Dari sekian banyak nama yang mereka gunakan untuk menyebutnya, kata 'Bodoh' sama sekali tidak termasuk. Kaulah tangan baru HYDRA. Kata seseorang. Wajahnya sangat familiar dalam artian negatif. Kau bisa mewujudkan dunia yang lebih baik.
Ia takkan bisa melupakan bebatuan yang menghantamnya, salju yang membekukan tulang-tulangnya, aroma obat-obatan, mesiu, dan darah. Ia ingat bagaimana ia diciptakan, tapi ia tak bisa mengingat jauh sebelum itu.
Ia tahu dirinya adalah seseorang—dirinya pernah disebut seseorang. Tapi mereka bilang, akan lebih baik jika ia tak mengingatnya sama sekali. Karena hal itu hanyalah distraksi, sama sekali tak penting. Maka dari itu mereka berusaha keras untuk menghapusnya.
"Asset! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Lelaki itu meronta, mencoba mencakari lengan bajanya. Usaha yang sia-sia.
"Dimana kalian menyimpannya?" Geramnya. Ia mempererat cengkramannya pada leher lelaki itu. Lelaki itu menggeleng dan tertawa. Ia berhenti meronta dan menatap matanya lekat-lekat, menantangnya.
"Hail HYDRA."
Sekarang, dengar betapa bodohnya kata-kata itu. Ia mematahkan leher lelaki itu, memberinya kematian cepat. Ia memandang sekelilingnya untuk terakhir kali, berharap tak ada orang kurang beruntung yang harus menyaksikan semua ini. Tapi dalam ruangan ini hanya ada dirinya dan enam agen HYDRA yang sudah tak bernyawa.
Ia harus bergerak cepat sebelum apa yang tersisa dari SHIELD menyusulnya. Ia membongkar paksa dan memeriksa tiap loker dan brankas yang memuat dokumen tentang dirinya, atau Kapten Amerika. Tentu saja ia menemukan nama Steve Rogers lebih banyak ketimbang namanya. Dan itu lebih dari cukup.
Ia berada di Rejkavik, dan punya penerbangan menuju Rusia, hingga Rumania untuk dikejar.
___
Ia memulai dengan langkah terkecil; mulai merujuk dirinya sendiri sebagai James Buchanan Barnes. Sebagai Bucky. Itulah namanya, meski pada awalnya seolah ia mencuri nama orang mati.
Namaku James Buchanan Barnes, tapi aku memilih 'Bucky' karena nama panggilan 'James' atau 'Jim' terlampau pasaran.
Bucky menulis kalimat itu dalam buku catatannya dengan bahasa Rusia dan Inggris, tapi kemudian memutuskan untuk mencoret huruf-huruf cyrillic itu dan meninggalkan yang alfabet. Ia melanjutkan dengan menulis segala hal personal yang bisa ia ingat. Brooklyn, keluarganya, dan keluarga Rogers.
Terkadang ia tak bisa menahan tawa saat mengingat hal bodoh kekanakkan yang pernah ia lakukan, baik bersama Steve, maupun orang lain. Bucky merasa cukup bangga saat ia bisa menghabiskan enam belas lembar halaman penuh. Ia menutup buku itu setelah dirasanya cukup untuk hari ini.
Bucky merebahkan tubuhnya diatas matras rusak itu, dan dirinya mengumpat keras-keras saat peer baja itu menusuk punggungnya. Ia mencatat dalam kepala untuk mencari semacam sleeping bag besok. Untuk malam ini, ia tak punya pilihan lain selain berguling ke lantai, menggunakan tas dan jaketnya sebagai alas.
Saat ia memejamkan mata, ia membayangkan langit-langit kusam dan dinding yang dipenui retakan. Ia membayangkan riuh jalanan di luar sana sebagai keriuhan Brooklyn, dan air matanya nyaris mengalir saat ia berhasil membayangkan suara goresan pensil, grafit, serta robekan kertas.
Dalam tidurnya, Bucky mendapatkan mimpi indah dan buruk disaat yang bersamaan.
___
Udara dingin Bucharest menghanyutkannya dalam nostalgia. Mereka memiliki bangunan-bangunan dan sudut kota yang indah. Jika Steve disini, ia pasti akan bersikeras menahan Bucky untuk menemaninya menggambar sketsa pusat kota ini. Kemudian Bucky menemukan dirinya tersenyum sendiri dan melanjutkan langkah kakinya menuju toko buah yang tak jauh dari apartemen yang disewanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Old Lie
FanfictionDia berada di puncak apartemen kumuhnya di Brooklyn. Angin yang berhembus dan menyisir rambutnya begitu tercemar dengan asap dan benda-benda busuk. Seseorang memanggil namanya dari bawah. Tampak senyum hangat dari Becca, dan Steve di belakangnya. Me...