersama Ladit?

***

luka nyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang