5th Day: Rain

980 202 16
                                    

Hari ini, (Name) sudah memutuskan bahwa ia akan mencoba berbicara pada pemuda itu. (Name) berkali-kali memastikan bahwa rambutnya sudah tersisir rapi karena ia harus memberi kesan yang baik.

Namun, sepertinya cuaca pagi ini tak mau mendukung keputusan gadis itu. Sejak (Name) keluar dari rumahnya, matahari enggan menampakkan diri, lebih memilih untuk bersembunyi di balik awan-awan hitam. Angin pun bertiup lebih kencang dibanding biasanya, membuat gadis itu merasa harus menyisir rambutnya dengan jemari berkali-kali. (Name) bahkan mulai bisa merasakan butir-butir kecil air yang jatuh di kulitnya.

Bagaimana ini....

Semakin lama, butir-butir itu bertambah semakin banyak bersamaan dengan menggelapnya langit Tokyo. Sebagian orang di sekitarnya mulai menambah kecepatan berjalan mereka, sementara sisanya memilih berteduh di bawah bangunan.

Sedang berpikir apakah lebih baik meneruskan perjalanan ke sekolah atau berteduh, secara tiba-tiba (Name) tak lagi merasakan air yang berjatuhan di kulitnya, bersamaan dengan sebuah aroma maskulin yang menyeruak ke dalam indra penciumannya.

Eh?

(Name) spontan mendongak, mendapati ada sebuah payung yang menaungi dirinya tepat di atas kepala. Juga seorang pemuda dengan seragam pria SMA Nekoma.

"Kenapa tidak berteduh?"

"Eeh, anu...."

Belum sempat menyelesaikan ucapan, lengan (Name) sudah ditarik. Tanpa memindahkan payung dari atas kepala (Name), pemuda itu membawanya menyeberangi zebra cross.

"Terima kasih...." Dengan suara lirih, (Name) berkata tertahan. Dia bahkan tidak tahu apakah pemuda itu bisa mendengarnya atau tidak. Tunggu. Bukan pemuda itu, tetapi.... "Tetsurou-san."

Di luar dugaan, rupanya pemuda jangkung di sebelahnya itu menoleh. "Kau bicara denganku?"

Di tengah udara yang dingin, (Name) bisa merasakan wajahnya mulai memanas.

Apa yang telah kukatakan?! Dasar bodoooh!

"Hei."

"Ah, iya." (Name) spontan menyahut seadanya. "Kubilang, terima kasih."

"Aaah, bukan itu." Sang pemuda mengibaskan sebelah tangan. "Kata terakhir. Kau memanggilku apa?"

(Name) menggigit bibir, menyesali keputusannya untuk memanggil nama pemuda itu. "T-Tidak. Maaf, sepertinya aku salah orang...."

Alih-alih menyangkal, sang pemuda terkekeh pelan. Ketika (Name) baru saja mengerutkan dahi, lelaki itu kembali bersuara. "Tentu saja tidak," ucapnya. "(Name)-chan."

Kepala (Name) otomatis mendongak ke arah pemuda itu. Seulas senyum malu-malu terbentuk di bibirnya. "Benar dugaanku. Rambut model jengger ayam seperti itu hanya kau yang punya, Tetsurou-san."

"Ha ha ha." Tetsurou berpura-pura tertawa. "Sudahlah. Jangan terlalu banyak bicara. Kita bisa terlambat."

Diam-diam, seulas senyum manis terukir di bibir mungil (Name). Fakta bahwa Tetsurou mengingat tentangnya membuat gadis itu tak peduli lagi dengan rambutnya yang mulai lepek.

***

To be continued

Notice Me, Senpai! [Kuroo x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang