First Impression

27 4 0
                                    

Kelas XI IPS2

‘’Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru dari Bandung’’. Ucap seorang guru wanita yang mengajar mata pelajaran sejarah.

‘’Bu, anaknya cantik gak bu?’’. Teriak seorang siswa yang duduk dibelakang yang bernama Elfathan.

‘’Emang kalau cantik mau kamu apain?’’. Balas guru tersebut terhadap Elfathan.

‘’Kali aja mau saya pacarin bu’’ jawab Elfathan dengan pedenya disertai sorakan seisi kelas.

‘’Eh tan, Mbak Kokom aja yang jual nasi pecel dikantin nolak jadi pacar lo, apalagi ini.’’ Balas siswi yang bernama Anggis yang geram melihat gaya sok Elfathan.

‘’Eh nggis, kalau ngomong aib jangan disini dong. Kalau gue dapatin nih murid baru, bakal gue traktir anak-anak kelas makan nasi pecelnya Mbak Kokom.” Balas Elfathan yang gak mau kalah dari Anggis.

Huuuuuuuuuuu

Sorak seisi kelas, kepada Elfathan.

‘’Sudah-sudah, silahkan masuk nak. Ini teman baru kalian, pindahan dari Kota Bandung. Silahkan perkenalkan diri kamu.’’

Tiba-tiba seisi kelaspun langsung ricuh dan tertawa, bagaimana tidak murid baru yang akan dipacari oleh Elfathan ternyata seorang laki-laki.

“Lah itukan cowok yang nabrak gue tadi, jangan bilang dia murid baru disini” batin salah satu siswi dikelas tersebut saat melihat Alan memasuki kelas.

‘’Hahaha makan tuh cewek cantik!’’ Ejek Anggis kepada Elfathan  yang sedari  tadi diam karena  bingung harus bagaimana dan berkata apa.

‘’Kenapa lo diam aja? Pacarin gih sana!’’
Seisi kelaspun tertawa, namun lain halnya dengan Elfatahan yang terdiam karna ia termakan oleh omangannya sendiri.

‘’Cit, kok lo diam aja sih belain gue kek.” Mohon Elfathan terhadap teman satu bangkunya yang bernama Citto.

‘’ Berisik lo, lo gak tau apa dari tadi gue nahan pup ini.’’ Balas Citto dengan ketusnya dengan wajah yang pucat dan keringat dinginnya yang menghiasi wajah tampannya.

‘’Aelah kalau mules ya tinggal ke toliet aja kali, repot amat lo “

‘’Gue lupa gak bawah sabun, ditoilet kan nggak ada sabun terus gue ceboknya gimana? masa seharian tangan gue bau nganu.’’

Lantas seisi kelaspun terbahak mendengarkan 2 orang sengklek itu.

‘’Sudah-sudah harap tenang, Tolong perhatiannya kasihan ini teman baru kalian yang dari tadi berdiri disini. Silahkan nak perkenalkan nama kamu dan asal kamu.’’

‘’Selamat pagi teman-teman. Nama saya..’’

‘’Lo Dilan ya?’’ Potong Anggis yang melihat dengan tatapan tak percaya.

‘’Dilan Dilan, itu mah bukan Dilan, tapi suripto’’. Balas salah satu siswi dengan ketusnya.

“Bukannya itu cewek yang nampar gue tadi?” batin Alan saat melihat siswi yang mengatainya Suripto
Seisi kelas pun langsung tertawa mendengar ucapan siswi tersebut.

‘’Gwen tolong hargain teman baru kamu’’ tegur guru paruh baya tersebut.’’ Silahkan nak perkenalkan nama kamu’’

‘’Nama saya Alan Nero Ardiazh, panggil aja Alan. Saya pindahan dari Bandung.’’ Ucap Alan dengan wibawahnya.

‘’Kalo aku manggil kamu Dilan boleh nggak?’’ komen Anggis dengan centilnya. Anggis pun langsung dihadiai sorakan seisi kelas. Keadaan kelas pun semakin ricuh oleh teriakkan ciwi-ciwi, pasalnya pertanyaan Anggis tersebut langsung mendapat jawaban dari Alan dengan senyuman manis andalannya.

Bu Lila pun langsung menenangkan kelas dan memerintahkan Alan untuk mencari bangku. Bu Lila memerintahkan Alan untuk duduk disebelah Gwen, karena disebelah Gwen terdapat kursi kosong. Sebenarnya Gwen tidak duduk sendiri, ia duduk bersama sahabatnya yaitu, Nada.

Namun hari ini ia tidak masuk sekolah karena sakit. Mendengar  perintah Bu Lila tersebut, Gwen pun menolak, namun karena Gwen malas untuk memperpanjang masalah akhirnya mau tidak mau Gwen harus menuruti perintah Bu Lila tesebut. Alan pun langsung duduk disamping Gwen.

Tak satupun dari mereka yang ingin memulai pembicaraan. Mereka berdua sama-sama diam, yang terdengar hanyalah bisikan cowok-cowok dan ciwi-ciwi yang sedang menggosipkan Alan.

‘’Gila ganteng ya, klimis lagi rambutnya. Ini mah udah fix, dia Dilanku!’’ bisikan-bisikan mulai terdengar dari ciwi-ciwi kelas tersebut.

‘Dilan siapa sih?‘’

‘’Yah kudet banget sih lo! itu Dilan yang geng motor sang panglima tempur’’

‘’Geng motor? Ohh anak jalanan? Yang ada boy nya itu bukan sih? Tapi sejak kapan anak jalanan ada panglima tempurnya?’’

‘’serah lo deh’’

bisikan dari cowok dikelas tersebut pun tak kalah hebohnya. Pelajaranpun akhirnya dimulai seperti biasanya, Ibu Lila mulai menjelaskan materinya sebentar dan menyuruh siswa-siswinya mengerjakan soal.


If YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang