KA&MP | 00

92 11 2
                                    

Happy Reading
>•<


_____

Sebuah tangan terulur mengambil hp yang berbunyi di meja makan. Di lihatnya nama yang tak asing bagi si empunya hp tertera di sana, kontan saja bibir tipis itu menyunggingkan senyum sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo assalamu'alaikum Mas," sapanya lebih dulu.

"Wa'alaikumsalam, kamu lagi apa sayang, dari tadi Mas hubungi enggak bisa terus?"

"Masa sih? Padahal dari tadi aku enggak jauh dari hp kok. Ini aja aku lagi di dapur hp nya aku bawa," jawabnya seraya mendudukkan dirinya di kursi makan karena sebelumnya ia hanya berdiri saja.

"Kamu lagi ngapain di dapur? Jangan macam-macam sayang!"  tersirat nada khawatir di seberang sana.

"Apa sih, Mas, aku enggak macam-macam kok, aku cuma abis nyuci piring bekas makan siang anak-anak aja," jawabnya jujur. Suaminya ini memang sangat berlebihan, padahal ia sedang tidak melakukan hal yang berbahaya.

"Cuma kamu bilang? Kamu enggak ingat saat hamil Khai kamu hampir aja keguguran gara-gara terpeleset setelah selesai cuci piring?" ia meringis karena telah salah berbicra. Lihat sekarang, suaminya marah padanya. Memang belum ke tahap membentak, tapi nada suaranya sudah sedikit naik dari sebelumnya.

"Maaf, Mas," hanya itu yang bisa ia ucapkan, ia tak ingin mengatakan apa-apa lagi yang akan membuat suaminya semakin marah dan segera pulang ke rumah karena khawatir padanya. Pekerjaan suaminya itu banyak dan ia tak ingin itu terhambat karena dirinya.

Tak lama kemudian ia mendengar suaminya menghela nafas, mungkin sedang mengontrol dirinya agar tak lepas kendali. Dan ia bersyukur akan hal itu.

"Mas yang harusnya minta maaf, maafin Mas jika kamu ngerasa dikekang, Mas cuma enggak mau kamu kenapa-napa. Kamu tahu kan Mas paling enggak suka kalau kamu sampai terluka apalagi kalau Mas enggak ada di dekat kamu, enggak bisa lindungi kamu,"  mendengar hal itu spontan ia menggigit bibirnya karena malu bercampur gemas. Suaminya ini memang paling bisa membuat dirinya salah tingkah sendiri.

"Mas ramal kalau saat ini kamu lagi mesem-mesem kaya anak perawan yang di gombalin pemuda tampan, iya kan?"

"Massssss," rengeknya tak tahan lantaran suaminya itu malah menggodanya. Ya ampun, berrumah tangga sudah bertahun-tahun dan anak sudah mau tiga, tetap saja ia selalu malu saat suaminya seperti itu.

Iya, saat ini dirinya sedang mengandung anaknya yang ketiga, itulah sebabnya suaminya itu sangat protektif padanya, apalagi saat tahu ia mencuci piring. Pengalaman mereka di masa lalu saat pertama kali mempunyai anak membuat suaminya itu sedikit trauma. Ia hampir kehilangan anak pertamanya karena terpeleset setelah mencuci piring. Saat itu ia tak memperhatikan lantai yang basah karena percikan air dari wastafel hingga membuat dirinya berakhir di rumah sakit. Beruntung bayi dalam kandungannya saat itu masih selamat.

Saat dirinya mengandung anak kedua suaminya itu sampai mencarikan pembantu untuk mengurus semua pekerjaan rumah dan membuatnya tak melakukan apa-apa, selain mengurus suami dan anak pertamanya saja. Tapi itu tak lama sebab ia merasa tak nyaman jika ada orang lain di rumah. Akhirnya ia meminta seseorang yang sangat dekat dengannya untuk tinggal di rumahnya dan membantunya mengurus rumah sampai ia lahiran.

"Oh iya, Mas udah makan belum? Udah shalat juga?" tanyanya saat teringat jika saat ini jam istirahat.

"Udah, tadi kebetulan ada meeting di luar dan baru selesai pas dzuhur, jadi Mas cari masjid terdekat dulu baru setelah itu Mas makan siang. Kamu sendiri udah makan siang kan?"

Kisah Affiya & Mantan PacarnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang