"Your memory is a monster; you forget—it doesn't. It simply files things away. It keeps things for you, or hides things from you—and summons them to your recall with will of its own. You think you have a memory; but it has you!"
(, )Setelah kejadian yang mengerikan itu, setelah apa yang dilakukan Fira, Lily pada akhirnya dapat kembali ke Pesantren. Bersama Abi, Umi, Intan, dan semua teman-temannya, ia belajar untuk lupa. Lupa terhadap apa yang menimpa dirinya, lupa terhadap kekejian yang dilakukan orangtua angkatnya, lupa terhadap pemerkosaan yang telah menyakitinya tiada tara. Namun sebenarnya, ia sendiri bukannya melupakan semua derita itu. Tidak. Ia tidak mungkin membuangnya. Susah payah ia menghilang selama hampir dua hari, kembali dengan membawa luka sayat yang teramat dalam di betisnya, serta dengan semua ingatan yang hilang itu, ia tidak mungkin lantas membuang ingatan yang baru ia dapatkan kembali begitu saja. Hanya orang bodoh yang akan melakukannya.
Lily termenung di jendela kamar kosong, kamar usang yang disediakan Abi untuknya. Ia masih memikirkan peristiwa absurd yang terjadi sehari sebelum ia kembali ke Pesantren. Fira membawanya kabur dari Pesantren, Fira adalah kepribadiannya yang lain, pribadi psikopat yang berhati beku, tak kenal ampun, dan sangat cerdas. Fira yang nyaris membunuhnya, membiarkan darah terus mengucur dari betisnya. Fira yang menghanguskan rumah bajingan kelamin yang memangsanya, membuat tubuh si bajingan kelamin itu dan bahkan istrinya gosong, hangus, sampai menjadi debu. Fira yang cemerlang dengan semua rencana gilanya. Dan Fira yang telah mengembalikan ingatan Lily yang hilang, menampar Lily yang lemah dan membangunkannya. Fira yang sangat... sangat gila. Lily selalu memikirkan kembarannya itu. Ia tak habis mengira, mengapa bisa seorang psikopat hidup dan terjebak dalam tubuhnya yang rapuh.
Kemudian kemana si gila yang lainnya? Vergeen dan Kill, nama yang aneh untuk manusia. Itu nama setan lain yang juga terkerangkeng dalam tubuh Lily. Vergeen, pribadi anak kecil yang sakit dan menderita karena seekor monster. Kill, pribadi monster. Bertubuh besar, matanya liar, mulutnya meneteskan air liur yang menjijikan dan berbusa-busa mengerikan. Kill, pribadi predator yang mengacaukan jiwa Lily. Selalu memangsa Vergeen, membanting, menindih, menyiksa, menganiaya, dan nyaris menelannya. Kill si gila. Fira yang cerdas, dan Vergeen yang malang. Tiga pribadi yang gila itu, oh... mengapa ada di tubuh dan otak Lily? Mengapa Lily menjadi orang yang paling edan di Pesantren ini?
Air mata menetes dari pelupuk Lily yang cantik. Lily seorang gadis pintar dan teladan, juga sangat manis di Pesantren itu. Semua orang mengagumi kecantikan dan kecerdasan Lily, menghormatinya sebagai keponakan dan keluarga Abi. Tidak ada seorang pun yang mengira bahkan dirinya sendiri tidak menyangka bahwa ia memiliki masa lalu yang teramat pedih, kelam, sangat mengerikan, dan terlalu gelap untuk diingat. Pantas saja ia membuang masa lalu itu. Tidak heran ia amnesia, ia lupa terhadap siapa dirinya. Kemudian, ketika semua masa lalu yang hilang itu kembali, jiwanya remuk. Bagai sesuatu yang sangat-sangat besar jatuh menimpa dirinya hingga menghancurkan jiwanya yang kecil, ia benar-benar remuk. Hanya menangis yang bisa ia lakukan saat ini. Hanya merenung dan berpura-pura kuat yang bisa ia usahakan saat ini.
Namun tiba-tiba tangannya menjadi kaku, ia mencakar kasur busa di bawahnya. Giginya bertubrukan satu sama lain, terdengar sangat linu sampai ke luar ruangan. Dadanya bergemuruh dahsyat, bunyinya keras seperti suara tabuhan drum. Ia merasa sesak, kamarnya yang cukup lega terasa menjadi sempit dan sangat kecil. Ia sesak, ya Tuhan... ia sesak dan nyaris mati. Ia menjerit kemudian. Berteriak-teriak tak karuan layaknya orang yang tidak waras. "AAAAAAA....!!! YA ALLAH!!! YA ALLAH!!! ASTAGHFIRULLAH!!! TOLONG LILY YA ALLAH!" Trauma itu melukai dan merobek hatinya, bahkan mungkin hati kecil Lily sudah hancur lebur karenanya.
Abi dan Umi berhamburan datang menghampiri kamarnya. Mereka memegangi tubuh mungil Lily yang kaku dan kejang. Air mata dua orangtua ini menetes. Jika harus memilih, mereka ingin sekali pergi dari kamar itu. Mereka terlalu lemah untuk menyaksikan si malang Lily yang sedang menggila. "Mi! Panggil santri untuk bantu kita! Cepat!" Perintah Abi kemudian. Segera, Umi beranjak dari tempat itu.
YOU ARE READING
MEMORY
Mystery / ThrillerBerkisah tentang santiwati yang berjuang melawan disorder yang dideritanya.