"Cha.."
"Kesya.."
"Cha!"
Rafa benar-benar panik dan bingung sekarang. Kesya belum sadarkan diri dan wajahnya masih terlihat sangat pucat. Rafa segera meminta bantuan kepada orang-orang disekitar untuk membawa Kesya ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya dirumah sakit, Rafa hanya diperbolehkan menunggu diluar ruangan dan menunggu kabar dari dokter juga. Rafa ingin memberitahu orang tua Kesya tetapi dia tidak punya nomor telepon orang tua Kesya. Ah, sudahlah sekarang lebih penting keadaan Kesya.
Setelah beberapa menit didalam akhirnya dokter keluar dari ruangan itu.
"Dok, bagaimana keadaannya?", tanya Rafa.
"Apakah anda keluarganya?"
"S-saya temannya, Dok.."
"Nona Kesya mengalami sakit maag. Sepertinya dia telat makan jadi membuat dia tidak mempunyai energi didalam perutnya. Sekarang keadaannya akan membaik jika diberikan beberapa asupan makanan", jelas dokter itu.
Rafa mengangguk, "Terima kasih, Dok. Saya bisa melihat keadaannya?"
"Silahkan. Saya ke ruangan saya dulu"
Setelah dokter itu pergi, Rafa pun masuk ke ruangan itu. Rafa melihat Kesya yang masih pingsan dengan keadaan perut kosong. Kenapa ini terjadi? Rafa memutar otaknya untuk menemukan jawaban yang pasti. Seseorang jika telat makan siang tetapi paginya sudah makan pasti tidak akan separah ini, tetapi tadi Kesya bilang dia sudah makan pagi. Lalu? Apa Kesya mempunyai penyakit maag?
"Rafa?"
Rafa tersentak mendengar suara yang tiba-tiba itu. Kesya sudah sadar tetapi wajahnya masih pucat karena dia belum makan apa-apa. Rafa mendekat kearah Kesya.
"Lo tunggu disini. Jangan kemana-mana", ucap Rafa.
Lalu Rafa keluar meninggalkan Kesya yang kebingungan. Rafa keluar untuk membeli makanan untuk Kesya. Rafa tidak peduli makanan apa pun asalkan itu bisa masuk ke perut Kesya.
Rafa hanya membeli roti tawar, susu, dan buah-buahan saja. Dengan cepat ia pun kembali agar Kesya tak menunggu lama lagi dan bisa mengisi perutnya.
"Nih", Rafa menyodorkan roti yang sudah ditaburi susu kepada Kesya.
"Makan. Cepet"
Kesya hanya menurut saja dengan ucapan Rafa. Seakan tubuhnya merespon karena didepannya ini sudah ada makanan. Kesya mengambil roti itu dan melahap semuanya sampai habis.
Rafa hanya memperhatikan gadis itu. Kesya tak peduli mau dia terlihat jelek saat makan begini, ataupun Rafa merasa jijik, dia memang lapar.
"Pelan pelan", ucap Rafa.
"Kenopo emo--"
"Abisin dulu. Baru ngomong"
Kesya buru buru mengunyah, "Emang kenapa? Lo jijik liat gue gini? Maaf aja ya gue oran--"
"Siapa yang bilang jijik? Nanti lo keselek makan cepet gitu. Gue tau lo laper. Setidaknya pelan pelan", potong Rafa cepat.
Kesya terdiam.
Ah dua tidak peduli. Kesya memakan lagi sisa rotinya itu.
"Gue telpon orang tua lo dulu", ujar Rafa.
Rafa keluar dari ruangan Kesya. Sementara Kesya mulai terdiam dan merenungkan sesuatu yang dia ingat saat mengobrol dengan Ayahnya dulu.
Tiba tiba kejadian itu terputar kembali di memori Kesya. Dimana ayahnya bilang kalau dia...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelajaran Rafael - [PJH]
Teen Fiction"Kita itu saingan! Bukan pacaran!" - Kesya. "Kita?" - Rafael. "Mampus! Gue sama lo maksudnya." - Kesya. "Kalau gue maunya 'kita'?" - Rafael.