Sore yang cukup cerah. Buku-buku bergeletakan disebuah meja kelas, pulpen yang sudah mencoret ini itu sesuai hitungan, dan seorang gadis menidurkan kepalanya diatas meja itu beralaskan semua buku yang ia pelajari hari ini. Hanya ada dia dikelas karena ini sudah jam pulang.
"ARRRGHHH!! GAK BISA! KENAPA SIH OTAK GUE LEMOT BANGET PELAJARIN SOAL FISIKA DOANK?! APA YANG SALAH DENGAN OTAK GUE???", teriaknya frustasi sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
Keadaannya sudah kusut. Sejak jam 2 siang dia berkutat dimeja kelasnya untuk mempelajari semua pelajaran tentang fisika, kimia, dan biologi. Tanpa makan, tanpa mandi, tentu saja. Dia belum pulang ke rumahnya hari ini. Dia harus bisa mempelajari semua itu dan memenangkan posisi pertama dalam juara umum nanti. Sebenarnya ini bukan niatnya yang sebenarnya, tetapi jika tak memenangkan posisi itu dia tak mau hal itu terjadi.
Gadis itu merogoh Handphone ditas depannya. Dia mengetik beberapa pesan untuk orangtua nya.
Hari ini Echa mau main. Nanti pulang jam 9 malem. Bye mom mwah :*
Send. Dalam beberapa detik, pesan itu terkirim ke nomor yang dituju. Dia menutup semua buku yang berserakan dimeja dan memasukkan semuanya ke dalam tas. Lalu mengikat rambut lurusnya dengan ikat rambut yang selalu ada dipergelangan tangannya.
Namanya Kesya Anandia Ardana. Orang-orang sering memanggilnya dengan sebutan Echa. Dan dia juga memanggil dirinya Echa jika berbicara dengan oranglain.
"Padahal telor bisa gue pecahin, napa soal fisika kagak bisa gue pecahin sih!", Gerutunya sambil berjalan keluar kelas.
Dia berjalan melewati lorong-lorong kelas yang kosong. Dan untung saja Pak satpam belum mengunci sekolah dan menutup pagar itu. Kalau sudah, Kesya tidak bisa keluar dari sekolah ini.
"Eh, Echa, kok baru pulang?", tanya satpam yang kenal baik dengan Kesya.
"Hehe, tadi abis belajar sebentar kok. Udah mau pulang ini juga", jawab Kesya.
"BELAJAR?!", seru Pak satpam terkejut dengan apa yang dibilang Kesya. Karena semua orang yang kenal dengan Kesya pasti akan kaget jika Kesya bilang dia akan belajar.
"Aduh, Pak. Jangan kayak denger gue mau nikah deh. Belajar bentaran doank kok", ucap Kesya sambil menatap Pak satpam horror.
"Eh iya iya. Kan kaget aja gitu. Ada apa emang kok tumben belajar?"
"Biar pinter lah ngalahin ronaldooo", jawabnya mulai sombong padahal pelajaran tadi belum menghasilkan apa-apa diotaknya.
"Ronaldo mah pemain bola, Caa", jawab Pak satpam sambil menggelengkan kepala melihat kelakuan Kesya itu.
"Eh iya wkwk. Yaudah ah Pak Echa mau pulang dulu ya. Sampai besok, Pak", ucap Kesya sambil berjalan keluar sekolah.
"Iya, hati-hati, Neng"
Pulang? Bukan itu tujuan sebenarnya. Seperti di pesan orangtuanya tadi, dia ingin pergi main. Mungkin tujuannya Mall. Sebenarnya hanya untuk menghilangkan mumet dikepalanya karena belajar ekstra tadi. Kalau saja orangtua nya tidak menyuruh untuk mendapatkan posisi pertama dalam juara umum nanti, mungkin sekarang dia sedang nongkrong dengan teman-temannya di cafe tempat biasa.
Sampai di Mall, Kesya pergi ke toko buku untuk melihat-lihat buku yang menurutnya manjur untuk belajarnya nanti.
Matanya sangat fokus melihat deretan buku-buku tebal itu. Sesekali membaca judulnya untuk ia pertimbangkan beli atau tidak.
Hmm..Gue beli yang mana ya? Buku "Dukun Manjur Pinter" apa buku "Cerdas Fisika SMA"? Oh! Atau gue beli yang ini? "Pencucian Otak Dijamin Pinter?" Siapa tau manjur gitu. Soalnya udah belajar tiga jam yang ada diotak malah menu pizza dicafe biasa. Makanya gue bingung sama otak sendiri, batin Kesya sambil melihat beberapa buku yang dipilihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelajaran Rafael - [PJH]
Jugendliteratur"Kita itu saingan! Bukan pacaran!" - Kesya. "Kita?" - Rafael. "Mampus! Gue sama lo maksudnya." - Kesya. "Kalau gue maunya 'kita'?" - Rafael.