Alberta Kayana Earth. Seorang putri tunggal dari direktur perusahaan terkenal. Terlahir idiot dengan IQ sangat memprihatinkan. Idiot. Sebuah kata yang mungkin tak pernah diharapkan dan diinginkan manusia mana pun. Namun apalah daya manusia yang tak mungkin mampu melawan takdir Sang Maha Pencipta. Tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa pada dasarnya Tuhan selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan.
Gadis keturunan Inggris-Amerika ini memiliki paras yang menawan. Kecantikannya mampu membuat mata lelaki mana pun meleleh melihatnya. Tapi karena idiotnya, tak ada satu pun orang mendekatinya. Katanya sihh takut ketularan idiotnya. Hhaha ocehan tak masuk akal!!
***
Di sebuah taman dekat danau, nampak seorang gadis sedang duduk di bawah pohon. Gadis cantik berkepang dua itu tengah asyik melamun memandangi hamparan danau nan luas. Sudah menjadi kebiasaannya menyendiri disana. Tempat itu bagai obat di segala cuaca, penenang disaat resah, bahkan penghibur disaat sedih.
Mengapa dulu aku diciptakan ke dunia ini, kalau pada akhirnya aku tak menemukan kebahagiaan? Mengapa dulu aku diciptakan ke dunia ini, kalau kehadiranku sama sekali tak diinginkan? Mengapa aku ada, namun mereka selalu menganggapku tiada? Why? Why? Mengapa aku berbeda? --
Jika saja aku tahu akan terlahir seperti ini, lebih baik aku tiada sebelum dilahirkan ke dunia. Aku tak sebegitu menginginkan hidup ini. Buat apa aku ada, kalau aku tak pernah merasa aku ada?--
Bukan seperti ini hidup yang ku inginkan. Aku tak butuh kemewahan hidup yang sekarang ku miliki. Aku hanya ingin menjadi manusia semanusianya manusia--
"Heyyy!!"Suara Bretta-Mama Alberta itu membuat Alberta tersentak kaget dibuatnya.
"Ahh Mama,, ngancurin suasana sunyi aku aja!!"
"Lagian kamu ngapain disini sendirian? Pake acara ngelamun segala lagi!! Awas lohh nanti kesambet!!"kekeh Bretta-Mama Alberta.
"Mama bisa aja!!" ada jeda, "Ma, Alberta boleh tanya sesuatu gak?"tanya Alberta sembari melirik kearah Mamanya.
"Ya bolehlah, Honey. Massa gak boleh!!"Tangan Bretta meraih kepala Alberta dan menyenderkan ke pundak kanannya.
"Ma, sebenernya siapa aku?"tanya Alberta.
"Kok nanya-nya gitu sihh? Ya, kamu Alberta Kayana Earth lahh. Anak Mama yang paling cantik."
"Tapi Ma... Mama seorang sarjana bergelar profesor. Papa juga seorang direktur yang cerdas, bergelar profesor. Tapi mengapa aku berbeda? Mengapa aku tak seperti Mama dan Papa? Mengapa aku terlahir idiot seperti ini? Mengapa? Sebenarnya siapa aku?"Alberta tak kuasa menahan air mata yang terus menerobos matanya.
"Al, semua manusia itu terlahir dengan kemampuan yang berbeda-beda. Mama yakin kamu tak sebodoh itu. Mama yakin suatu hari nanti kamu pasti bisa menjadi seseorang yang berbeda dengan cara kamu sendiri!! Kalau kamu gak yakin sama diri kamu sendiri, bagaimana kamu bisa meyakinkan orang lain? Berpikir itu perlu, tapi keyakinan lebih diperlukan!!"nasehat Bretta-Mama Alberta.
Apa iya aku bisa seperti mereka? Apa iya aku bisa merubah takdir yang sudah lama melekat dan bersemayam dalam diriku? Mampukah aku menjadi seseorang yang diharapkan banyak orang, bukan dienggankan banyak orang?--
"Ma, Mama menyesal gak sihh punya anak seperti aku?"
"Ya nggak lahh. Seorang ibu itu takkan pernah ada rasa penyesalan melahirkan anaknya. Mereka percaya bahwa anak adalah anugerah paling terindah yang Tuhan berikan. Itulah sebabnya nyawa pun rela mereka pertaruhkan demi melahirkan seorang anak!!"jelas Mama.
"Udah dulu ya. Mama mau masak!!"tambah Mama. Bretta-Mama Alberta meninggalkan Alberta sendirian.
Alberta menghela napas panjang. Ia mulai terbius suasana sunyi.
Siapa aku? Apa seluruh dunia membenci kehadiranku? Mengapa mereka enggan mendekatiku? Seburuk itukah aku sampai-sampai dunia menjauh dariku?--
Alberta mengalihkan matanya ke sudut danau.
