Pernyataan manis

30 2 0
                                    

Jam baru menunjukan pukul 05.30 , tapi entah kerasukan apa cowok yang memiliki paras yang menawan itu sudah siap dengan seragam putih abu abu nya. Mengingat kejadian semalam dimana ia bisa lebih dekat dengan Serena gadis pujaan nya, Giandra jadi cengengesan sendiri.

Giandra bergegas menuruni anak tangga dan memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu. Belum sampai ke meja makan, Andra mendengar isakan tangis dari kamar ibu nya. Andra langsung membuka pintu kamar ibu nya.

Betapa terkejut nya Andra ketika yang menangis itu adalah ibu nya, hati nya bagai teriris sembilu, tak tega melihat keadaan ibu nya yang seperti ini, Andra mendekati Riyah sang ibu yang sedang duduk di bibir kasur.

"Mah, mamah kenapa nangis?" tanya Andra hati hati. Riyah menatap anak kedua nya dengan tatapan sendu.

"Ayah kamu dra, hiks hiks". Belum menyelesaikan perkataan nya, ibu nya kembali terisak sambil bersandar di bahu Andra. Andra yang tau suasana hati ibu nya ini sedang kacau hanya bisa mengusapi punggung ibu nya seraya memberi kekuatan.
"Udah gak usah ditangisi lagi. Dia udah gak butuh kita mah, dulu aja pas susah setia sama mamah. Sekarang giliran udah berduit malah pergi ninggalin mamah. Andra udah gak kuat liat sikap papah yang suka semena mena sama mamah! Ngomong nya meeting meeting sama klien, tapi apa buktinya? Dia malah jalan sama sekertaris nya sendiri mah!!". Ucap andra penuh penekanan, sungguh dia sudah lelah melihat ibu nya terus menerus menangisi lelaki bajingan seperti ayah nya.

"Mamah yakin papah kamu gak bermaksud mau khianati mamah, mungkin papah kamu khilaf nak. Mamah masih mau maafin papah kalo beneran mengakui dirinya khilaf". Andra tak habis pikir dengan jawaban yang di lontarkan riyah tadi. Tangan Andra mengepal, dia tak bisa tinggal diam.

"Mah Andra cape liat mamah kayak gini! Nanti kalo Zeno denger pasti dia ikut sedih mamah nya kayak gini". Kini suara Andra berubah menjadi parau

"Maafin papah kamu ya Dra, bagaimana pun juga dia papah kandung kamu, panutan keluarga kita"

Sungguh Andra muak ketika Riyah berkata bahwa si lelaki bajingan itu panutan keluarga nya. Apa yang harus di banggakan dari lelaki itu? Tiap hari pulang larut malam, ketika datang kerumah pasti Andra mendengar pertengkaran kedua orang tua nya, itu yang membuat Andra frustasi. Andra muak mendengar orang tua nya beradu argumen tiap malam, Andra muak melihat ayah nya yang selalu berkata kasar kepada ibu nya, Andra merasa hati nya tersayat jika melihat ibu nya menangis.

Mendengar penuturan Riyah tadi, Andra langsung memutuskan untuk pergi ke sekolah tanpa mengucapkan apapun dan membanting pintu kamar Riyah.

Suatu saat nanti ayah mu pasti kembali nak Batin Riyah

----

Kelas XI IPS 2 nampak sepi di pagi buta seperti ini, Andra memutuskan untuk duduk di bawah pohon rindang yang berada di taman sekolah. Andra memijat pelipis nya perlahan, kepala nya terasa pening memikirkan semua masalah yang menimpa keluarga nya.

Andra menyandarkan tubuh nya di pohon dan membiarkan kaki nya terlentang, mata nya terpejam. Tak lama ada yang menepuk bahu nya, Andra tak kunjung membuka mati nya hingga suara gadis memecah keheningan.

"Kenapa?". Tanya gadis yang rambutnya dibiarkan tergerai dengan jepit yang berada di sebelah kanan rambut nya.

"Gak apa-apa" Andra mengulas senyum "Naik apa ke sekolah?".

"Naik angkot". Serena juga tersenyum melihat Andra yang tersenyum tulus.

"Lo ke sekolah emang sering jam segini dra?" tanya serena heran. Andra menegakkan tubuh nya dan mengajak Serena duduk di kursi taman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang