Sore itu, saat cahaya senja yang mengintip di rongga-rongga tirai jendela dalam ruangan yang ia tempatinya.Ia menghela nafas, tak ada yang berbeda dengan senja kemarin. Bosan, hanya pemandangan ini yang bisa ia lihat.
Pandangannya beralih pada lengannya, kemudian turun sampai jatuh pada pergelangan tangannya.
Pergelangan tangannya mulai mengecil dari ukuran sebelumnya. Gelang kain dan kayu yang biasa menghias berganti dengan label nama dan nomor, juga dihias dengan jarum infus.
Dalam benak bertanya-tanya, masih hidupkah ia di esok hari?
Beberapa hari yang ia lewati, merubah pemikirannya. Dua bulan lalu tak pernah terbesit sedikitpun dari pikiran kalau ajal akan datang kapanpun.
Rasa takut akan malaikat maut yang bisa datang kapan saja, tak pernah singgah dalam benaknya. Malah, ia senang melakukan hal yang menantang maut, membahayakan raganya. Bahkan ia lupa, ini hanya raga titipan yang seharusnya ia jaga.
Dadanya sesak memikirkan detik-detik pergantian waktu yang berjalan terasa sangat lambat.
Apa saja yang sudah kamu persiapkan untuk bertemu dengan-Nya?
Ada suara dalam dirinya yang melantunkan kalimat tanya itu. Benar, apa saja yang sudah ia lakukan selama ini?
Apa yang sudah ia lakukan untuk-Nya?

KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI SENJA
NouvellesCuma cerita iseng saat rindu dengan senja... Kumpulan kata-kata di sini semuanya nggak jelas. Saya sudah mengingatkan ya...