Fall to Pieces

407 42 1
                                    

Standard Disclaimer Applied

.

29.06.2018

.

Drama & Romance

.

AR, T+, OOC, OC, Typo, Bad Language, etc

.

Backsound : Fall to Pieces by Avril Lavigne

***

Lotte Family Concert Backstage, 22.06.2018

20:35 KST

Kakinya melangkah cepat menyusuri lorong. Kepalanya menunduk, menyembunyikan wajah yang mengeras kaku. Mata yang memanas murka.

Setiba di depan toilet, Kim Jennie segera membuka pintu, dan berjalan masuk.

Sepi. Tidak ada siapapun.

Tubuh Jennie merosot setelah mengunci pintu. Dipeluknya dua kaki yang menekuk di dada. Wajah terbenam di lutut.

Sial! Kenapa harus berubah kacau begini? Sial! Sial! Sial! Tidak boleh menangis! Tidak boleh! Kau tidak boleh menangis, Kim Jennie!

Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, bersamaan dengan gemerisik gagang pintu yang diputar dari luar.

"Jennie, ini aku."

Aku tahu. Pergilah. Kumohon.

"Sialan, Jennie! Cepat buka pintu ini!"

"Pergilah!" Jennie berteriak parau.

"Tidak akan. Cepat buka! Atau kau ingin aku mendobrak pintu ini, hah?"

Suara ketukan pintu semakin kencang, membuat Jennie menegang jengah. Tak ingin membuat keributan yang memunculkan kecurigaan orang lain, Jennie akhirnya bangkit berdiri. Dibukanya pintu, lalu berbalik badan dan menjauh menuju wastafel.

Min Yoongi melangkah masuk, sebelum kemudian mengunci pintu toilet. Dengan tangan mengepal kaku, kini Yoongi memandang Jennie yang masih menolak bertatap muka dengannya.

"Kenapa kau kemari?" tanya Jennie berang. Mata tertutup rapat saat menghadap cermin. "Kalau ada yang melihat, bagaimana, Sialan?"

"Aku tidak peduli," desis Yoongi di antara giginya yang bergemeletuk.

Jennie menarik napas tajam, berusaha menahan amarah yang meluap, menahan amarah yang mencoba bermanifestasi menjadi tangis. "Bukankah kau benci melihatku menangis? Jadi kenapa tidak pergi saja?"

"Kau tidak akan menangis," Yoongi berucap tegas, lalu mencengkeram lembut lengan Jennie, dan memutar tubuh perempuan itu hingga menghadap dirinya. "Karena itu kalau kau ingin marah, marah saja padaku! Lampiaskan saja padaku!"

Jennie membuka kelopak. Api kemurkaan menyala di kedua netranya. "Sialan kau, Min Yoongi!"

Dan di detik pertama setelah bisikan itu terlontar dari mulutnya, Jennie menangkup wajah Yoongi dengan sepuluh jemari, lantas menyatukan bibir mereka. Dalam sentuhan yang dialiri gelombang amarah. Juga kerinduan yang menyesakkan dada.

Satu tangan Yoongi mengelilingi pinggang Jennie, menarik perempuan itu hingga melekati dirinya. Tangan yang lain melepas ikat rambut Jennie, lantas membiarkan jemarinya merambati kepala bermahkota surai hitam.

Jennie bergerak kian liar, kembali menutup mata, dan mengubah ciuman itu menjadi lebih panjang. Lebih dalam. Ia tahu Yoongi membiarkannya mendominasi. Memimpin. Oh, ia tahu Yoongi memahami kebutuhannya saat ini.

Pengalih perhatian agar ia tidak terjatuh. Agar terhindar dari kejatuhan yang juga dibencinya.

Jennie mengembuskan napas gemetar, ketika kemudian perlahan-lahan melambatkan irama mereka. Kini ia bisa merasakan tangan Yoongi beralih ke punggungnya, mengusap-usap dengan gerakan menenangkan. Dengan sentuhan afeksi yang menghangatkan setiap jengkal diri Jennie, juga setiap relung jiwa yang sebelumnya dinaungi awan kelabu.

Setelah merasakan amarahnya kian mereda, Jennie kembali menampakkan manik coklat gelapnya, dan bertemu pandang dengan mata yang menatapnya lekat. Senyum seketika menghiasi wajah Jennie, saat kemudian mendengar kalimat yang terlantun dari bibir Yoongi.

"Kau sudah bekerja dengan baik, Ruby Jane. Peduli setan dengan kekacauan di luar sana. Dan percayalah, esok hari akan lebih baik dari hari sialan ini."

***

Han River Banseom, 24.06.2018

05:55 KST

Dua kelopak Jennie terbuka lambat-lambat, memperlihatkan netra yang masih dikuasai kantuk. Lalu benak Jennie perlahan terbangun di keremangan cahaya, ketika menyadari sesuatu yang menjadi objek pertama matanya pagi itu.

Jennie menahan sudut bibirnya agar tidak melebarkan senyum, dan menyapukannya pada leher Yoongi dalam kecupan ringan. Dijauhkannya kemudian wajah seraya menyentuh samar pipi Yoongi dengan telunjuk.

Kemarin menjadi salah satu hari yang tidak akan bisa dilupakan oleh Jennie. Setelah kemarin Blackpink berhasil memenangkan trofi pertama mereka untuk comeback kali ini di acara musik, Jennie dan yang lainnya ternyata mendapatkan kejutan sepulang dari kegiatan fansign mereka hari itu.

Hyunbi meminta mereka berempat untuk datang ke apartemennya. Dan di sanalah mereka bertemu dengan para member Bangtan, yang menunggu bersama Hyunbi untuk merayakan kemenangan pertama Blackpink. Pesta itu lantas dilanjutkan dengan acara menonton film bersama di ruang tamu, dengan banyak selimut tebal dan bantal-bantal bertebaran di lantai.

Jennie mengerutkan kening, ketika kemudian teringat akan satu hal. Sambil menghela napas pendek, Jennie membawa kepalanya bersandar di bahu Yoongi. Satu lengannya melingkar di pinggang laki-laki itu.

Oh, ayolah, Jennie. Hanya lima hari. Bukahkan sebelumnya kalian bahkan tak bertemu selama beberapa bulan?

Netra Jennie kembali terpejam, mencoba mengalihkan fokusnya pada gerak tubuh Yoongi ketika bernapas dalam tidur, lalu mengikutinya seakan napas mereka menjadi satu.

Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ponsel Hyunbi menyanyikan alarm, amat nyaring hingga memekakkan telinga. Suara itu lantas disusul gumaman protes dan erangan kesal dari banyak mulut.

"Tolong siapapun matikan benda sialan itu!"

Jennie hanya bisa menahan senyum ketika mendengar Yoongi menggerutu sengit, sementara dekap lengan Yoongi semakin mengerat di punggungnya.

Well, bersiaplah untuk merindukan laki-laki bodoh ini lagi, Jennie.

.

.

.

*THEEND*

Black HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang