THREE

5.9K 280 42
                                    

Claudia terbangun dalam keadaan yang sangat berantakan, gaun yang ia kenakan semalam terlihat sangat tidak rapi dan rambutnya menjadi kusut. Entah apa yang ia lakukan, sepertinya ia terlalu banyak bergerak tadi malam.

Claudia terduduk saat mendapati posisi kepalanya berada di ujung ranjang dan kakinya berada di atas bantal. Sepertinya Claudia memang tidak bisa diam saat tidur.

"Kau selalu tidur seperti itu ya?"

Menyadari adanya suara, Claudia langsung mencari arah suara tersebut yang ternyata berasal dari pojok ruangan. Itu adalah suara Xander, Claudia sangat mengenal suara serak khas pria tersebut.

"Perbaiki gaunmu," ucap Xander sambil bersandar pada dinding pojok ruangan. Claudia melihat kembali dirinya, sedari tadi gaunnya sudah terangkat hingga memperlihatkan pahanya dan bahkan saking berantakannya, belahan dada Claudia juga jadi terlihat.

Buru-buru Claudia menutupi paha dan dadanya dengan selimut. "Tidurmu berantakan sekali, kau wanita kan?" tanya Xander sinis. Claudia tidak membalas dan malah mendengus. Ia langsung bangkit berdiri dari ranjang lalu memperbaiki penampilannya yang sangat acak-acakan.

Tanpa sengaja ia membuat kontak mata singkat dengan Xander yang membuat Xander menatapnya dengan tajam sehingga membuat Claudia kikuk. "Tau tidak? tadi malam kau menendang wajahku," ucapnya tiba-tiba.

"Memangnya tadi malam kau tidur disini?" tanya Claudia. Xander berdecih. "Cih, lupa ya? tadi malam aku memelukmu tau," sahut Xander.

Awalnya Claudia hanya diam saja karena merasa tidak mengingat apa-apa tetapi kemudian Claudia langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bayang-bayang ingatan tentang kejadian semalam muncul di kepala Claudia.

Claudia menangis karena Xander bilang dia sudah tidak suci lagi, mungkin karena terlalu panik dan bawa perasaan Claudia jadi percaya begitu saja dengan ucapan Xander.

Bodoh, kenapa aku lemah sekali tadi malam?! Claudia mengerang.

"Ap.. apa sih? kau bercanda ya?!" elak Claudia. Xander mengerutkan dahinya. "Kau mengelak? jelas-jelas tadi malam kau menangis lalu aku memelukmu," sahutnya.

Claudia memalingkan wajahnya dari Xander lalu menggerutu dalam hati. "Sudahlah lupakan, ngapain juga kau tidur bersamaku?" Claudia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Siapa juga yang mau tidur denganmu? Aku baru saja masuk ke kamar ini beberapa saat yang lalu!" bantah Xander. Claudia menghembuskan napasnya dengan kasar. "Terserah, pokoknya kau keluar sana! Bikin emosi saja," Xander menatap Claudia sinis lalu pergi keluar dari kamar.

Apa sih orang itu, kekanakan sekali. Batin Claudia.

Claudia langsung menggeleng cepat. "Eh, dia kan bukan orang, lebih tepatnya Vampir yang menyebalkan," geram Claudia. Saat ia baru saja ingin kembali berbaring, tiba-tiba pintu diketuk dengan pelan.

Arthur, pelayan yang kemarin terus bersama dengannya dan Xander. "Nona Claudia, anda diperintahkan Tuan Xander untuk bersiap-siap ke ruang makan," ucap Arthur. Claudia menaikkan sebelah alisnya bingung, baru saja tadi dia berdebat tiba-tiba disuruh ke ruang makan.

"Ada gaun lain yang telah disiapkan Tuan Xander di lemari, anda bisa memilihnya, saya akan menunggu di depan pintu kamar," setelah mengatakan itu Arthur langsung keluar dari kamar tanpa basa-basi. Claudia tidak terlalu memikirkannya dan langsung mengganti gaunnya lalu merapikan rambutnya.

