3

71 7 4
                                    

Arthur menemukan louisa sedang berkutat di dapur.

"Bagaimana dengan luka di wajahmu?" Tanya arthur yang mengambil apel, lalu menggigitnya.

"Better, terima kasih untuk semalam." Ucap louisa yang membolak-balik masakannya.

"Oke, anggap saja itu bonus karena kau sudah menyelamatkan nyawa ku." Arthur memberikan sebuah potongan apel kepada louisa.

"Aku tidak suka. Makanlah." Ucap louisa sambil menata masakannya.

"Why? Ini manis."

"Aku tidak suka." Singkat louisa.

"Fine. Ternyata kau pandai memasak, ini sangat enak." Ucap arthur mencoba masakan louisa.

"Ternyata kau sangat cerewet, tuan."

Louisa duduk di hadapan arthur dan mengambil makanannya. Louisa tersenyum melihat arthur menyukai makanannya.

"Mengapa kau tersenyum? Apa ada yang salah?" Tanya arthur.

"Tidak." Ucap louisa menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.

"Kau tertarik kepadaku?" Tanya arthur tiba-tiba.

Louisa tersedak mendengar ucapan arthur. Arthur pun menyerahkan gelas berisi air kepada louisa.

"Apa yang kau katakan,tuan? Aku tidak akan pernah tertarik kepadamu. Kau hampir membuatku mati." Ucap louisa.

Arthur menaikan kedua alisnya.

"Oke kita lihat nanti, siapa yang akan jatuh cinta duluan."

"Deal." Louisa tersenyum smirk.

Sepanjang hari mereka lalui bersama.  Tetap dengan louisa yg cuek, tidak pernah menuruti apa yg di ucapkan arthur.

"Louisa." Panggil arthur yang sedang di dalam ruangannya sibuk berkutat dengan dokumennya.

Lousia berjalan malas, ini sudah ke empat kalinya di panggil oleh tuannya, yang menurutnya kurang kerjaan.

"Ada apa lagi, tuan. Aku lelah jika kau hanya memanggilku untuk memberi kau makan dan minum. Itu bukan tugasku, bahkan ini sudah ke empat kalinya." Dengus louisa.

Arthur mendongakan kepalanya, dia tersenyum sinis.

"Sekarang itu tugasmu. Jadi kau harus menyiapkan semua kebutuhkanku." Ucap arthur tenang dan kembali dokumen.

"Aku tidak mau." Ucap louisa

"Terserah, kau hanya harus menuruti permintaanku."

"Ya ya ya, apa yang kau inginkan mr. Arthur yang terhormat?" Kesal lousia mencebikan bibirnya.

Arthur tersenyum smirk atas kemenangannya menaklukan louisa.

"Bikinkan aku kopi."

Louisa membelalakan matanya.

"What the fuck" Umpat louisa.

"Jaga ucapanmu terhadap bosmu louisa, turuti saja keinginanku."

" Apa kau merasa kurang tuan, sudah 8 gelas kopi kau habiskan. Dan kau ingin menambah. Aku tidak mau, lebih baik aku memanjakan senjata ku daripada mengurusi kau." Ucap lousia yang akan berlalu namun ucapan arthur menghentikannya.

" Buatkan atau aku akan mencium dan mengurungmu disini, sampai kau berhenti membantahku." Ancam arthur.

Lousia menoleh tak percaya.

"Fine, akan ku buatkan."

Louisa pun meninggalkan ruangan itu dengan penuh kejengkelan. Dan arthur hanya tersenyum senang mengerjai louisa. Itulah hobinya sekarang.

Beberapa menit kemudian

Louisa datang dengan membawa satu cangkir kopi dengan kepulan asap yang menggoda.

"Silahkan tuan." Sinis louisa dengan senyum smirknya.

Atrhur menatapnya awas, pasti ada yang tidak benar. Arthur meniup kopinya sedangkan louisa berlalu dan menutup pintu.

1 2 3

"Louisaaa.. bagaimana bisa kopi ini rasanya asin." Teriak arthur sebal.

Louisa tersenyum di balik pintu.

"Maafkan aku tuan, Aku tidak bisa membedakan mana yang gula dan garam." Ucap louisa.

Author come back. Selamat membaca, jangan lupa komen

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ProtectionWhere stories live. Discover now