1

124 12 1
                                    

"Hari ini, ada rapat di luar kota. Sebaiknya kau memulai tugas pertamamu dengan baik dan tidak mengecewakanku. Apa kau mengerti? Di luar sana aku memiliki banyak sekali musuh. Dan kau harus waspada akan gerak-geriknya." Ucap Arthur sambil berjalan menuju mobilnya.

"Baiklah. Anda tak perlu memberitahuku sedetail itu. Saya pernah menangani kasus yang lebih daripada itu." Jawab louisa.

"Sayangnya, aku tidak bertanya kepadamu." Sindir arthur ia menatap jam hitam yang ada di tangannya.

"Sangat menyebalkan." Ucap louisa dengan suara yang pelan mungkin lelaki itu tidak akan mendengarnya.

"Aku mendengarnya, berhentilah menggerutu. Dan bawa mobil ini, aku akan duduk di belakang. Aku tak punya waktu banyak."

"Anda pikir, saya sopir anda, tuan. Saya tidak mau." Tolak louisa dan dengan santainya ia membuka pintu mobil depan, lalu ia duduk menyilangkan kakinya.

"Sialan, kau louisa. Aku atasanmu, sebaiknya kau menuruti apa yang aku ucapkan." Marah arthur.

"Maaf, tuan. Tapi saya bekerja sebagai pengawal bukan sebagai sopir. Cepatlah, katanya anda tidak punya banyak waktu. Segeralah jalan, bila anda tidak ingin terlambat." Jelas louisa.

Louisa menutup jendela dan menatap arthur dari luar yang sedang menggerutu marah, akan ucapannya tadi. Tapi, itulah kenyataannya. Dia pengawal bukan sopir, ingatkan arthur kalau ia menyuruh Louisa untuk menyetir mobil besarnya itu.

"Sebenarnya, siapa yang di sini kedudukannya sebagai bos, aku atau kau?" Geram arthur mencengkram stir mobilnya.

"Tentu saja anda, tuan." Datar louisa.

"Lalu, mengapa kau seenak jidat memerintahku?" Ucap arthur sambil menatap tajam louisa.

"Saya tidak memerintah anda, saya hanya memberitahu kebenarannya."

"Terserah saja, aku tidak peduli."

"Baiklah, sebaiknya cepatlah kemudikan mobil ini, tuan."

Arthur menghela nafas kasar lalu menyetir mobilnya dengan sangat kencang. Louisa sudah terbiasa dengan kecepatan tinggi, dia menampakkan wajah datar dan duduk dengan santai.

"Baru hari pertama saja kau membuatku geram, bagaimana di hari lain?" Geram arthur tanpa menatap louisa.

"Entah, kita lihat saja nanti. Aku orang yang cukup menyenangkan, itu kata para musuhku."

"Baik, aku akan melihatmu bertarung. Saat kau bertemu dengan musuh pertamamu. Jangan meminta pertolongan jika kau kalah."

"Tentu saja tidak, tuan. Saya tidak akan pernah kalah." Balas louisa sengit.

Terjadi keheningan saat mereka berada di dalam mobil. Akhirnya setelah beberapa waktu mereka sudah sampai di bandara.

"Apakah anda tidak membawa koper, tuan?" Tanya louisa yang menatap arthur yang tidak membawa apapun.

"Tentu saja bawa, apa kau pikir aku gila tidak membawa apapun? Yang benar saja." Dengus Arthur.

"Bagaimana denganku?"

"Entah, urus saja urusanmu sendiri. Jangan libatkan aku dengan barang pribadimu."

Louisa mendelik dan memberhentikan langkahnya.

"Apa maksudmu, tuan? Kau tidak membawakan ku pakaian? Bagaimana itu bisa terjadi?" Tanya louisa geram.

"Memangnya siapa kau? Enak saja menyuruhku mengurus dirimu. Anggap saja balas dendam karena kau tadi sudah memerintahku seenak hatimu. Cepat jalan, aku tidak punya banyak waktu."

ProtectionWhere stories live. Discover now