Papa? Ia menganggapku sebagai sampah. Sampah yang seharusnya dibuang jauh-jauh, tidak dipungut lagi. Tapi Mama selalu membantah dan mencegah itu terjadi. Apa hanya ada satu orang yang peduli denganku? Tak adakah di penjuru dunia ini yang mengasihiku selain Mama? Aku bahkan tak tau apa jadinya jika Mama pergi. Mungkin aku akan seperti barang yang diperlakukan seenaknya--
Aku memang bodoh. Tapi apakah orang bodoh sepertiku selalu terhinakan seperti ini? Apakah orang bodoh sepertiku tidak berhak merasakan nikmatnya hidup seperti mereka? Bukankah hidup juga bukan milik mereka yang pintar?--
Kadang aku berpikir, untuk apa aku diciptakan? Aku bahkan tak bisa menemukan titik jawaban dari pertanyaan konyol itu--
Alberta mengalihkan pandangannya. Beberapa meter tak jauh darinya, nampak seorang lelaki melemparkan satu persatu kerikil kecil ke danau. Terlihat dari gerak-geriknya, dia sedang merasa kesal. Entah beribu masalah apa yang menghantui pikirannya. Sepertinya ia tak jauh berbeda dari Alberta, sama-sama dibingungkan dan dipermainkan oleh rumitnya permasalahan dunia.
Dunia. Sebegitu kejam kah kau menyiksa kami dengan masalahmu?--
Alberta menghapus air matanya. Ia yang sukar keramaian dan lebih senang menyendiri itu meninggalkan taman. Menuju rumahnya yang letaknya tak jauh dari sana.
Siapa lelaki itu? Apa dia sepertiku? Ataukah dia hanya segelintir orang yang menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan di pinggir danau?--
Tepat di depannya ada kerikil. Dengan isengnya Alberta menendang kerikil itu sekeras mungkin, sebagai bentuk pelampiasan atas permasalahannya.
"AWWW!! SAKITTT!!"
OHHH TIDAKKK!! Kerikil itu tak sengaja mengenai pelipis lelaki di pinggir danau. Alberta yang melihatnya segera bergegas mengambil langkah seribu. Ia tak mau disalahkan apalagi berdebat dengan siapa pun. Sementara lelaki itu hanya bisa merintih kesakitan, tanpa tahu darimana asal kerikil yang mengenainya dan siapa orang yang tega melakukannya.
"Aishhh sialan!!"rintih lelaki itu.
Lelaki itu memutarkan kepalanya. Mengamati tiap sudut taman pinggir danau. Berusaha mencari siapa orang yang melemparkan kerikil sialan itu. Namun alhasil ia tak menemukan apa-apa selain angin yang berhembus dan air danau yang terombang-ambing. Mungkinkah hantu adalah pengirim kerikil itu??
"Yaa Tuhan!! Maafkan. Aku benar-benar tak sengaja. Semoga saja lelaki itu baik-baik saja,"lirih Alberta dengan napas terengah-engah. Ia sudah sampai di depan pintu rumahnya.
"Gak ada siapa pun disini," ada jeda, "Apa mungkin ha.. ha.. ha.. hantuu,"teriak lelaki itu. Ia lari terbirit-birit dengan hanyut dalam ilusi bahwa pengirim kerikil itu adalah hantu.
***
Di depan sebuah rumah mewah, Alberta sedang asyik menikmati senja. Senja yang penuh dengan keajaiban. Membuat semua mata tak dapat menolak keindahannya. Senja yang tak pernah sedikit pun menyembunyikan keindahannya.
Senja itu indah dan di nanti-nantikan banyak orang. Tidak sepertiku yang di enggan-enggankan banyak orang--
***
A/n
Guys,, gimana first chapternya??
Semoga suka ya :)
Sorry gak terlalu panjang, gak keburu, author lagi sibuk dengan beribu hapalan sebelum masuk SMA hhehe :D
Penasaran gak sama lelaki yang kena kerikil tendangan Alberta?
Hayoo kalian bisa tebak gak siapa lelaki itu? Tua atau muda? Tingginya berapa? Ukuran sepatunya berapa? Rambutnya gimana? Matanya bulet apa lonjong? Wakakakk ngeri nanyanya.
Baca terus kelanjutannya. Ditunggu kritik dan sarannya :v
Next part giliran ZS_Aquila ya. Akan di publish di akun ini :)See you,, bay bay..
Salam manis,
NAYLA_HF
KAMU SEDANG MEMBACA
NERAKA IMPIAN
FantasyBagaimana jika seorang idiot tiba-tiba menjadi super jenius? Bahkan IQ yang tadinya dibawah rata-rata rendah, kini berubah drastis, jauh diatas rata-rata tinggi. Para ilmuwan pun bagai semut kecil tak berdaya jika dibandingkan dengannya. Mustahilkah...