Even a single tear is a waste for someone like him.
🌼🌼🌼
Mungkin bagi sebagian orang yang mengetahui sepak terjang Diego dalam drama percintaan dan perilaku kesehariannya, mereka berpikir bahwa laki-laki itu tidak percaya akan konsep selamanya.
Nyatanya, memang benar demikian.
Menurut Diego, selamanya adalah sebuah kata yang artinya sama saja dengan harapan palsu. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini hanya berlangsung sementara. Buktinya, kedua orang tua Diego bercerai saat ia masih berusia enam tahun, lalu ibunya menikah lagi dengan pria lain, dan bercerai lagi setelahnya, sampai ia bertemu dengan kekasihnya yang sekarang. Sementara itu, tunangan ayahnya meninggal dalam kecelakaan tragis saat keduanya sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan pernikahan.
Selamanya adalah waktu yang begitu panjang jika dibandingkan dengan rentetan kejadian yang terjadi hanya dalam kurun waktu tujuh tahun tersebut. Bagi Diego, 'selamanya' hanyalah sebuah omong kosong yang tak akan pernah menjanjikan kebahagian.
Maka dari itu, Diego lebih memilih menikmati waktu yang ia miliki sekarang untuk bersenang-senang. Manusia tak punya waktu yang banyak di dunia. Jadi, lebih baik Diego mempergunakan waktunya dengan melakukan apa saja yang diinginkannya saat ini, bukan? Ia tidak akan membiarkan masa mudanya menguap begitu saja tanpa ada cerita.
Seperti saat ini, Jessi adalah gadis kesekian yang akan ia patahkan hatinya.
"Gue, kan, udah bilang dari awal, Jess," Diego memutar matanya ketika isak tangis Jessi semakin menjadi-jadi. "Kita cuma akan pacaran selama satu bulan; nggak kurang dan nggak lebih. Lo sendiri yang menyetujuinya, gue nggak pernah memaksa. Lo juga yang minta gue jadi pacar lo."
"Jadi, selama ini lo anggap gue ini cuma permainan yang bisa lo tinggalin waktu udah nggak menyenangkan buat lo lagi? IYA?!!"
Suara Jessi menggema di koridor panjang berisi loker para siswa di sekolah. Diego lantas menyentakkan tangan gadis itu dari lengannya dan memandangnya dengan tatapan tajam. "Oh, just cut the bullshit, Jess. Gue juga tahu kalau lo ada sesuatu sama Barry, yang anak band itu. Gue memang nggak ada perasaan apa-apa sama lo, tapi saat lo lagi main sama gue, lo nggak bisa main-main dengan orang lain juga."
Jessi langsung mengatupkan mulutnya, tak membantah sepatah kata pun. Ekspresi wajah yang tadinya memancarkan emosi lantas berubah panik bercampur takut. Ia menggigit bibir dan menunduk malu.
Diego merapikan seragamnya yang sebelumnya menjadi sasaran empuk pukulan-pukulan Jessi, kemudian menginstruksikan gadis itu agar enyah dari hadapannya. "Lebih baik lo pergi sekarang. Lo bertindak seperti ini hanya akan buang-buang waktu aja," katanya tegas. Dengan satu perintah tersebut, tak butuh waktu lama bagi Jessi untuk segera melangkahkan kakinya pergi dari sana sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya.
Sambil menatap kepergian perempuan itu, Diego mengeluarkan sebuah desahan keras. Lalu, ia kembali memasukkan beberapa buku dari dalam lokernya ke dalam ransel.
"Jadi, siapa korban lo selanjutnya?"
Pertanyaan itu sukses membuat dahi Diego berkerut. Laki-laki itu kontan menatap Rachel yang sudah berdiri di samping lokernya.
Rachel berujar lagi, "Sampai kapan, sih, lo mau jadi orang yang berengsek kayak gini terus?"
Diego hanya mendengus pelan. Pada saat yang bersamaan, Alyssa sedang berjalan ke arah mereka, lalu menyapa Rachel dan dirinya bergantian.
Diego mulai menyeringai. Ia menatap Rachel sejenak sebelum beralih ke Alyssa.
"Sa, ayo kita pacaran. I'll be good to you."
Selama sepersekian detik, Alyssa memandangi senyum usil yang terlukis di wajah Diego sembari mengerjapkan mata berulang kali. "Lo sakit, ya?"
Diego terkekeh saat mendengarnya. Sementara Rachel menimpali dengan nada sinis, "Nggak ada cowok baik-baik yang deketin cewek lain setelah dia baru aja putusin pacarnya."
"Kata Rachel ada benarnya, Sa," Diego menatap Alyssa lurus-lurus dengan alis dinaikkan. Ujung bibirnya masih membentuk sebuah lengkungan. "Don't fall for me."
Rachel hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir melihat polah Diego. Pun ia mengalungkan lengannya di pundak Alyssa, menyeretnya jauh-jauh dari sepupunya itu.
"Dia memang udah gila, Sa," tukas Rachel saat mereka berjalan melewati Diego.
Alyssa sempat menoleh ke belakang, mendapati Diego masih menatap ke arahnya dengan senyum usil yang masih bermain-main di bibir. Gadis itu menghela napas panjang dan melanjutkan langkahnya kembali.
Tentu saja. Mana mungkin Alyssa Winata akan membiarkan dirinya jatuh kepada laki-laki seperti Diego Orion.
🌼🌼🌼
"He'd cut his heart out to be cool,
'Cause everybody loves a criminal..."Sundara Karma – She Said
![](https://img.wattpad.com/cover/31767483-288-k2551.jpg)