•TWO•

65 9 0
                                    

🎶 how 'bout you, cause i miss the stupid things that we do 🎶

Arletta dan Atha sekarang berada di alun-alun kota Jakarta yang cukup ramai. Banyak orang yang datang untuk lari pagi ataupun sekedar mencari sarapan disini. Banyak penjual makanan pinggir jalan.

Arletta mulai berlari mengelilingi alun-alun diikuti Atha disampingnya. Setelah sudah merasa lelah, Arletta berhenti dan duduk ditrotoar.

"Kak, gue haus. Beliin minum dong."

"Beli sendiri sono, gue tunggu sini, nih uangnya. Dua yah belinya."

"Ihh Letta nyuruhnya kak Atha yang beli. Yaudah deh sini." Arletta mengambil uang lembaran duapuluh ribu.

Ia berjalan ke salah satu penjual minum.

"Pak beli air mineralnya dua yah. Berapa pak?"
Si bapak mengambil dua botol air mineral dari dalam kulkas dan ingin memberikan kepada Letta. Tapi belum sempat Letta mengambilnya, laki-laki berbadan tegap disamping Arletta sudah lebih dahulu mengambilnya, dan langsung meminumnya hingga habis. Postur tubuh yang tegap, rahang yang keras, rambut hitam kecoklat-coklatan, mata biru tajam, dan alis yang seperti disulam menurut Arletta.

Tunggu, kenapa Arletta malah memperhatikannya seperti ini. Batin Letta

"Heh!? Kok lo minum sih, kan gue yang beli."

"Kenapa? Gue yang bayar." Cowok disampingnya ini memberikan selembar uang 50 puluh ribu ke penjual dan pergi begitu saja.

Dasar cowok gak punya sopan santun. Batin Letta.

"Nih neng, airnya."

"Iya pak, ini uangnya. Makasih ya."

Atha melihat kedatangan adiknya itu. Tapi ia tidak hanya datang dengan dua botol air, ia juga datang dengan gerutuan dan muka yang cemberut.

"Kenapa lo dek?"

"Tau ahh kak, kesel gue pagi-pagi. Masa tadi ada cowok dateng-dateng ngambil minum gue trus diminum. Dia ngasih uang ke penjual terus pergi gitu aja. Kan Letta duluan yang beli. Gak punya sopan santun banget."
Atha mendengar ocehan Arletta yang memang panjang kali lebar.

"Udah ngomelnya? Cari makan yuk gue laper." Ucapan Atha diterima dengan anggukan Letta.

🌹🌹🌹

Letta menyiapkan seragam sekolah barunya yang akan ia pakai esok hari. Ia berjalan dan menduduki sofa birunya. Letta melanjutkan acara membaca novelnya. Menyumpal kedua telinganya dengan earphone dan menyetel lagu kesukaannya. Tapi bukannya membaca Letta malah membayangkan bagaimana sekolah barunya. Apakah seperti sekolah lamanya yang isinya orang ramah semua? Kalau memang begitu Letta akan gampang mencari teman. Tapi bagaimana bila sekolah barunya bertolak belakang dengan sekolah lamanya? Ia menghentikan lamunannya dan menaiki kasurnya. Ia lelah memikirkan semuanya. Ia memilih tidur. Karena Letta tidak mau telat di hari pertama sekolahnya.

🌹🌹🌹

Letta menatap cermin dikamarnya. Melihat penampilannya dengan seragam barunya. Letta menyisir rambut panjangnya. Hari ini ia membiarkan rambut gelombangnya terurai. Ia rasa sudah cukup rapi. Ia turun dan menjumpai keluarganya di meja makan. Sarapan pagi bersama memang sudah kebiasaan keluarga Alven.

The Boy Who Call Me SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang