2

94 6 1
                                    

Mereka berada dalam satu ruangan.
Mata Louisa menatap satu-satu wajah yang ada di ruangan itu. Meneliti dan juga menghafal wajah mereka.

"Mengapa anda melihat ku seperti itu, nona?" Tanya Seseorang clien yang dari tadi di tatap oleh louisa.

Louisa menaikan alisnya. Dan menjawabnya sengit.

"Apakah ada larangan menatap mu seperti itu, tuan?"

Mata tua itu menatap tajam louisa.

"Berani sekali anda, memangnya anda siapa?" Geram Fernandez.

"Saya louisa, kalau anda ingin berkenalan dengan saya." Louisa mengulurkan tanganya. Namun tentu saja di abaikan dengan Fernandez.

Louisa tersenyum sinis dan mengurungkan tangannya.

"Louisa cukup."

"Maafkan, pegawai saya pak Fernandez. Bisa kita lanjutkan rapat ini?" Cegah Arthur.

"Sebaiknya kau tunggu di luar, louisa." Perintah arthur geram.

Louisa berdiri dan menjauh keluar dari ruangan.

"Mari kita lanjutkan." Ucap Arthur.

*****

"Kau.." geram athur. Mengepalkan tanganya di depan wajah louisa. Saat ia sudah selesai dalam rapatnya

Louisa menaikan satu alisnya.

"Apa salahku?" Tanya louisa.

"Apa kau tidak merasa sudah melakukan kesalahan? Kau hampir saja menghancurkan usahaku, louisa." Marah arthur.

"Aku hanya menatapnya, bukan menerkamnya. Jadi, dimana letak kesalahanku, tuan Arthur yang terhormat?" Ucap louisa tanpa beban.

"Kau sangat tidak sopan terhadap bosmu. Kau pikir,kau ini siapa?"

Louisa memutar matanya, kesal.

"Ya tuan, maafkan saya."

"Nadamu sangat terlihat tidak enak di dengar. Sudahlah lupakan." Kesal arthur.

Louisa hanya mengangkat bahunya enggan. Tanda dia tidak peduli, akan ucapan bosnya. Katakan ia tidak sopan, tapi siapa peduli.

Matanya meniyipit menatap seseorang di belakang arthur. Arthur pun mengerenyitkan keningnya.

"Ada apa?" Arthur pun menengok ke belakang. Tapi nihil, tidak ada seorangpun disana.

"Entah, dia hanya mengintip sebentar. Mungkin hanya perasaan ku saja." Acuh Louisa. Arthur menatap bingung louisa.

Louisa menghembuskan nafasnya. Ia tahu apa yang ada di pikiran tuannya ini.

"Lanjutkan saja jalanmu, tuan arthur. Tidak usah pedulikan yang ada di belakangmu. Itu urusanku."

"Mark, bawa tuan arthur pergi dari sini." Perintah louisa yang sedang membenarkan sesuatu di belakang jaket hitamnya.

Mark hanya menanggukan kepalanya. Lalu menghadap ke arah arthur.

"Ada apa sebenarnya louisa?" Arthur menatap tajam ke arah louisa.

"Aku tidak akan mengatakannya, silahkan meninggalkan tempat ini tuan. Di sini berbahaya bagimu. Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu." Gerutu louisa.

ProtectionWhere stories live. Discover now