Setelah dirasa sudah rapi, Claudia langsung bercermin dan memuji dirinya sendiri sambil tersenyum. "Aku sudah siap," ucap Claudia sambil berjalan keluar kamar. Arthur mengangguk lalu mulai berjalan menyusuri koridor diikuti oleh Claudia di belakangnya.

Koridor kastil ini sangatlah luas, dengan nuansa gelap dan misteri, ada banyak lentera yang menggantung lalu ada juga beberapa lukisan yang bertema vampir. Entah mengapa meskipun sangat luas, kastil ini terlihat sangat sepi dan menakutkan.

"Apa kastil ini memang sepi?" tanya Claudia sambil terus menyamakan langkahnya dengan Arthur. " Koridor kastil memang sepi, tapi biasanya di aula cukup ramai," jawab Arthur.

Claudia mengangguk-anggukan kepalanya, setidaknya masih ada ruangan yang ramai di kastil ini. Setelah cukup lama berjalan menyusuri koridor kastil, Claudia dan Arthur mulai memasuki aula.

Claudia cukup kagum melihat arsitektur bangunan yang terlihat menyeramkan ini, meskipun semuanya serba gelap tetapi tetap terlihat mewah dan elegan.

Claudia memperhatikan ke arah aula, disitu ada sekitar 3 pelayan yang sedang membersihkan aula. "Ini yang dibilang ramai? Huh," gumam Claudia.

Setelah melewati aula kastil, Arthur membawa Claudia menyusuri koridor lagi, tetapi kali ini koridornya lebih luas dan bahkan ada jendela kaca yang besar, sayangnya jendela tersebut tertutupi gorden dan membuat cahaya matahari tidak bisa masuk.

Sepertinya Vampir memang tidak suka dengan cahaya matahari. Batin Claudia.

Setelah cukup lama berjalan menyusuri kastil, akhirnya mereka sampai di ruang makan. Ruangan yang sangat luas dengan meja makan yang panjang dan dihias se-elegan mungkin. Nuansa gelap tetap ada di setiap ruangan di kastil ini.

Xander sudah duduk di salah satu kursi meja makan sambil terus menatap Claudia. Arthur membawa Claudia sampai kepada Xander, padahal sebenarnya Claudia bisa saja jalan sendiri tetapi entah mengapa pria tua itu terlalu memperlakukannya seolah-olah ia orang penting.

Saat ingin menarik kursi untuk duduk, Arthur sudah duluan menarik kursi untuknya. Claudia hanya tersenyum lalu segera duduk.

"Pergilah Arthur,"

Arthur membungkukan badannya sebagai tanda hormat lalu pergi. Claudia terkejut mendengar nada ucapan Xander yang terkesan tidak sopan, bagaimanapun juga Arthur bahkan sepertinya lebih tua dari Xander dan Pria Vampir satu itu tidak punya sopan santun sama sekali dalam berbicara.

"Heh, ucapanmu tadi tidak sopan tau, setidaknya ucapkan terima kasih!" bentak Claudia. Xander tersenyum sinis. "Diam saja kau, aku memanggilmu kesini karena urusan penting," sahut Xander.

Claudia memutar kedua bola matanya malas. "Urusan apalagi sih?" tanya Claudia. Seketika suasana mulai berubah menjadi mencekam saat Xander menatap Claudia dengan tajam sehingga membuat Claudia terdiam.

"Lebih baik jika kau menatap mataku karena sekarang aku sedang berbicara kepadamu," ucap Xander dengan tekanan pada setiap kata-katanya. Claudia gugup seketika lalu mulai menatap mata Xander yang sejak tadi sudah menatapnya dengan tajam.

Claudia mengangguk dengan pelan. "Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Claudia. Tatapan mata Xander masih melekat pada dirinya. "Kali ini aku serius," ucap Xander lagi.

"Kali ini aku akan sangat serius, ini tentang pernikahan kita," ucapan itu membuat Claudia membeku. Xander mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa? bukankah kau penasaran tentang tujuan pernikahan kita?" tanya Xander.

Claudia mengangguk. "Baiklah,".

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stuck with VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang